Akhlak Rasulullah Terhadap Sesama yang Wajib Diteladani
JAKARTA – Pribadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pribadi yang sangat agung, yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak beliau memadukan antara pemenuhan terhadap hak Allah sebagai Rabbnya dan penghargaan kepada sesama manusia.
Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai Allah Azza wa Jalla pun memujinya.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. [QS. Al-Qalam :4].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur akhlaknya. Rasulullah tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah mencela dan beliau tidak suka melaknat.
Teladan agung Nabi Muhammad SAW dijelaskan pula dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al Ahzab ayat 21).
Dilansir Mui.or.id dari kitab Shafat ash-Shafwah, Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Al Jauzi, menjelaskan contoh keteladanan Rasulullah Muhammad SAW dalam lima aspek kehidupan.
- Tidak sombong
Nabi Muhammad SAW selalu rendah hati kepada siapapun dan tidak pernah menyombongkan diri bahkan atas kehormatan dan keistimewaannya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatka Bukhari.
Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Jangan goda aku (juga) karena orang-orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka sebutlah (kamu) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari)
- Lemah lembut
Rasulullah SAW dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Beliau tidak pernah melakukan hal-hal buruk, tidak pernah berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak.
Rasulullah SAW tidak pernah membalas perbuatan buruk yang menimpanya. Bahkan, dia mendoakan orang yang menyakitinya dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut:
Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata, “Saya berkata kepada Aisyah, ‘Bagaimana sikap Nabi terhadap keluarganya?’ Aisyah menjawab, “Dia adalah orang yang paling terpuji. Rasulullah tidak pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak di tengah pasar. Dia tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi dia memaafkan dan memaafkan hal-hal buruk yang ditujukan kepadanya secara pribadi.” (HR Imam Ahmad).
- Cinta sesama
Kecintaan Nabi Muhammad SAW terlihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Beliau dikenal lemah lembut terhadap para sahabatnya, memaafkan mereka dan meminta kepada Allah SWT untuk mengampuni dosa dan kesalahan mereka, Nabi juga sangat menyayangi anak-anak.
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang berdoa, dia mendengar seorang anak kecil menangis dan menjadi khawatir tentang anak itu. Nabi kemudian mempercepat salatnya karena mengetahui bahwa ibu anak itu pasti sangat khawatir dengan tangisan putranya.
Dari Abu Qatadah Al-Anshari dari ayahnya RA, Rasulullah SAW bersabda, “ “Sesungguhnya aku mengerjakan salat dan berniat melakukannya dalam waktu yang lama. Tetapi aku mendengar seorang anak kecil menangis maka aku mempercepat salat. Karena aku tahu bahwa ibunya pasti sangat khawatir tentang tangisan putranya.” (HR Bukhari dan Muslim).
- Toleran
Mengutip Okezone.com, suatu kali ada seorang Yahudi meninggal dunia yang dibawa oleh para kerabatnya untuk dimakamkan. Pada saat yang sama, Nabi SAW dan para sahabat sedang duduk-duduk.
Mengetahui ada jenazah orang Yahudi sedang lewat, Nabi SAW kemudian berdiri sebagai tanda penghormatan. Spontanitas para sahabat bertanya, “wahai Nabi, kenapa engkau berdiri, padahal jenazah tersebut adalah seorang Yahudi?”
Rasuullah menjawab, “setidaknya ia adalah seorang manusia”. Sikap ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi toleransi.
- Dermawan
Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Seorang pria mendatangi Nabi SAW dan meminta kambing yang jumlahnya sama dengan jarak antara dua gunung, maka beliau memberikan apa yang dia minta. Si pria lantas pulang ke kaumnya dan berkata, “Wahai umatku, masuklah ke agama Islam, karena Muhammad akan memberimu hadiah yang tidak akan kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin.” (HR Muslim). []