MANUSIA MERENCANAKAN TUHAN YANG MENENTUKAN
3 min readHONG KONG – Setiap manusia mempunyai cita-cita berhak merencanakan alur hidupnya kedepan, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa yang maha kuasa yang menentukan langkah kita tanpa kita tahu bahkan sering tidak menyadari kenyataan ini.
Seperti yang di alami Haryono yang sebelumnya di sebut Agus seorang Anak Buah Kapal (ABK) asal Cilacap ini tidak menyangka rencana kepulangnnya bertemu keluarga di Indonesia harus tertunda lantaran kondisi Yani yang harus dirawat di Princess Margareth Hospital. Haryono bekerja sebagai ABK diberangkatkan oleh PT. Alinda Sentosa Jakarta sejak Januari 2016-Januari 2018 dan sudah menyelesaikan kontraknya finish dua tahun. Sosok berusia 33 tahun ini juga tidak menyangka akan bertemu dengan Yani di Taiwan, karena sama-sama akan pulang ke Indonesia dan melihat kondisi Yani yang memang membutuhkan bantuan orang lain ini, Haryono tidak tega harus membiarkannya sendiri, ia mendampingi Yani sampai akhirnya harus tinggal di lobi Princess Margareth Hospital untuk beberapa hari lantaran belum mengenal siapapun.
Memilukannya Nasib Yani, Dalam Kondisi Menderita, Malah Dimaki Sesama PMI
Sosok yang ringan tangan dan rendah hati ini menceritakan kisah perjalanannya ini ke team Apakabarplus dengan penuh keikhlasan. “ Saya membantu Pak Yani dengan rasa ikhlas dan tulus tidak mempunyai maksud apapun, saya tidak tega, apalagi ada tetangga Pak Yani sendiri yang sama-sama bekerja sebagai ABK dan melihat Pak Yani di tunda keberangkatanya di imigrasi, dia tidak peduli dengan pak Yani dan langsung meninggalkannya,” ungkap Haryono.
Haryono mengatakan bahwa teman-teman Pekerja Migran Indonesia (PMI) sangat peduli dengan orang lain. Sebelumnya saya pernah mendengar bahwa PMI hong Kong HK banyak yang memberitakan tidak baiknya, banyak yang memandang negatif, namun setelah saya melihat sendiri kenyataannya ternyata lain, teman PMI begitu peduli dan cepat sekali geraknya” . Saat saya belum bertemu teman-teman, saya tidur di lobi sampai kedinginan, tidak mandi dan tidak ganti baju. Setelah bertemu dengan teman PMI saya di bawanya ke Jogja Club Peduli, dan tidur di mushola NU. Sekarang saya lega Pak Yani sudah ada yang membantu, ungkap pria yang mempunyai 2 orang anak ini.
Transit Di Hong Kong, PMI Asal Indramayu Dilarikan Ke Prince Margareth Hospital Karena Stroke
Pada kesempatan ini Haryono sempat menceritakan awal pemberangkatannya sebagai ABK. Saat itu pihak PT mengatakan bahwa job nya adalah Taiwan, namun setelah kedatangannya di Taiwan di tampung di mess penampungan sementara. Selama 7 Hari di tampung tidak segera diberangkatkan, kemudian tiba-tiba di berangkatkan ke kepulauan Amerika di pulau Palao. Di Palau selama 6 bulan terus kembali ke Taiwan, dan berangkat lagi sampai finish 2018 ini. Kalau kerja dimanapun sama, banyak kendala. Masalah fasilitas ya hanya gaji itu, karena di laut ya seadanya. Kadang kalau salah sedikit juga di marahi, bahkan ada yang salah lalu di pukuli. Bagi saya yang penting tidak sampai memukul. Bekerja di kapal juga sama saja tergantung nasib, ada kapten yang brengsek suka memukul dan melempari dengan barang, namun alhamdulilah saya lancar semuanya sampai finish, cerita Haryono.
Haryono juga mengungkapkan perasaannya yang gelisah memikirkan keadaan Yani, juga bagaimana dengan kepulangannya nanti. Dalam kesempatan ini Haryono mengungkapkan terima kasih kepada tema-teman PMI HK yang peduli kepadanya dan Yani. “Saya ikhlas membantu Pak Yani semoga Pak Yani lekas sembuh, kemungkinan saya pulang duluan, tapi masih dalam proses, terima kasih Mbak Wulan dari Jogja Club Peduli, juga teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, dengan kejadian ini saya ambil hikmahnya semoga kita lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan walau kita tidak saling mengenal sebelumnya”. [Emma]