April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Berduyun-Duyun Kerja Ke Negara Ini, Katanya Agar Bisa Berhaji dan Umrah, Benarkah ?

2 min read

KARAWANG – Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi Kabupaten Karawang, mencatat minat masyarakat untuk menjadi PMI ke Arab Saudi sangat tinggi. Bahkan, negara ini menjadi salah satu tujuan terfavorit bagi para pahlawan devisa negara tersebut. Alasannya, peluang untuk umrah atau haji lebih besar. Benarkah ?

“Alasan kenapa mereka tertarik kerja di Arab, karena peluang untuk berhaji dan umrahnya sangat tinggi. Sedangkan di negara lain tidak demikian,” ujar Kabid Bina Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Karawang, Ayi Muhtar, kepada Republika, Jumat (29/12).

Ia mengatakan sampai saat ini pendaftar jadi PMI ke Arab Saudi antara 200-300 warga per bulannya. Akan tetapi, karena ada moratorium, maka warga Karawang tak bisa bekerja ke negara tersebut.

“Kalau TKI baru, sudah tak bisa lagi ke Arab Saudi, selama moratorium masih berlaku,” ujarnya.

Sebagai gantinya, warga Karawang bisa bekerja di luar negeri dengan tujuan negara-negara di Asia Timur Raya. Seperti, Taiwan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Jepang.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang, Ahmad Suroto, mengatakan, sampai 28 Desember jumlah warga Karawang yang menjadi buruh migran mencapai 3.200 orang. Dari jumlah tersebut, 2.997 orang merupakan buruh yang bekerja di sektor informal. Sisanya, 203 orang bekerja di sektor formal.

“Selama 2017, buruh migran kita paling banyak yang bekerja di Malaysia,” ujarnya.

Jumlahnya mencapai, 1.331 orang. Mereka, bekerja di sektor informal. Yaitu, sebagai asisten rumah tangga. Kedua terbanyak, yakni ke Taiwan dengan jumlah 803 warga. Lalu, Singapura dengan jumlah 525 warga. Sedangkan di sektor formal, lanjut Suroto, tiga negara yang paling banyak buruh migran asal negaranya, yaitu Malaysia dengan 83 orang. Kemudian, Bahrain dengan jumlah 49 orang. Lalu, Brunai Darussalam dengan jumlah 23 orang.

“Adapun perputaran uang para pahlawan devisa negara ini selama 2017, diprediksi mencapai Rp 46 miliar,” jelasnya.

Berbicara PMI membidik bekerja ke Arab Saudi agar bisa naik Haji atau Umrah, Nurcahyono, seorang aktifis NGO Pekerja migran di Jawa Timur mengomentari, hal tersebut alasan yang kurang relevan. Nur menyatakan, meskipun sehari-hari tinggal di Arab Saudi, tidak dengan serta merta mereka bisa berhaji disetiap musim ibadah Haji.

“Semua ada aturannya, ada batasan dan persyaratan yang harus dipatuhi. Kalau memang niatannya agar bisa berhaji, bukankah dengan bekerja ke Hong Kong, Taiwan, atau Korea, juga bisa berangkat haji dari sana ? Malah lebih mudah dan lebih cepat tanpa masa tunggu” tegas Nur.

Nur mempertanyakan, berapa banyak PMI yang bekerja ke Arab Saudi saat pulang telah menunaikan ibadah haji atau umrah.

“Pasti ada, tapi jumlahnya sangat kecil sekali jika dibanding dengan keseluruhan TKI yang ada di Arab Saudi. Malah setiap tahun, selalu terdengar kabar, TKW Hong Kong naik haji dari Hong Kong, TKI Korea naik Haji dari Korea. ” pungkasnya [Asa/Net]

 

Advertisement
Advertisement