72 Tahun Merdeka, Buruh Dan Petani Belum Bahagia ?
2 min readBadan Pusat Statistik baru-baru ini mengelarkan laporan Indeks Kebahagiaan Indonesia 2017 sebesar 70,69 pada skala 0-100. Indeks kebahagian dipengaruhi oleh Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 71,07, Indeks Dimensi Perasaan 68,59, dan Indeks Dimensi Makna Hidup 72,23.
Dalam laporan tersebut terungkap bahwa hidup pedesaan tidak lebih bahagia daripada di perkotaan. Ditilik dari karakteristik wilayah, indeks kebahagiaan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan.
Menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), mengacu pada perkembangan kemiskinan di pedesaan dan juga nilai tukar petani (NTP) Juli 2017 yang tidak menggembirakan, laporan tersebut tidaklah mengejutkan. Bahkan, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, anggaran sektor pertanian sebesar Rp 50 triliun per tahun tidak memberikan hasil yang berarti bagi peningkatan produksi pertanian dan kehidupan petani di Indonesia disebabkan beberapa kekeliruan
“Sementara janji pemerintah untuk melaksanakan reforma agararia sesuai dengan RPJMN meskipun hanya berupa redistribusi tanah sembilan juta hektar, dan redistribusi hutan 12,7 hektar bagi orang miskin dan petani kecil pun belum terlaksana hingga saat Presiden Jokowi membacakan pidato nota keuangan dan paparan APBN 2018 di sidang MPR pada 16 Agustus dan bahkan menjelang detik-detik Hari Kemerdekaan ke-72,” papar Henry dalam keterangannya, Sabtu (19/8).
Oleh karena itu, wajar mengapa indeks kebahagiaan masyarakat pedesaan yang notabene sebagai petani di pusat-pusat produksi pertanian lebih rendah dari perkotaan.
“Akibatnya dunia pertanian semakin ditinggalkan oleh keluarga petani menuju perkotaan atau luar negeri menjadi buruh migran,” tutur Henry.
Fakta berbicara bahwa selama kurun waktu 2015-2017, terdapat penurunan jumlah tenaga kerja pertanian dari 40,12 juta jiwa menjadi 39,68 juta jiwa. Sementara dari hasil Sensus Pertanian 2013, kurang lebih lima juta kepala keluarga pertanian meninggalkan sektor pertanian selama 2003-2013.
Meski demikian, kehidupan sosial di pedesaan tetap menampakkan kerukunan, kekeluargaan dan kolektivitas dibandingkan dengan kehidupan perkotaan dengan individualnya. Hal ini terlihat dari dimensi kepuasan hidup sosial perdesaan lebih tinggi dari perkotaan.
“Oleh karena itu, saatnya untuk pembangunan kembali koperasi sebagai lembaga ekonomi kolektif pedesaan sebagai upaya meningkatkan indeks kebahagiaan orang-orang di pedesaan,” ujarnya.
Untuk itu, dalam suasana memperingati HUT RIke-72, SPI mengingatkan kembali kepada Presiden Joko Widodo untuk menyegerakan pelaksanaan reforma agraria dan mendistribusikan tanah kepada petani kecil dan tak bertanah. [Asa/WSK]