April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Memahami HIV, AIDS, Serta Gejala Yang Kasat Mata

4 min read

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menyerang sel CD4+ dan limfosit. Limfosit memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk berfungsi dengan baik, dan saat habis karena diserang virus, sistem kekebalan tubuh menjadi turun kemampuannya.

Jika tubuh memiliki jumlah CD4+ di bawah 200, maka rentan terhadap infeksi oportunistik, yang seiring dengan berjalannya waktu akan berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Selama masa transisi dari HIV menjadi AIDS, virus HIV menghancurkan sel-sel darah putih. Virus berkembang biak (mereplika diri) sembari melemahkan sistem imun, dan membuat tubuh rentan terhadap infeksi.

Replikasi Virus dan Penghancuran Sel

Sel inang yang aktif, kemudian menggunakan polimerase RNA (materi genetik) untuk membuat salinan HIV dan messenger RNA (mRNA). Menurut Joseph S. Cervio, MD, mRNA digunakan sebagai cetak biru (blueprint) yang membuat rantai protein HIV dalam tubuh.

Rantai protein HIV dipotong menjadi protein yang lebih kecil yang kemudian berkolaborasi dengan material RNA HIV untuk membuat lebih banyak virus. Virus melepaskan diri dari sel inang dan menempel pada sel CD4 yang belum terinfeksi untuk menghancurkan dan bereplikasi lagi.

Gejala ringan HIV bisa terjadi dalam waktu 5 hingga 7 tahun setelah terinfeksi, dan selama periode waktu ini sistem kekebalan tubuh menjadi sangat lemah. Seiring dengan peningkatan jumlah virus, jumlah sel CD4+ akan menurun, menandakan stadium akhir HIV.

AIDS

Saat seseorang didiagnosa AIDS karena jumlah viral yang tinggi dan jumlah sel CD4+ rendah, dokter akan mulai terapi Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART). HAART merupakan rejimen ketat dari pengobatan sangat kuat untuk mengurangi penambahan viral dan meningkatkan kadar CD4.

Saat jumlah hitung sel CD4+ turun di bawah 200, tubuh akan mulai mengembangkan infeksi oportunistik, infeksi yang biasanya tidak akan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Sistem kekebalan tubuh yang melemah (detrimentally weakened) dan tidak dapat melawan infeksi oportunistik merupakan ciri dari virus AIDS. Infeksi oportunistik (OI) yang umum diantaranya adalah pneumocystis pneumonia (PCP), sarkoma kaposi, dan sitomegalovirus.

Pneumocystis pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan pneumonia. Sarkoma kaposi adalah kanker kulit yang menyebabkan lesi, yang juga dikenal dengan luka terbuka (open sores). Cytomegalovirus adalah infeksi mata yang dapat mendistorsi penglihatan dengan memproduksi titik-titik hitam atau floaters, sehingga mengaburkan pandangan.

 

10 Tanda & Gejala HIV/AIDS Paling Umum

Setelah terinfeksi HIV, orang yang mengalaminya akan menunjukkan gejala infeksi. Berikut adalah tanda dan gejala umum HIV:

  1. Depresi

Setiap orang pernah merasa sedih atau “feeling blue”. Jika lekas hilang, kondisi ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Tapi ketika perasaan ini berlangsung lebih lama dari beberapa minggu, seseorang mungkin menderita depresi. Depresi merupakan salah satu gejala infeksi HIV.

  1. Diare

Diare dapat mengancam jiwa jika tidak dirawat dengan benar dan cepat. Diare berkepanjangan bisa muncul akibat HIV karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun.

  1. Sariawan

Sariawan pasti tidak menyenangkan. Bibir terlihat pucat dan pedih sehingga menghilangkan nafsu makan. Sariawan berkepanjangan bisa menjadi penanda HIV akibat terjadinya infeksi oportunistik seiring kekebalan tubuh yang menurun.

  1. Kehilangan berat badan

Kehilangan berat badan merupakan gejala umum HIV. Orang yang tidak sedang menjalani program penurunan berat badan tetapi mengalami penurunan bobot, patut waspada akan hal ini.

  1. Lipodistrofi

Lipodistrofi terutama terjadi pada orang yang telah menjalani pengobatan HIV. Pemberian kombinasi obat untuk HIV bisa memicu sindrom redistribusi lemak atau disebut pula lipodistrofi.

  1. Asidosis laktat

Asidosis laktat merupakan efek samping lain yang berkaitan dengan pengobatan HIV. Asidosis laktat terjadi ketika tubuh menjadi lebih asam akibat produksi berlebihan laktat.

  1. Infeksi sinus

Infeksi sinus membuat kepala terasa padat dan penuh. Tekanan yang terjadi di balik mata membuat penderitanya sulit berkonsentrasi. Infeksi sinus dan sakit kepala yang disebabkannya bisa amat menyakitkan. Orang yang hidup dengan HIV umum mengalami kondisi ini.

  1. Kelelahan

Kelelahan menjadi masalah umum bagi mereka yang hidup dengan HIV. Sistem kekebalan tubuh yang tidak lagi berfungsi normal membuat vitalitas seseorang tidak sama lagi seperti sediakala.

9 . Mual/muntah

Mual tidak hanya membuat tidak nyaman. Bila diiringi dengan muntah, kondisi tersebut bisa berbahaya. Orang yang hidup dengan HIV berpotensi sering merasa mual, baik karena obat HIV atau karena infeksi oportunistik.

  1. Perasaan terbakar dan kesemutan di tangan dan kaki

Rasa terbakar dan kesemutan bisa mengganggu dan menyakitkan serta umum dirasakan orang yang terinfeksi HIV.

 

Pencegahan, Faktor Risiko, & Fakta Penularan HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika memperkirakan sekitar 55.000 orang di Amerika Serikat terinfeksi HIV setiap tahunnya.

Kondisi yang Tidak Menular

Virus HIV tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, HIV tidak ditularkan melalui kegiatan seperti memeluk atau menyentuh barang-barang orang yang terinfeksi. Selain itu, bertentangan dengan kepercayaan populer, nyamuk tidak dapat menularkan HIV dari orang yang terinfeksi kepada orang sehat yang tidak terinfeksi.

Penularan

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti pada darah, air mani, dan ASI. Cara penularan yang paling umum adalah melalui kegiatan seksual, termasuk oral seks dan ciuman mulut dalam waktu lama, dari ibu ke anak, atau melalui penggunaan jarum suntik narkoba yang tidak steril.

Faktor Risiko

Risiko seseorang terkena infeksi HIV akan meningkat jika pernah berbagi jarum suntik, pernah melakukan hubungan seks tanpa kondom, pernah berhubungan seks dengan laki-laki yang pernah melakukan hubungan seks dengan orang lain, atau menerima transfusi darah sebelum tahun 1985.

Pencegahan

Penularan HIV dapat dicegah dengan tidak menggunakan narkoba suntik dan menggunakan kondom setiap berhubungan seks.

Konsep ABC

Telah dikembangkan konsep ABC untuk mencegah HIV/AIDS, yakni:

Abstinence (Menghindari), metode pencegahan yang paling efektif dengan cara menghindari hubungan seks dan perilaku berisiko tinggi.

Be Faithful (Setia), berganti-ganti pasangan meningkatkan risiko terinfeksi HIV.

Condoms (Menggunakan Kondom), melakukan hubungan seksual dengan perlindungan untuk mencegah penularan penyakit, termasuk HIV.

Jika anda merasa mengalami atau memiliki resiko tertular HIV, alangkah baiknya segera memeriksakan diri di labolatorium terdekat agar bisa dikondisikan sejak awal jika memang dinyatakan positif HIV. [Dihimpun dari berbagai sumber]

Advertisement
Advertisement