May 10, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Viral Di Media Sosial, Jurnalis ApakabarOnline.com “Diusili”Petugas Karantina dan Avsec Juanda, Begini Kronologi Yang Sebenarnya

3 min read

SURABAYA – Sebuah insiden memalukan perihal profesionalisme petugas yang melayani di Bandara Internasional Juanda Surabaya kembali terjadi. Senin 26 Februari petang, saat rombongan crew ApakabarOnline.com hendak bertolak kemballi ke Hong Kong, sempat terhadang ketidakprofesionalan petugas yang melayani di terminal keberangkatan. Indisen yang berawal dari mesin x-ray, kemudian berlanjut ke ruangan karantina, kemudian berakhir dengan ketidakjelasan.

Yuni Sze, jurnallis ApakabarOnline.com asal Malang Jawa Timur, petang kemarin akan melakukan penerbangan menuju Hong Kong.  Tidak ernah menduga sebelumnya, pada saat melewati pemeriksaan barang dan orang di gate X-Ray, petugas menanyakan isi didalam koper. Yuni menyebutkan isi koper satu persatu sesuai dengan apa yang diingatnya.

“Petugas menanyai saya, apakah didalam koper tersebut ada barang mentahnya ?” tutur Yuni.

Yuni menjawab pertanyaan petugas, di dalam kopernya dan di seluruh barang bawaannya tidak ada barang berbahan baku hewani yang dalam kondisi mentah. Yuni kembali mengulang satu persatu isi kopernya.

Kemudian petugas menjawab perincian yang disebutkan Yuni dengan pernyataan “Jawaban Ibu Tidak Sesuai Dengan Isinya”.

“Ya sudah, kalau begitu silahkan dibuka saja pak” ucap Yuni kepada petugas.

Saat dibuka, ternyata bukan koper seperti yang ditaanyakan semula, melainkan stereofoam. Kemudian Yuni menjelaskan tentang isi stereofoam tersebut adalah pentol bakso beku dan ayam panggang.

Oleh petugas, pentol bakso tersebut dianggap sebagai bahan mentah dan harus dikarantina karena tidak ada sertifikatnya. Lalu, Yuni mengikuti arahan petugas untuk menuju ke ruang karantina dengan membawa seluruh barang bawaannya. Namun, sesampai di ruang karantina bukan pemeriksaan yang dilakukan, melainkan pembiaran terhadap barang bawaan, serta kalimat-kalimat yang tidak jelas dari petugas karantina.

Ketidak jelasan petugas karantina tentang status barang bawaan Yuni membuat dia beradu mulut lantaran, petuygas karantina menyebut bahwa barang bawaan Yuni yang belum dilihat oleh petugas tersebut diklaim tidak boleh masuk Hong Kong karena tidak ada sertifikatnya.

“Yang bapak tahu tentang peraturan beginian di Hong Kong seberapa jauh pak ? Saya sudah belasan tahun tinggal di Hong Kong, setiap membawa barang sejenis ini bahkan dalam jumlah yang lebih besar, tidak pernah bermasalah di bea cukai maupun petugas karantina di bandara Hong Kong. Bapak pernah tinggal di Hong Kong berapa lama ?” tanya Yuni kepada petugas tersebut.

Mendapat pertanyaan demikian, petugas tersebut menjadi semakin berbelit-belit, mengucapkan kalimat tidak jelas, bahkan mengancam akan menggagalkan penerbangannya ke Hong Kong. Mendengar penuturan petugas, Yuni langsung berinisiatif memotret nama dan wajah petugas tersebut, namun petugas tersebut tiba-tiba berlari terbirit-birit sambil ngomel-ngomel saat mengetahui Yuni akan memfotonya.

“Petugas karantina lari bersembunyi masuk ke ruang kaca” terang Yuni.

Karena tidak ada kejelasan, akhirnya Yuni membawa pergi barang-barang tersebut, meninggalkan ruang karantina, menuju ke arah pemberangkatan pesawat sembari berbicara dengan nada kesal atas ulah petugas yang lari terbirit birit tersebut.

“Kalau saya ketinggalan pesawat, siapa yang bertanggung jawab dengan biaya penerbangan saya dan 4 orang rombongan saya ? “ keluh Yuni.

Keluhan Yuni tentang petugas karantina yang sudah membuatnya membuang waktu tersebut didengar oleh seorang petugas AVSEC (aviation Security), dimana menurut penuturan Yuni, petugas Avsec yang namanya tertutup jaketnya tiba-tiba membentak Yuni dan menyebut Yuni sudah berbicara tidak sopan.

Bersitegangpun berlanjut, kali ini antara Yuni dengan petugas Avsec. Petugas Avsec sempat mengeluarkan ancaman akan menggagalkan penerbangan Yuni dan rombongan. Namun, lagi-lagi, menyadari direkam aksinya, dan merasa tersudut, petugas tersebut bukannya menampakkan jati diri, melainkan juga menyembunyikan jatidirinya berlari bak seorang pengecut.

Insiden ini kemudian oleh Yuni diunggah ke akun sosial media miliknya. Seketika menjadi viral, hingga humas Karantina Pertanian, yang mengaku bernama Arif sampai turun tangan. Arif menghubungi Yuni melalui nomer Whatsapp pribadinya. Dalam percakapannya, Arif menanyakan kronologi kejadian tersebut.

Setelah diterangkan kronologinya, kemudian, atas nama instansi, Arif meminta maaf.

Banyak media yang memberitakan insiden tersebut. Namun karena tidak menghubungi narasumber langsung, pemberitaan tersebut tidak tepat. Yuni menegaskan tidak ada bentuk pungutan liar yang terjadi seperti yang disebutkan beberapa media. Yang terjadi baru arogansi petugas yang tidak profesional dan tidak etis. [Asa/Yuni]

Advertisement
Advertisement