April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

17 Tahun Anak Satu-Satunya Ke Hong Kong Hilang Kabar, Mbah Katimun Sebatangkara

3 min read

SUKAHARJA – “Dungo kulo niku mboten siang mboten dalu, mugi-mugi Parti anak kulo takseh gesang, pinaringan seger kewarasan rekeji ingkang jembar, lan umpami sampun pinaringan wekdal, mugiyo purun nginguk ndesone niki, nyekar kuburane ibune, mumpung kulo taksih diparingi umur” (Doa saya siang dan malam, semoga Parti anak saya masih hidup, selalu mendapat kesehatan, rizki yang lapang, dan andaikan memiliki waktu luang, semoga mau menjenguk kampung halamannya, berziarah ke kubur ibunya, mumpung saya masih hidup) harapan Katimun yang selalu dia munajatkan siang dan malam.

Katimun, warga Dukuh Kedungsari Desa Luwu Kecamatan Nguter Kabupaten Sukaharja Jawa Tengah ini telah 17 tahun kehilangan Parti, anak satu-satunya yang pada tahun 2000 diketahui berangkat bekerja ke Hong Kong melalui sebuah PPTKIS yang memiliki kantor cabang di Karanganyar. Tahun 2001, Parti pernah sekali berkirim surat mengabarkan dirinya telah sampai di Hong Kong dan bekerja pada sebuah keluarga asli Hong Kong.

Namun, surat yang dikirim Parti saat itu sampai sekarang menjadi surat pertama dan terakhir yang diterima mbah Katimun. Bertahun – tahun lamanya, mbah Katimun yang saat Parti berangkat ke Hong Kong tinggal berdua dengan istrinya Saini, hingga kini Saini telah tiada, tetap berdoa memohon keselamatan dan kepulangan Parti.

Kepada Apakabaronline.com, Katimun mengakui, bahwa Parti sebenarnya bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat yang dia adopsi dari temannya saat merantau ke Lampung tahun 80-an. Parti diadopsi mbah Katimun sejak usianya belum genap setahun.

Angsal kulo mupu niku milai Parti nembe bibar pitone” (saya mengadopsi Parti mulai usianya baru lepas 7 bulan) terang Katimun.

Setahun berselang, saat usia Parti mendekati 2 tahun, Katimun beserta istrinya Saini membawa Parti boyongan ke Sukoharjo hingga Parti berangkat ke Hong Kong. Sebelum berangkat ke Hong Kong, Parti  sama sekali belum pernah bekerja. Sebab, setamat SMA tahun 1999, Parti sempat mengikuti program diploma satu jurusan komputer di kota Sukoharjo. Setamat dari program tersebut, saat Parti baru 3 bulan diterima bekerja menjadi tenaga administrasi sebuah kantor cabang PPTKIS, Parti tergiur untuk mencoba peruntungan bekerja ke Hong Kong.

Meskipun seorang anak angkat, bagi Katimun dan almarhumah Saini, menjadikan Parti melebihi anak kandungnya sendiri. Kasih sayang, perhatian, bahkan jenjang pendidikan mereka perjuangkan dengan segala keterbatasan ekonomi, hingga Parti bisa mengenyam pendidikan sampai lulus Diploma 1.

Kini, Saini telah pergi berpulang ke haribaan Illahi Rabbi. Beban pikiran, merasa kehilangan dan sedih akan ketiadaan kabar Parti membuat Saini jatuh sakit. Dan pada pertengahan 2008, Saini menghadap Allah SWT. Tinggallah Katimun sebatangkara di rumah yang kondisinya jauh dibawah sederhana. Tenaga rentanya di usia yang tahun ini diperkirakan telah memasuki 70 tahun, membuat produktifitas Katimun tidak seperti dulu saat usianya masih muda.

Kini Katimun tinggal di sebuah gubug setelah pada tahun 2006, rumah tempat tinggal sekaligus tempat membesarkan Parti telah dijual untuk biaya pengobatan Saini yang terkena stroke dan komplikasi jantung serta liver. Rumah dan tanah yang mereka miliki dulu, kini sudah tak tersisa satu rupiahpun. Katimun membangun gubug diatas sebidang tanah tegalan yang menjadi sisa terakhir miliknya.

Namun meskipun demikian, Katimun tidak ingin menjadi beban tetangga. Apapun dia kerjakan, asalkan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

“Kalau pas lagi sehat, pas ada yang nyuruh bekerja, ya lumayanlah, sehari bisa dapat 20 ribu. Llumayaan bisa untuk beli beras” aku Katimun

Melalui Apakabaronline.com, Katimun berharap bantuan bagi siapa saja yang melihat dan mengetahui Parti, agar memintanya untuk pulang, menengok Katimun bapaknya yang saat ini sudah semakin renta.

Nduk, Bapak saiki wis soyo tuwo, Ibumu wis ora ono” (Nduk, Bapak sekarang sudah semakin tua, Ibumu sudah meninggal” ucap Katimun terhenti oleh isak tangisnya.

Gandulane Bapak kiy ya mung awakmu nduk. Yen kowe ilang ora ono kabare ngene iki, banjur Bapak arep gandulan sopo ? Ibumu wis ora ono. Muliho yo nduk, Bapak kangen tenan. Rino wengi, sing dipuji-puji Bapak marang Gusti Allah ora ono liyo yo mung balimu nduk, Parti” (Harapan Bapak itu hanya kamu, Kalau kamu tidak ada kabarnya begini, bapak akan berharap pada siapa diusia tua ini. Pulanglah, Nduk, Bapak Kangen sekali, Siang malam yang bapak panjatkan kepada Allah SWT tidak lain dan tidak bukan, hanyalah kepulanganmu) pesan Katimun. [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement