April 18, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

PRAY FOR PONOROGO : Usai Longsor Banaran, Menyusul Bukit Merekah di Dayakan

2 min read

Ponorogo – Belum usai penanganan bencana tanah longsor di dusun Tangkil desa Banaran Kecamatan Pulung, dari wilayah Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo, Apakabar menerima informasi adanya rekahan permukaan peerbukitan diatas wilayah desa yang menjadi kawasan pemukiman warga.

Informasi yang dirilis oleh BPBD Kabupaten Ponorogo, kondisi rekahan selebar satu meter dengan kedalaman 300 meter baru diketahui hari ini (06/04). Belajar dari kejadian bencana longsor di dusun Tangkil seminggu sebelumnya, 300-an warga desa Dayakan berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke tempat yang aman.

Secara geografis, desa Dayakan memiliki wilayah yang berbukit-bukit sebagaimana halnya wilayah desa Banaran. Desa Dayakan berada di dekat perbatasan Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan.

Kabar perihal rekahan di desa Dayakan terlah sampai ke pemerintah provinsi Jawa Timur. Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, menanggapi informasi tersebut dengan memberikan himbauan kepada seluruh warga agar mematuhi anjuran-anjuran yang diiberikan petugas.

“Jangan mengambil keputusan sendiri. Belajar dari banyaknya korban jiwa di bencana longsor desa Banaran, saya himbau kepada seluruh warga desa Dayakan untuk selalu mematuhi anjuran-anjuran yang diberikan oleh petugas di lapangan” terang orang nomor dua di Jawa Timur.

Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo, Sumani, menyatakan, dugaan sementara pemicu rekahan di perbukitan wilayah desa Dayakan disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Kondisi kemiringan bukit yang gundul dan difungsikan sebagai lahan pertanian, memperparah terjadinya kejenuhan lapisan tanah sehingga jika struktur tanah sudah berada pada kondisi tertentu, bencana longsor tidak dapat dicegah.

Berdasarkan keterangan yang diberikan Kasubag Humas Polres Ponorogo AKP Sudarmanto, pihak Polres Ponorogo telah mendapat laporan dari jajaran Polsek setempat tentang adanya tanah ambles tersebut. Menurutnya, kejadian tanah ambles yang semakin parah tersebut diketahui warga sekitar pukul 20.00 WIB (05/04) setelah hujan lebat melanda Desa Dayakan dan sekitarnya.

“Dari keterangan saksi Toimun mengatakan bahwa dia merasakan tanah bergetar dan mendengar suara gemuruh. Kemudian lantai tanahnya retak sekitar 40 centimeter dengan kedalaman sekitar 4 meter. Bahkan sebagian genteng rumah ada yang berjatuhan,” terangnya.

Disampaikan Sudarmanto, tanah retak di Desa Dayakan tersebut sebetulnya sudah sejak 2 Maret 2017. Namun saat ini kondisi retakan tambah melebar. Banyak rumah warga yang terkena retakan termasuk dinding TK Muslimat yang cukup parah mencapai 10 dan juga pada dinding Masjid Sabilul Huda.

“Rumah terparah yang terdampak keretakan adalah milik Miswan dan Toimin, serta TK Muslimat. Saat ini terdapat 56 rumah lainnya di Dusun Watu Agung yang juga terancam,”paparnya.

Saat ini, lanjut Sudarmanto, Bripka Didik Harianto petugas dari Bhabinkamtibmas setempat bersama Babinsa dan Perangkat Desa Dayakan telah mendatangi lokasi retak di Dukuh Watu Agung. Mereka telah menginstruksikan kepada warga terdampak agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Saat ini sudah 78 KK yang sudah mengungsi di rumah Marman di lingkungan Wonodoyo dan di rumah Marjoko di lingkungan Watu Agung Tengah. Suara gemuruh masih terdengar di sekitar lokasi sehingga membuat warga cemas,”pungkasnya. [Asa]

 

Advertisement
Advertisement