April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ajari Anak Melindungi Tubuhnya Sendiri

3 min read

Isu yang spesifik untuk anak perempuan, seperti pernikahan anak dan pelecehan seksual yang lebih sering terjadi pada anak perempuan memicu terciptanya Hari Anak Perempuan Internasional.

Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat dicegah dengan mengajarkan anak-anak untuk mengetahui batas kepatutan dan anatomi tubuh sejak dini.

Namun, budaya kerap menjadi tirai penghalang bagi orang tua untuk memulai obrolan ringan dengan topik pengetahuan seksual dan anggota tubuh pada anak-anak mereka sendiri. Padahal, pengetahuan dasar tersebut dapat menjadi benteng penting bagi anak-anak di masa depan.

Berikut ini hal-hal yang bisa dimulai orang tua untuk memberikan pemahaman yang tepat tentang menghargai tubuhnya sendiri.

 

Mengenalkan anatomi secara tepat

Menyebut bagian tubuh dan menjelaskan kepada anak tanpa menggunakan bahasa kiasan adalah hal yang penting.

Mengenalkan kata penis untuk anak laki-laki, bukan diganti kata burung atau belalai gajah. Lalu, vulva pada anak perempuan, bukan pipit atau nonik.

Laura Palombo, tenaga spesialis dan pencegahan dari National Sexual Violence Resource Center (NSVRC), Kota Pennsylvania, Amerika Serikat, mengatakan bahwa menyebut anggota tubuh dengan benar dapat membantu anak-anak menciptakan kebanggaan dan perhatian penuh pada tubuh mereka.

“Ini dapat mempromosikan citra tubuh positif, kepercayaan diri, dan membantu komunikasi orang tua dan anak. Dan, jika terjadi pelecehan, ini akan membantu anak-anak dan orang dewasa menelusuri kisah mereka untuk pengungkapan dan proses wawancara forensik.”

Bagi orang tua yang merasa kesulitan untuk memulai percakapan ini dengan anak-anak, sebaiknya mencari buku referensi yang dapat membantu mereka menjelaskan pada anak dengan cara yang tepat.

 

Ajari mereka menjelaskan dengan tepat

Melatih anak untuk dapat membedakan rasa sakit, senang, nikmat atau apapun dengan kata-kata adalah juga hal yang penting. Orang tua wajib memberi anak-anak panduan tentang bagaimana mengekspresikan banyak perasaan, misal, yang dapat dipicu oleh sentuhan, genggaman, atau rabaan secara spesifik.

Hal ini dapat dicoba dengan sederhana, seperti yang dilakukan oleh penulis dan pembuat film Sue Jaye Johnson.

Ia membuat permainan kata sederhana dengan anaknya untuk membantu mereka mendeskripsikan apa yang dirasakan. “Saya menggores kuku jari di lengan putri saya dan berkata, ‘Beri saya satu kata untuk menggambarkan ini.’ Lalu ia menjawab ‘Kekerasan,’ katanya. Saya segera memeluknya, memeluknya dengan erat. Lalu ia berkata “Dilindungi,” kepada saya.”

Latihan sederhana ini akan membantu mereka memahami bagaimana mengungkapkan perasaan dengan jujur, rasa tidak nyaman dan perasaan aman saat dilindungi.

 

Jangan paksa anak memeluk atau bersalaman

Kadang, demi alasan sopan santun, sering orang tua memaksa anak untuk bersalaman atau memeluk orang asing, kenalan atau kerabat yang baru dikenalnya. Sebaiknya mulai sekarang hindari paksaan itu.

Pedoman ini untuk melatih sikap mereka kelak, yakni mereka harus merasa nyaman dengan orang sebelum saling bersentuhan. Tubuh mereka adalah aset berharga dan mereka tidak seharusnya membiarkan tubuh mereka disentuh demi alasan sopan santun atau norma tertentu jika tidak merasa nyaman.

“Mengingatkan anak Anda bahwa dia memiliki kekuatan untuk mengatakan “tidak” untuk kontak fisik, bahkan dari kerabat tercinta adalah sangat penting,” kata psikolog Dr. Andrea Bastiani Archibald.

Jika anak Anda merasa ingin memeluk, biarkan dia memeluk, tetapi jika dia enggan, tawarkan beberapa alternatif, misal, senyum dan ucapkan salam saja.

 

Ajarkan mereka untuk melihat penolakan sebagai bagian dari kehidupan

Umumnya, orang tua selalu ingin membuat anak merasa nyaman dan tidak mengalami kesusahan. Alhasil, mengajarkan kegagalan kadang diabaikan dan tidak diperlukan. Padahal hal seperti itu adalah keliru.

“Tak semua orang mampu menghadapi kegagalan dengan bijak. Justru dengan anak mengalami kegagalan, saatnya orang tua melatih mereka bagaimana jadi pribadi yang tangguh dan bisa menghadapi kenyataan serta mampu melanjutkan langkah berikutnya,” ujar Jamie M. Howard, PhD, seorang psikolog klinis.

 

Analogi secangkir teh

Mengajarkan anak tentang konsep sepaham dalam suatu hubungan dapat melalui sebuah video ilustrasi berjudul analogi teh.

Melalui video singkat durasi kurang lebih lebih menit ini, orang tua bisa mengajari putra dan putri mereka tentang pelecehan seksual. Konsep suka sama suka dan pemaksaan akan tergambar jelas dalam video ini.

Perempuan dan laki-laki bisa melakukan tindakan yang termasuk pelecehan seksual jika tidak mengetahui konsep dasar tindakan mereka.

Jadi, jika anak-anak Anda datang dan mengadu tentang masalah pribadi yang sulit, beri tahu mereka bahwa Anda senang mereka datang kepada Anda. Pastikan anak-anak tahu kalau mereka dapat mengajukan pertanyaan kepada Anda kapan saja. Yakinkan mereka, Anda adalah tempat yang tepat untuk memulai berbagi kisah pertama kali.[]

Advertisement
Advertisement