Tangis Pilu Nenek Sebatangkara Yang Kehilangan Rumahnya
2 min readPacitan – Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Jawa Timur sejak Rabu hingga Kamis (23-24/11) mengakibatkan bencana longsor di beberapa kawasan. Salah satunya di desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur.
Sampai dengan saat beita ini diturunkan, nyaris belum ada bantuan masuk ke kawasan bencana lantaran akses menuju lokasi yang terputus, dan kebetulan secara geografis, desa Sempu terletak di kawasan terpencil berbatasan dengan kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri.
Data yang dihimpun Apakabaronline dari lokasi bencana pada hari ini (25/11) didapati ada total 27 rumah tertimpa material longsor, dimana 23 rusak berat nyaris rata dengan tanah, serta 4 rumah lainnya rusak ringan. Saat ini, penghuni dari 27 rumah yang menjadi korban longsor tersebut mengungsi di balai desa setempat. Mereka membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, selimut dan keperluan lainnya.
Hal yang menarik perhatian Apakabar, salah satu dari 27 rumah yang tertimbun longsor tersebut merupakan rumah milik mbah Jani, nenek 73 tahun penyandang tunanetra yang hidup sebatangkara. Saat sebelum bencana longsor terjadi, nenek Jani hidup dari hasil memijat dan mencari kayu bakar. Untuk beraktifitas sehari-hari di rumah, nenek Jani tidak terlalu kesulitan lantaran beliau sudah menguasai letak dan posisi di dalam dan disekitar rumahnya. Di pengungsian, nenek Jani kesulitan beradaptasi, suasana baru relatif membuat nenek ini kehilangan orientasi indera perabanya.
Saat detik – detik bencana longsor terjadi pada kamis (24/11) dini hari, Mbah Jani, warga RT/RW 03/XIII, Dusun Jajar Desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan ini nyaris tertimpa reruntuhan material longsor yang berupa tanah dan bebatuan. Dalam kondisi gelapnya malam, Nenek Jani masih bisa berusaha menyelamatkan diri dengan bergegas keluar dari rumahnya meskipun sempat beberapa bagian tubuhnya mengalami luka ringan lantaran tertimpa beberapa bagian rumahnya.
“Kulo sedih, mboten gadhah sanak kadhang sing saget kulo nunuti. Kulo nggeh dereng ngertos, pripun nasib kulo sak lajengipun, wong nek umpami badhe ngedhekne gubug kulo maleh kuno nggeh menopo saget. [Saya sedih, karena saya tidak punya saudara dan sanak famili untuk ditinggali, saya belum taahhu kedepan bagaaimaanaa nasib saya. Saya tidak mungkin bisa mendirikan lagi rumah saya]” keluh nenek Jani dengan suara serak menahan tangis.
Untuk sampai ke lokasi bencana, dari kota Madiun, Apakabar memerlukan waktu hingga 3 jam menempuh perjalanan darat dengan melintasi bagian timur wilayah kabupaten Wonogiri. Medan yang dilaluipun terbilang cukup sulit. Di jalanan pegunungan yang menanjak dan berkelok, kondisi aspal yang telah bolong dimana-mana, diperparah dengan tumpukan material longsor di beberapa titik, terutama mendekati lokasi bencana, hingga menutup sebagian besar permukaan jalan. [Asa]