May 10, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nekat, Ita Diana, Akan Bekerja Ke Luar Negeri Dengan Satu Ginjal Saja

5 min read

MALANG – Malangnya nasib Ita Diana, perempuan asal Jalan Wukir Gang 10 RT 2/RW 3 Kelurahan Temas, Kota Batu, terkatung-katung nasibnya usai salah satu ginjalnya diambil. Ita kecewa usai operasi donor ginjal di RSUD Saiful Anwar Malang (RSSA). Pasalnya, ada kesepakatan nominal uang yang tak terpenuhi usai operasi tersebut. Di balik itu, muncul dugaan jual beli organ tubuh sampai malaprosedur.

Ita Diana ditawari donor ginjal untuk seorang pasien RSSA Malang bernama Erwin Susilo pada 25 Februari 2017 silam. Tawaran itu berasal dari seorang dokter di rumah sakit itu. Ada kesepakatan uang sebesar Rp 350 juta yang akan diterima Ita jika transplantasi ginjal sukses.

“Tapi sampai sekarang saya hanya menerima uang sebesar Rp 74 juta. Itu pun uang diberikan secara bertahap,” kata Ita di Malang, Kamis, 21 Desember 2017.

Ita mengaku sebenarnya tak ingin memberikan organ ginjalnya. Namun, ia terdesak tuntutan harus melunasi utang di koperasi sebesar Rp 350 juta. Janji bantuan melunasi utang, membuat Ita mau menyerahkan ginjalnya meski tanpa meminta persetujuan keluarganya.

Dia menceritakan keputusannya untuk donor ginjal muncul di tengah kebingungan harus melunasi utang. Saat itu, Oktober 2016, Ita mengunjungi temannya yang dirawat di RSSA Malang. Setelah temannya sembuh dan pulang, Ita memutuskan tetap tinggal di rumah sakit tersebut.

“Tak berani pulang karena kepikiran soal utang. Selama di rumah sakit, saya tidur di musala seperti keluarga pasien lainnya,” ujar dia.

Selama di RSSA, Ita menceritakan persoalan ekonominya ke banyak perawat yang ditemuinya. Para perawat yang bersimpati pun membantu memberi dana sekadarnya. Ada pula perawat yang menyarankan Ita ke ruang hemodialisa dan menemui seorang dokter bernama Rifai.

“Kata perawat itu biar hidup saya berguna untuk kehidupan orang lain. Saya temui dokter itu sesuai saran perawat,” ucap Ita.

 

Donor ginjal atas tawaran dokter

Ita dipertemukan dengan pasien yang butuh donor ginjal bernama Erwin oleh dokter itu. Kepada Erwin dan istrinya, Ita berkeluh kesah tentang kebutuhannya melunasi tunggakan utang ratusan juta rupiah. Terjalin kesepakatan pihak pasien akan membantu melunasi utang itu.

“Setelah ada janji melunasi utang itu, saya kemudian dicek kesehatan oleh dokter dan dinyatakan cocok dengan kondisi pasien,” ujar Ita.

Lima kali ia menjalani cek kesehatan di rumah sakit tersebut. Sebelum operasi transplantasi ginjal, Ita diinapkan di sebuah penginapan selama seminggu dan diberi uang saku Rp 75 ribu per hari. Tidak ada perjanjian hitam di atas putih soal janji bantuan melunasi utang itu.

Transplantasi ginjal pun berlangsung pada 25 Februari 2017. Menurut Ita, tak ada surat persetujuan keluarga yang ditandatanganinya untuk donor tersebut. Sebelum operasi, dokter membacakan surat yang berisi bila terjadi suatu hal maka itu di luar kewengan rumah sakit.

“Saya hanya sekali tandatangan di surat yang dibacakan dokter itu. Salinannya juga tidak saya pegang,” kata dia.

Usai operasi itu, Ita mengaku diberi obat dan vitamin dari rumah sakit. Sedangkan, pihak pasien memberinya duit sebesar Rp 70 juta. Sisa uang dijanjikan akan diberikan secara bertahap. Namun, Ita harus mendatangi rumah penerima donor ginjal itu untuk menagih janji.

Selama beberapa kali menagih, Ita diberi duit sebesar Rp 2,5 juta dan Rp 1 juta. Seorang dokter lainnya yang terlibat operasi transplantasi ginjal juga membukakan rekening untuk anak Ita. Duit sebesar Rp 500 ribu ditransfer ke rekening untuk kebutuhan pendidikan.

“Hanya sekali transfer, setelah itu tak ada lagi. Saya malah dimaki–maki Pak Erwin saat menagih ke rumahnya. Sedangkan dokter itu meminta saya mengikhlaskan donor itu,” Ita menambahkan.

 

Dugaan jual beli organ tubuh secara ilegal

Ita yang kebingungan lantaran janji melunasi utang sebesar Rp 350 juta pun meminta bantuan hukum. Konsultan hukum Yassiro Ardhana Rahman yang mendampingi Ita Diana mengatakan, ada dugaan transplantasi ginjal dilakukan secara ilegal dan merugikan pendonor.

“Ada janji memberikan uang untuk donor ginjal itu, serta tak ada surat persetujuan keluarga pihak pendonor,” kata Yassiro.

Menurut dia, ada indikasi pelanggaran pasal 64 UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Bahwa, organ tubuh dilarang diperjualbelikan dan hanya diizinkan untuk tujuan kemanusian. Pihak RS Saiful Anwar Malang harus bertanggungjawab atas dugaan operasi ilegal tersebut.

“Ada bukti percakapan whatsapp antara Ita dengan dokter, serta bukti bekas sayatan operasi. Ini bisa dibawa ke ranah hukum,” tutur Yassiro.

Perwakilan RS Saiful Anwar, Ajeng Galuh enggan berkomentar saat dikonfirmasi perihal transplantasi ginjal tersebut. Pihak rumah sakit menjanjikan memberikan keterangan resmi dalam waktu dekat.

“Hari ini kami sedang ada rapat. Nanti aka nada keterangan resmi dari kami,” ujar Ajeng.

Erwin Susilo, penerima donor ginjal itu sendiri tak mau berkomentar saat ditemui di tempat kerjanya. Ia menyerahkan persoalan itu kepada pihak rumah sakit. “Silakan langsung ke rumah sakit saja,” kata Erwin.

Ditengah ketidakpastian akan pembayaran sisa dari 350 juta, saat ini Ita tengah mengikuti persiapan kerja sebagai pekerja migran ke luar negeri. Beberapa waktu terakhir, Ita mengikuti pendidikan di Balai Latihan Kerja (BLK) Guna Karya Insan Mandiri yang berlokasi di Jalan Metro nomor 7 Kelurahan Bunulrejo, Kota Malang.

Saat ini seluruh berkas ketenagakerjaan Ita sudah lengkap dan tinggal menunggu visa untuk diberangkatkan ke Singapura.

 

Dengan Satu Ginjal menjadi PRT Di Singapura

Sering muncul ke permukaan, betapa beratnya resiko fisik yang harus di jalani oleh seorang pekerja rumah tangga di beberapa negara penempatan. Kalau bukan resiko jam kerja, pola makan, perhatian terhadap kesehatan, resiko beratnya beban pekerjaan diluar batas kemampuan seorang pekerja sering menjadi keluhan yang berakhir dengan kecelakaan kerja.

Pada kasus Ita Diana, dengan satu ginjal, berniat bekerja menjadi PRT ke Singapura, tentu muncul pertanyaan, apakah menungkinkan ?

Seseorang yang hanya memiliki satu ginjal tetap bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang cukup lama. Lalu apakah hidup dengan satu ginjal tidak memiliki risiko?

Tentu saja berisiko karena normalnya manusia memiliki dua ginjal di tubuhnya. Namun dengan menerapkan pola hidup sehat tentu bukan menjadi masalah jika hanya memiliki satu ginjal. Seseorang yang hidup dengan satu ginjal tetap bisa berolahraga dan mengonsumsi makanan yang lezat.

Hanya saja olahraga yang dilakukan hendaknya olahraga dengan tingkat cedera rendah. Sedangkan konsumsi makanan diusahakan makanan dengan kandungan protein yang tidak terlalu tinggi.Seseorang yang memiliki satu ginjal secara otomatis akan menyesuaikan keadaan tubuh. Secara adaptif ginjal akan bekerja secara ekstra sehingga mampu bekerja setara dengan kinerja dua ginjal. Meskipun seseorang yang hidup dengan satu ginjal tetap bisa hidup normal, namun bukan berarti kondisinya tanpa risiko.

Risiko hidup dengan satu ginjal biasanya akan hadir pada 10-25 tahun berikutnya. Kecepatan menurunnya kesehatan ginjal tersebut tentu saja bergantung bagaimana seseorang menjaga kesehatannya dan bagaimana pola hidupnya. Beberapa risiko yang mungkin muncul karena hidup dengan satu ginjal adalah kelelahan dan peningkatan tekanan darah. Kelelahan akan terjadi karena ginjal bekerja secara ekstra sehingga tubuh akan cepat mengalami kelelahan.

Risiko lain yang mungkin muncul adalah kenaikan tekanan darah. Ginjal berfungsi untuk memfilter darah. Apabila ginjal tidak mampu berfungsi secara optimal sudah barang tentu darah juga akan kotor. Darah yang kotor akan menyebabkan penyempitan di pembuluh darah. Jika pembuluh darah menyempit jantung akan bekerja ekstra dalam memompa darah agar darah dapat disebarkan ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah juga akan naik seiring meningkatnya aktivitas jantung.

Lalu bagaimana jika gangguan tersebut mulai muncul? Tentu saja anda harus melakukan pemeriksaan ke dokter. Dengan melakukan pemeriksaan rutin, dokter akan menyarankan metode terbaik untuk menjaga kondisi kesehatan ginjal.

Melihat resiko yang demikian, mudah-mudahan, Ita Diana akan menemukan majikan dan tempat bekerja yang mengerti dan memahami kondisi fisiknya yang saat ini hidup dengan satu ginjal. [Asa/Net]

Advertisement
Advertisement