May 9, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

34 Tahun Menjadi Diplomat, Bingung Saat Bertemu PMI yang Bangga Lahirkan Bayi Berhidung Mancung

4 min read

JOGJAKARTA  – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (FIB UGM) akan melakukan peluncuran buku berjudul “Diplomasi Ringan dan Lucu” karya diplomat ulung, M. Wahid Supriyadi pada Selasa, (10/11/20).

Acara peluncuruan buku karya diplomat ulung, yang terakhir ditugaskan sebagai Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus (2016-2020) itu akan dilakukan secara daring melalui kanal YouTube FIB UGM.

Adapun pembicara yang akan hadir di antaranya Rektor UGM, Professor Panut Mulyono, Dubes RI untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi, Dekan Fakultan Ilmu Budaya UGM, Wening Udasmoro dan Senior Editor The Jakarta Post, Kornelius Purba serta Achmad Munjid sebagai moderator.

“Pada tanggal 10 November nanti adalah peluncuran pertama buku saya, digelar oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, rencananya dibuka oleh Pak Rektor (Prof. Panut Mulyono),” ujar Wahid seperti dikutip dari Indo Sinpo.com, Sabtu (31/10/2020).

Dalam pengantarnya, mantan Dubes RI untuk Uni Emirat Arab (2012-2016) ini mengaku, buku yang ditulisnya berisi kisah-kisah unik dan lucu yang dialaminya selama menjadi diplomat Indonesia di negeri orang.

Dalam buku pertamanya ini, Wahib mengaku sengaja menulis beberapa pengalaman pribadinya yang sangat bekesan selama 34 tahun berkarir sebagai diplomat. Pengalaman-pengalaman itulah yang mengisi halaman demi halaman dalam bukunya yang setebal 340 halaman itu.

“Yang paling unik adalah penempatan saya di Australia yang berlangsung tiga kali berturut-turut, dari pangkat terendah, Atase di KBRI Canberra sampai Konsul Jenderal di Melbourne,”beber Konjen di negeri Kanguru (204-2007) ini.

Wahid mengungkapkan, jarang sekali seorang diplomat ditempatkan di satu negara tiga kali berturut-turut. Itulah sebabnya dirinya selalu berpikir apakah penugasannya ini suatu hadiah (reward) atau merupakan hukuman (punishment).

“Pos Australia adalah pos yang sangat berat untuk pejabat penerangan. Tantangan kita adalah media yang sebagian besar kritis terhadap Indonesia akibat peristiwa Balibo Five Oktober 1975, kelompok kiri yang anti-Indonesia dan juga beberapa LSM yang memang dari awalnya sangat anti terhadap Indonesia,”

Wahib membocorkan beberapa pengalamannya yang sangat lucu seperti misalnya ketika dirinya bertemu dengan seorang warga negara Australia keturunan Belanda. Orang tersebut menyapanya dengan Bahasa Jawa.

Atau ketika berlibur di Port Macquarie, wilayah New South Wales, dirinya bertemu dengan seorang “bule” Australia memakai batik Korpri dengan model mini.

“Ada juga seorang wanita karir di Dubai yang walaupun sudah naik kelas bisnis, masih dianggap sebagai pembantu oleh orang Emirat yang duduk di sebelahnya. Di Rusia, satu keluarga rela mengantre untuk masuk sebuah museum,” kisah Wahid.

“Pernah juga seorang TKW Indonesia, ketahuan melahirkan bayi padahal hanya 3 kali ke luar rumah. Setelah ditanya majikan, dia bilang sama orang Mesir. Tadinya dia curiga sama suami. Nah ketika lahir anak perempuan mancung, ternyata si TKW bangga, dan ketika nelpon suaminya di Indramayu, si suami ikut seneng punya anak mancung. Lha cilaka, siapa yang mau kita bela, wong dia ingin punya anak mancung,” beber Wahid vai aplikasi pesan singkat dikutip dari  Indo News.id, Sabtu (31/10/20).

Ia berharap, buku yang ditulisnya ini memberikan inspirasi kepada anak-anak muda di kampung, sebagaimana dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan di kampung bahwasannya banyak jalan menuju Roma, bukan sekadar pepatah.

“Saya dari jurusan yang tidak mainstream ternyata bisa berkarir di dunia diplomasi, sekali menjabat sebagai Konsul Jenderal dan dua kali menjadi Duta Besar. Tidak ada yang tidak bisa, asal kita jujur, berusaha keras, berdedikasi, dan loyal kepada atasan dan negara,” harap Wahid.

Mantan Staf Khusus Menteri Pertahanan, Prof Tjipta Lesmana dalam pengantarnya menyebut diplomat Indonesia yang suka menulis, apalagi menulis buku, bisa dihitung dengan jari.

“Jangankan diplomat, dosen bahkan Guru Besar pun tidak banyak yang punya hobi menulis buku karena membutuhkan ketekunan, passion yang kuat, kejujuran di samping ketersediaan waktu yang cukup,” tulis Prof Tjipta.

Sesuai judulnya, kata pengamat politik itu, buku “Diplomasi Ringan dan Lucu: Kisah Nyata, karangan Mohamad Wahid Supriyadi memang dimaksudkan sebagai catatan ringan – tapi berbobot – yang ada dalam memori penulis selama lebih 30 tahun berkarier di Kementerian Luar Negeri, khususnya selama memangku jabatan diplomat di Australia, Uni Emirat Arab dan Rusia.

“Kesan pertama yang saya tangkap dari buku Pak Wahid: buku ini seperti ditulis oleh seorang wartawan atau jurnalis, bukan diplomat. Semua kisah yang dipaparkan enak dibaca, sangat runtut dan menarik untuk disimak, terutama untuk mereka yang suka travelling, akademisi, juga untuk diplomat,” ungkap Prof Tjipta.

“Sekali membuka halaman-halaman pertamanya, tambahnya, pembaca bisa jadi langsung terpikat untuk terus membacanya, mengikuti kisah demi kisah yang disajikan penuh humanisme, kadang humor dan menambah kaya “pengalaman virtual” pembaca tentang kehidupan masyarakat di manca negara,” tambah Prof Tjipta.

Bagi yang ingin menyimak, dapat mengunjungi akun YouTube FIB UGM dengan nama Kanal Pengetahuan Fakultas Ilmu Budaya UGM atau instagram @fib.ugm pada Selasa (10/11/20), pukul 13.00 WIB.

Pemimpin Redaksi Indonews.id selaku Dosen Senior IPDN, Drs. Asri Hadi, MA mengucapkan selamat atas diluncurkannya buku ini. Semoga pemikiran-pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang dicurahkan dalam buku ini bermanfaat bagi pembaca.

“Selamat atas diterbitkannya buku ini. Semoga memberikan sumbangsih yang berarti bagi pembaca terutama mereka yang ingin berkarir di dunia kementerian luar negeri dan di kedutaan,” ungkap alumni Monash University ini. []

Advertisement
Advertisement