April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

“Hanya” Jadi Penjual Cilok, Kuliah Di Hong Kong, Dan Alfiani

2 min read

SOLO – Semangat untuk bisa terus meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi bagi Alfiani Nur Natalia ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda di Indonesia.

Tanpa ragu ataupun malu Alfiani berjualan cilok demi membiayai kuliahnya di Akademi Bahasa Asing, S.T. Pignatelli, Solo, Jawa Tengah.

Sehari-hari dia harus membagi waktunya untuk studi sekaligus berdagang cilok di kawasan Jalan Menteri Supeno, Manahan, Solo. Dengan sigap, Alfiani memasukkan satu per satu cilok hangat ke dalam plastik. Semua dilakukan sesuai pesanan pembeli. Aktivitas ini sudah dijalankan Alfiani selama satu tahun.

“Lumayan membantu banget. Orang tua masih ada tapi sudah sepuh jadi enggak bisa kerja. Ya saya ada rasa bangga sih. Dari pagi sampai sore di sini (jualan cilok). Terus sore sampai malam lanjut kuliah,” cerita Alfiani.

Rata-rata dalam sehari, Alfiani bisa menjual 1000 cilok dengan omset sekitar Rp450 ribu. Selain mendapat keuntungan penjualan, ia juga memperoleh komisi dari hasil ciloknya. Meski begitu, perempuan ini tidak mau lagi berjualan cilok setelah lulus kuliah nanti.

Dia lebih tertarik untuk bekerja di bidang yang sesuai jurusan kuliahnya yaitu Bahasa Inggris. Kegigihan Alfiani tentu jadi inspirasi, meski kondisi ekonominya terbatas namun ia enggak menyerah untuk tetap melanjutkan pendidikan.

Setamat SMA, Alfiani nyaris akan melangkahkan kaki ke luar negeri mengikuti trend yang ada di kampung halamannya saat dirinya dihadapkan pada kondisi tidak punya biaya untuk melanjutkan kuliahnya.

Sebenarnya informasi untuk tetap bisa masuk kuliah setelaah bekerja di negara penempatan seperti Hong Kong, Singapura maupun negara lainnya, sudah lama dia ketahui, namun Alfiani sama sekali tidak tertarik lantaran melihat alumninya begitu-begitu saja, geliat civitas akademiknya tidak seperti di tanah air, dimana idealnya perguruaan tinggi memiliki lembaga riset, lembaga pengabdian masyarakat dan perbedaan lainnya.

Meski sejak pagi hingga siang harus bekerja berjualan cilok, namun prestasi akademik Alfiani tetap tidak terpengaruh dengan aktifitasnya berjualan. Banyak teman-teman kuliahnya yang di biayai penuh oleh kedua oorang tua mereka dan kesehariannya hanya kuliah lalu pulang ke kos-kosan, prestasi akademik mereka tidak sebagus Alfiani.

Pelajaran berharga, setiap kemauan, pasti ada jalan, man jadda wajada. [Yayan]

Advertisement
Advertisement