December 13, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pray For Ponorogo : Hampir 1 Dusun Tertimbun Longsor

4 min read

Ponorogo – Bencana longsor yang terjadi di dusun Tangkil Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo pada Sabtu (01/04) kemarin telah menarik perhatian masyarakat luas, bukan saja di kawasan Ponorogo, namun hingga ke seluruh Indonesia. Pemberitaan dan peredaran informasi secara viral baik di media sosial maupun media masa membuat kabar duka tersebut cepat tersebar.

Dusun kecil yang jauh dari hiruk pikuk jalan raya, kini menjadi destinasi kunjungan riibuan warga. Dusun Tangkil yang sebelumnya tidak populer namanya, lantaran musibah longsor yang mengubur areal seluas 15 hektare di dusun tersebut, puluhan KK penghuninya harus hidup di pengungsian, 28 dinyatakan hilang terkubur material longsor dan 3 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Saksi mata Gito (60 tahun) warga dusun Tangkil yang kini harus hidup sebatangkara lantaran seluruh anggoota keluarganya berstatus hilang dalam bencana tersebut menuturkan saat kejadian longsor terjadi, dirinya berada tak jauh dari titik ujung material longsor berhenti. Pagi itu sekira pukul 07:40, Gito pergi meninggalkan rumahnya hendak menuju ke seputaran kantor balai desa Banaran. Namun baru beberapa puluh meter Gito meninggalkan rumaahnya, terdengar dari arah bukit dibelakangnya suara gemuruh yang sanat keras.

“suantene niku meh kadhos gludhug, meh kadhos ombah segoro, nggeh meh kadhos suanten udan angin sing deres ngeten niko” tutur kakek yang kini hidup sebatangkara iini kepada Apakabar.

Sembari menitikkan air mata, Gito menyadari ada sesuatu berbahaya telah terjadi, luncuran material tanah dari lereng bukit diatas dusun tempat tinggalnya terlihat bergerak cepat dan dalam waktu kurang dari satu menit, ujung dari luncuran material tersebut berhenti kurang dari 10 meter tempat dia berdiri terpaku.

“Ngertos-ngertos niku sedoyo pun mboten ketawis, kurugan lemah. Griyo-griyo sami ical, kathah cacah jiwo mboten saget mlajeng nnylametne awake dewe-dewe. Termasuk keluarga kulo nggeh telas sedanten kurugan siti niko” kenang Gito diantara lelehan air mata dukanya.

Sudah Ada Peringatan dan Tanda-Tanda

Beberapa hari sebelum kejadian, tepatnya sejak tanggal 10 Maret 2017, di lokasi tersebut telah ditemukan retakan tanah diatas bukit selebar 1 meter. Seminggu berselang, retakan tersebut bertambah lebar dan melorot ke bawah.

Sumber dari kantor desa Banaran menjelaskan, pemerintah sebenarnya telah memperingatkan masyarakat untuk mengungsi dan tidak beraktifitas di kawasan tersebut. Namun banyak dari mereka yang tidak menghiraukan peringatan dan anjuran mengungsi. Hinga puncaknya, longsor yang tterjadi pada pagi (01/04) menjadi jawaban dari semuanya.

Sumber dari BPBD Kabupaten Ponorogo menjelaskan penyebab dari longsor ttersebut didominasi oleh kondisi kelabilan struktur tanah di lereng perbukitan. Bukit dengan kemiringan ekstrim sejak beberapa tahun terakhir dalam kondisi gundul tanpa tanaman keras penyangga. Lereng tersebut merupakan areal pertanian milik warga yang sampai dengan bencana terjadi, ditanami berbagai jenis empon-empon seperti jahe dan tanaman pendek lainnya.

Status Tanggap Darurat

Pemerintah Kabupaten Ponorogo menyatakan status tanggap darurat untuk bencana longsor di dusun Tangkil sejak hari pertama kejadian hingga 14 hari kedepan. Dalam kondisi tanggap darurrat tersebut, Pemkab didukung berbagai tiim gabungan dari berbagai unsur fokus melakukan upaya pencarian korban, evakuasi korban selamat, serta pemetaan lokasi rawan bencana.

Sumani, kepala BPBD Ponorogo memberi pernyataan penanganan di lokasi dibagi menjadi beberapa sektor. Areal tertimbun seluas 14 hektar tersebut dibagi menjadi 3 sektor yaitu ssektor A, sektor B dan sektor C. Sektor A merupakan lokasi yang diperkirakan memiliki ketebalan material longsor hingga sedalam 20 meter. Di sektor ini, upaya ppencarian dilakukan oleh tim dari TNI dan Basarnas. Sektor B, yang diperkirakan memiliki ketebalan material longsor hingga sedalam 10 meter ditangani oleh POLRI dibantu oleh tim SAR, sedangkan Sektor C, yang kedalamannya kurang dari 5 meter ditangani oleh tim SAR dengan diibantu oleh relawan dari berbagai unsur.

Mulai hari ke 4 sejak bencana terjadi, disamping dibantu dengan 10 alat berat, tim yang bekerja di lapangan juga dibantu dengan kedatangan 10 ekor anjing pelacak dari Polda Jatim dan dari Mabes Polri. Namun meskipun demikian, sampai dengan saat berita ini diturunkan (06/04), tanda-tanda ditemukannya korban hilang belum kelihatan.

“Proses pencarian akan dilakukan sampai dengan H+14, selanjutnya nanti akan dilakukan evaluasi mengenai kelanjutannya” tutur Sumani.

Cuaca Buruk Mengancam Tim Di Lapangan

Cuaca di kawasan lokasi bencana longsor dusun Tangkil Desa Banaran beberapa waktu terakhir masiih diliputi hujan dengan intensitas tinggi. Pantauan Apakabar di lapangan, tim pencari dan tim evakuasi di lokasi hanya bisa bekerja antara jam 8 pagi hingga jam 12 siang. Setiap hari, diatas jam 12 siang, langit di dusun Tangkil selalu menumpahkan hujan dengan derasnya.

“Kondisi yang demikian tentu sangat memperpendek waktu kami, mempersulit pekerjaan kami” jelas Sumani.

Turunnya hujan, membuat beberapa titik di sekitar lokasi dinyatakan rawan terjadi bencana longsor suusulan. Untuk mengantisipasi hal ini, petugas telah melakukan langkah pencegahan dengan mengosongkan seluruh dusun Tangkil baik yang berdekatan dengan material longsor maupun yang tidak. Warga dusun Tangkil dievakuasi ke lokasi pengungsian yang telah disediakan oleh pemerintah maupun relawan.

 

Zona Merah

Mengacu pada hasil kajian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional (PVMBG), seluruh perbukitan di sekitar lokasi tanah longsor di Dusun masuk dalam zona merah.Secara pasti, PVMBG belum mempublikasikan peta riilnya, akan tetapi, PVMBG menyebut seluruh bukit tersebut bukan saja bukit yyang masuk dalam wilayah dusun Tangkil saja. Bukit-bukit disekitarnya yang berada di dusun lain, bahkan beberapa juga masuk ke wilayah desa tetangga, juga disebut masuk dalam zona merah.

Ketua Tim Penanggulangan Bencana Tanah Longsor PVMBG, Heri Purnomo, mengatakan karena area perbukitan di sekitar lokasi longsor masuk dalam kawasan rawan bencana tanah longsor, warga diminta untuk menjauhi lokasi tersebut.

“Sebenarnya Pemkab Ponorogo sudah tanggap dalam mendeteksi bencana alam ini. Sebab, sebelumnya warga yang berada di dekat bukit juga telah diminta mengungsi, beberapa hari sebelum tanah longsor terjadi”. terangnya.

Pada saat itu, terdengar suara gemuruh di dalam tanah. Suara gemuruh di dalam tanah itu, dikatakan Heri, menandakan adanya gesekan di dalam tanah namun tidak tampak dari luar.

“Pada saat malam hari terdengar suara seperti gesekan di dalam tanah. Meski tidak terlihat dari luar, tetapi di dalam sudah bergeser,” kata Heri saat ditemui di lokasi, Sabtu (3/4/2017) siang. [Asa]

Advertisement
Advertisement