Sukses Dirikan 57 Mushola, PMI Korea Ingin Bangun Masjid
2 min readMAKKAH – Pekerja migran Indonesia (PMI) menunaikan ibadah haji saat ini bukanlah sesuatu yang mustahil. PMI tersebar di berbagai belahan dunia, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea, Eropa, Timur Tengah.
Kali ini reporter Jawa Pos bertemu dan mewancarai rombongan jamaah haji yang sedang wukuf di Maktab 96 Arofah, Kamis 31/8. Rombongan jamaah haji laki – laki yang berkulit hitam manis dan sawo matang ini adalah pemuda Indonesia.
Ketika reporter Jawa Pos menyapanya ternyata mereka berbahasa Jawa. Agus dari Madiun yang sudah 4.5 tahun bekerja di pabrik pulpen di Seoul. Heru Vinun 37 tahun asal Trenggalek, Hamid Maulana Yusuf 39 asal ponorogo, mereka adalah sebagian dari rombongan PMI Korea, rombongan ini berjumlah 20 orang jamaah haji.
Ongkos yang harus mereka bayar untuk berhaji ONH Plus dari Seoul per orang 4,5 juta won, setara Rp 50 juta.
Di maktab 96 itu, juga ada rombongan ONH Plus asal Indonesia yang biayanya satu orang sekitar Rp 225 juta.
Menurut Agus, semangat beragama kebanyakan TKI di Korsel sangat tinggi. Terbukti, sudah ada 57 musala yang didirikan para TKI di seluruh Korsel.
Sebanyak 50 musala masih sewa dan 7 musala dari gedung yang mereka beli. Di antara 7 gedung itu, ada yang berharga 600 juta won, setara lebih dari Rp 6 miliar.
Bangunan berlantai lima itu sekarang digunakan untuk bermacam kegiatan keislaman. Ada juga ruang untuk belajar kajian Islam.
”Kami akan membangun masjid Indonesia di Seoul, di dekat Central Station Seoul,” kata Agus.
Masjid itu diperkirakan bisa digunakan pada 2020. ”Sekarang kami masih terus menghimpun dana dari para TKI di Korsel,” ujar Agus.
”Kami semua keluarga muslim di Korsel kebanyakan masak sendiri di rumah untuk menjaga kehalalannya,” kata Agus.
Kalaupun sesekali makan di luar, ”Kami pilih makan di restoran Indonesia karena sudah kenal.” Dalam beribadah sehari-hari, hampir tidak ada kendala.
”Kecuali salat Jumat, kami hanya bisa jika sedang kerja malam atau libur,” kata Heru Vinun.
Namun, ada juga perusahaan yang memperbolehkan karyawan muslim salat Jumat pada hari kerja.
”Saya bisa salat Jumat seperti di Indonesia . Tidak ada masalah,” sambung Hamid Maulana Yusuf.
Berita yang dilansir dari Jawa Pos ini mengatakan , Rombongan PMI Korea ini menunaikan ibadah haji menggunakan jasa ONH Plus Gaolden Brigde, Dyastriningrum Subandini adalah wanita yang mengelola jasa ONH Plus di Soul Korea Selatan dan sudah 10 tahun mendirikan usaha ini. [ Emma/JP]