146,5 Juta Penduduk Indonesia Sudah Vaksin 2 Dosis, Tapi Tetap Banyak yang Terpapar COVID-19, Begini Sebabnya
JAKARTA – Penduduk Indonesia yang telah disuntik vaksin COVID-19 dosis kedua saat ini mencapai 146.554.884 orang.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, jumlah orang yang mendapatkan vaksin dosis kedua terakhir ada 350.743 orang.
Dilansir Antara, penerima vaksin COVID-19 dosis ketiga sebagai booster atau penguat juga bertambah menjadi 11.457.714 orang, mengalami peningkatan 133.441 orang dibandingkan Kamis (03/03/2022).
Pemerintah menargetkan 208.265.720 orang mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 demi mendapatkan kekebalan komunal dari penyakit yang menyerang sistem pernapasan tersebut.
Tetap Bisa Terjangkit COVID-19
Namun, meski sudah divaksin dua kali, bukan berarti orang menjadi kebal terhadap virus corona, terutama varian-varian terbaru seperti Omicron.
Contohnya Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad. Amsakar menerima suntikan dosis pertama COVID-19 pada 15 Januari 2021 dan dosis kedua 14 hari kemudian. Sekitar tiga bulan kemudian, pada 10 April 2021 hasil tes PCR menyatakan Amsakar positif COVID-19.
Menurut Amsakar, tubuhnya bisa lekas pulih berkat vaksinasi yang telah dijalaninya.
“Saya orang pertama divaksin di Batam, dan saya juga pernah terpapar COVID-19. Namun, COVID-19 tidak terlalu berpengaruh, karena saya sudah divaksin,” kata dia pada 18 Juni 2021 lalu, dikutip dari Antara.
Pengalaman yang sama juga dialami Chahaya Simanjuntak, warga Batam, yang telah menerima vaksin Sinovac dua dosis.
Ia menerima dosis pertama vaksin pada 3 Maret 2021 dan dosis kedua 14 hari kemudian, dan pada awal Mei, ia dinyatakan positif COVID-19 melalui pemeriksaan PCR.
Awalnya, Chahaya mengeluhkan demam dan meriang. Namun, tes antigen menunjukkan hasil negatif COVID-19.
Sadar dengan kondisi badannya yang tidak fit, ia memutuskan menjalani isolasi mandiri di kediamannya selama delapan hari, hingga kesehatannya memburuk.
Chahaya kembali ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lengkap.
“Waktu itu saya langsung dibawa ke ruang ICU untuk pemeriksaan, mulai dari rekam jantung, cek saturasi oksigen, rontgen x-ray dan lainnya. Dari situ ketahuan bahwa sudah ada flek di paru-paru saya,” kata dia.
Setelah itu, Chahaya menjalani tes PCR dan dinyatakan positif COVID-19.
Menurut dokter, dengan adanya flek itu, kondisi Chahaya semestinya lebih buruk. Namun, Chahaya bisa bertahan dengan kondisi relatif baik.
“Kondisi aku lebih ringan. Menurut dokter seharusnya aku sudah parah. Dokternya bertanya, sudah vaksin ya. Pantes saja,” kata Chahaya bercerita.
Sama dengan Chahaya, warga Batam lainnya, Andi, juga telah menerima vaksin Sinovak dua dosis. Bahkan, ia orang kedua yang menerima vaksin dalam tahap kedua program vaksinasi COVID-19 di Batam.
Berbarengan dengan Chahaya, vaksin dosis pertama disuntikkan pada Andi, 3 Maret 2021 dan dosis kedua 14 hari kemudian. Pada Sabtu (5/6), ia dinyatakan positif COVID-19 melalui pemeriksaan PCR.
“Alhamdulillah gejalanya ringan. Pada awal saya mengalami meriang. Itu hanya dua hari,” kata Andi.
Beberapa hari kemudian, ia mengalami kehilangan indra penciuman. Syukurnya, kondisi tubuhnya sudah bugar, sedangkan pada hasil tes kedua PCR, Senin (07/03/2021), ia negatif COVID-19.
“Saya benar-benar sudah merasa sehat saat itu. Tapi tentu saja tetap menjalani isolasi mandiri hingga genap 10 hari, sebagaimana yang dianjurkan dokter,” kata dia.
Divaksin 3 Kali Pun Tetap Bisa Terjangkit
Jangankan dua kali, disuntik vaksin booster (dosis ketiga) pun tetap bisa terjangkit.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan varian Omicron bisa menjangkiti orang yang sudah divaksinasi dan menyebabkan infeksi COVID-19 terjadi kembali.
Nadia menuturkan orang yang sudah divaksinasi dan mendapat penguat (dosis tiga) tetap masih bisa tertular COVID-19 akibat infeksi varian Omicron.
Sebuah studi terkait infeksi di Afrika Selatan menunjukkan infeksi Omicron dapat terjadi pada kelompok yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap dengan gejala klinis ringan hingga sedang.
“Hal yang pasti kita ketahui bahwa memang Omicron ini penularannya lebih cepat dan bisa menghindar dari sistem kekebalan tubuh,” ujar Siti Nadia dalam diskusi virtual bertajuk ‘Membendung Transmisi Omicron’ di Jakarta pada 24 Desember 2021 lalu. []