Meningkatnya Jumlah Wisman dan Remitansi Pekerja Migran Tekan Defisit Transaksi Berjalan
2 min readJAKARTA – Defisit transaksi berjalan triwulan I 2018 tercatat sebesar US$5,5 miliar (2,1% PDB) pada triwulan I 2018, turun dibanding defisit triwulan sebelumnya yang mencapai US$6,0 miliar (2,3% PDB). Laporan Neraca Pembayaran Triwulan I yang dirilis resmi oleh Bank Indonesia, Jumat (11/5/2018) menyebutkan, penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder.
Dijelaskan bahwa penurunan defisit neraca jasa terutama dipengaruhi kenaikan surplus jasa perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menurunnya impor jasa pengangkutan (freight).
Adapun, penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara (wisman) meningkat menjadi US$3,5 miliar pada triwulan I 2018, dari triwulan sebelumnya sebesar US$3,1 miliar. Peningkatan ini seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang disertai dengan peningkatan pengeluaran wisman.
Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia di triwulan I 2018 mencapai 2,95 juta kunjungan, meningkat 2,4 persen (qtq) dari 2,88 juta kunjungan pada triwulan sebelumnya. Wisatawan asal Tiongkok, Singapura, dan Malaysia merupakan kelompok wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia selama triwulan I 2018. Tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam
Sedangkan, peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder sejalan dengan naiknya penerimaan remitansi dari pekerja migran Indonesia (PMI). Pada triwulan laporan, penerimaan remitansi dari PMI tercatat sebesar US$2,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,2 miliar.
Ditinjau dari negara asal remitansi, PMI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik menjadi penyumbang remitansi terbesar, yaitu mencapai US$1,5 miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan Afrika yang mencapai US$1,1 juta.
Pada akhir triwulan I 2018 tercatat sejumlah 3,5 juta PMI di luar negeri. Data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengindikasikan bahwa 69,3 persen dari jumlah PMI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik dengan porsi terbesar di Malaysia, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Sebesar 30,4 persendari total PMI bekerja di wilayah Timur Tengah dan Afrika, terbesar berada di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas. Impor nonmigas juga menurun meski lebih terbatas, dengan impor barang modal dan bahan baku masih berada pada level yang tinggi sejalan dengan kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat.
Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2018 mencatat defisit seiring dengan menurunnya surplus transaksi modal dan finansial. Defisit NPI pada triwulan I 2018 tercatat US$3,9 miliar. Dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2018 tercatat sebesar US$126,0 miliar. Jumlah cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional. [Irawan Hadi Prayitno]