December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Al-Quran Mengingatkan untuk Tidak Mengejek Orang Lain, Sebab Begini Konsekwensinya

2 min read

ApakabarOnline.com – Mengejek merupakan sebuah sikap mengolok-olok seseorang atau menertawakan dan menyindir dengan maksud menghinakan atau mempermainkan dengan tingkah laku.

Tentu, sikap tersebut adalah sikap yang tidak terpuji dan ajaran Islam dengan tegas melarangnya. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 104, yakni sebagai berikut.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَقُولُوا۟ رَٰعِنَا وَقُولُوا۟ ٱنظُرْنَا وَٱسْمَعُوا۟ ۗ وَلِلْكَٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Yā ayyuhallażīna āmanụ lā taqụlụ rā’inā wa qụlunẓurnā wasma’ụ wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa’ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih”.

Mengenai ayat tersebut, Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berpendapat dalam tafsirnya As-Sa’di, bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk memperhatikan adab ketika berbicara kepada Nabi atau dalam konteks saat ini kepada seseorang.

Salah satu yang harus diperhatikan adalah menghindari kata yang tidak jelas maknanya, seperti kata “Raa’ina” karena bisa saja itu berasal dari kata “Ru’uunah” yang bermakna bodoh, ataupun bisa saja dari kata “Raa’i” yang artinya perhatian kami. Dan maksud dari ungkapan itu menunjukkan bahwa seakan-akan mengatakan “Perhatikan kami, maka kami akan memperhatikanmu”.

Dalam hal ini, Allah SWT mengajarkan kalimat yang baik dan bagus maknanya yang mengandung kesopanan, misalnya kata “Undzurna”. Kemudian Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin untuk mendengarkan nabi ketika sedang berbicara kepada mereka, supaya tidak perlu menanyakannya lagi nanti. Karena mengejek nabi, mengolok-olok, menghinakan adalah sebuah kekufuran yang nyata.

Selain itu, ayat lainnya yang kurang lebih sama maknanya dengan ayat tersebut adalah dalam QS. An-Nisa ayat 46, yakni:

مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَٱسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَٰعِنَا لَيًّۢا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى ٱلدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَٱسْمَعْ وَٱنظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِن لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا

Minallażīna hādụ yuḥarrifụnal-kalima ‘am mawāḍi’ihī wa yaqụlụna sami’nā wa ‘aṣainā wasma’ gaira musma’iw wa rā’inā layyam bi`alsinatihim wa ṭa’nan fid-dīn, walau annahum qālụ sami’nā wa aṭa’nā wasma’ wanẓurnā lakāna khairal lahum wa aqwama wa lākil la’anahumullāhu bikufrihim fa lā yu`minụna illā qalīlā

Artinya: “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis”.

Demikianlah ayat mengenai pentingnya menjaga akhlak yang baik, dengan tidak bersikap mengolok-olok atau mengejek siapapun lebih-lebih itu adalah kekasih Allah. Semoga bermanfaat dan kita terhindar dari sikap tidak baik itu. []

Advertisement
Advertisement