52% Anak Indonesia Tidak Suka Rasa dan Kualitas Makanan dari MBG
3 min read
JAKARTA – Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto yang mulai dilaksanakan pada Senin (6/1/2025) di 26 provinsi di Indonesia. Sasaran program MBG mencakup anak-anak sekolah, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Program ini diharapkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penguatan gizi dan langkah mencegah stunting.
Kementerian Keuangan mencatat bahwa hingga 8 September 2025, penyaluran anggaran untuk program MBG mencapai Rp13 triliun dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut dana tersebut dipakai untuk melayani 22,7 juta penerima MBG di seluruh Indonesia.
“Makan Bergizi Gratis sampai dengan 8 September kemarin melayani 22,7 juta penerima, dilayani oleh 7.644 SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi),” kata Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (23/9/2025).
Penyaluran, realisasi, dan pemerataan program MBG terus diupayakan oleh pemerintah. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek yang perlu dievaluasi. Sejak awal terlaksananya program tersebut hingga 19 September 2025, 5.626 siswa mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG yang diberikan di beberapa daerah.
Kasus keracunan yang terjadi ini tentunya menarik banyak atensi dan menuai kritik dari berbagai kalangan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) telah meluncurkan survei Kajian Suara Anak: Mengedepankan Perspektif Anak dan Program MBG. Survei dilakukan menggunakan pendekatan Child-Led Research (CLR) dan Listening to Children (LtC) dengan metode convenience sampling. Responden merupakan 1.624 anak-anak berusia 12-17 tahun dari 12 provinsi yang telah menerima program MBG lebih dari sekali.
Pengumpulan data dilakukan secara daring pada 11 Juli–1 Agustus 2025, serta diperkuat dengan diskusi kelompok terarah (FGD) yang melibatkan 31 anak-anak dan 3 peserta dewasa berusia 18 tahun ke atas untuk menggali pandangan lebih mendalam tentang pelaksanaan program ini.
Apa yang Tidak Disukai Anak RI dari Program MBG?

Rasa dan kualitas makanan menjadi aspek yang paling tidak disukai dari program MBG dengan persentase 52%, disusul dengan menu makanan yang tidak masuk preferensi atau selera responden sebesar 33,5%.
Aspek lainnya seperti jadwal makan turut memengaruhi minat responden dalam mengikuti program MBG dengan persentase 22,1%. Sedangkan sebagian responden lainnya merasa kurang suka dengan cara penyajian makanan (13,5%). Adapun 17,8% responden menjawab lainnya dan 6,4% menjawab tidak ada.
Berdasarkan hasil survei, ditemukan fakta yang menarik bahwa mayoritas responden yang tidak suka dengan rasa dan kualitas makanan dari MBG berasal dari Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, NTB, dan NTT. Sedangkan responden lainnya yang berasal dari Aceh, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah memilih jadwal makan sebagai aspek yang tidak disukai dari program MBG.
Kenapa Anak RI Tidak Habis MBG?

Sebanyak 35,2% responden mengaku punya pengalaman tidak menghabiskan MBG dan alasan utamanya karena merasa sudah kenyang (19,9%). Kemudian 19,6% menjelaskan jika makanan yang diperoleh sudah basi/bau sehingga menurunkan minat menghabiskan MBG. Hal ini divalidasi kembali melalui tanggapan dari salah satu responden dengan nama yang telah disamarkan dalam sesi FGD yang mengatakan jika bahan-bahan makanan MBG cenderung sudah basi.
“Menunya kurang cocok dan kadang tidak segar, daging kadang tidak segar, mungkin itu karena faktor yang terlalu disimpan lama, ada beberapa teman-teman yang alergi dengan menunya akhirnya mereka tidak bisa MBG itu,” ujarnya.
Tidak hanya itu, faktor lainnya yang menjadi alasan mengapa responden tidak menghabiskan MBG adalah karena rasanya tidak enak (16,6%), hambar (8,9%), dan tidak suka dengan menunya (8%).
Bagaimana Pemahaman Anak RI terhadap Program MBG?

Hasil survei menampilkan bahwa mayoritas responden telah memahami tujuan pelaksanaan MBG. Sebanyak 16,7% responden mengatakan jika program MBG membantu untuk menghemat uang jajan dan 7,1% merasa MBG membuat pola makan menjadi teratur.
Lebih lanjut, 6,5% responden merasa tujuan MBG adalah untuk membantu meningkatkan konsentrasi belajar, disusul membentuk anak Indonesia yang sehat (5,6%), membantu pemenuhan gizi (4%), dan membuat kenyang (3,4%).
Tidak hanya itu, pemahaman responden terkait tujuan program MBG antara lain untuk edukasi gizi (3,3%), makan bersama (3,3%), tidak jajan sembarangan (1,6%), dan membantu orang yang tidak mampu (1,5%).
Data di atas dapat disimpulkan jika pemahaman anak mengenai MBG berorientasi pada tiga aspek, yakni dari segi manfaat ekonomi, MBG memberi manfaat untuk wilayah rawan gizi dan menghemat uang jajan. Sedangkan dari segi perubahan perilaku, MBG mendorong pola makan teratur dan dari segi proses pembelajaran, MBG dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa. []
Sumber Good Stats
