December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Alhamdulilah Saya Digugat Cerai dari Hong Kong

4 min read

MADIUN – “Saya bersyukur, istri saya menggugat cerai saya dengan membayar jasa pengacara dan pengadilan mengabulkannya. Dengan seperti ini, kedua anak saya bisa diselamatkan dari pengaruh perilaku tidak terpuji dari ibunya baik di facebook maupun di dunia nyata” papar Agus Santoso, warga Kota Madiun saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com pada Selasa (30/04/2019) siang kemarin di kediamannya Kelurahan Banjarasri, Taman Kota Madiun.

Agus mengaku merasa bersyukur saat Pengadilan Agama Kediri mengabulkan permohonan gugatan cerai yang dia ketahui dengan tiba-tiba setahun silam. Pasalnya, usai gugatan tersebut diputuskan diterima, dan hubungan dia dengan Siti Komsatun sudah bukan menjadi suami istri lagi, justru Agus merasakan banyak manfaatnya.

Dalam gugatan yang diajukan oleh Siti melalui pengacaranya, Agus disebut tidak pernah memberi nafkah, tidak bekerja, dan tidak bertanggung jawab terhadap keluarga. Menanggapi tuduhan tersebut, tentu Agus geleng-geleng kepala.

“Kalau saya disebut tidak bekerja, sejak lima tahun belakangan, istri saya itu masuk dalam daftar gaji saya, mendapat fasilitas asuransi kesehatan sebagaimana saya dan anak-anak. Jadi, bagaimana mungkin perusahaan memberi gaji dan fasilitas ke saya kalau saya tidak bekerja ?, Surat keterangan saya bekerja di perusahaanpun saya bawa ke persidangan. “ terang Agus.

Agus dengan Siti mengaku membina rumah tangga sejak tahun 2009. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai seorang anak yang saat ini telah berusia 6 tahun.

Sejak sebelum menikah dengan Agus, Siti terbilang sudah sering keluar masuk Hong kong untuk bekerja. Menjelang menikah, Siti mengakhiri kontrak kerjanya. Selanjutnya, setelah belum genap setahun usai melahirkan sematawayangnya, Siti nekat berangkat bekerja ke Hong Kong lagi meski Agus berusaha menahan.

“Berangkatnya itu pas saya tidak di rumah, hilang dan tahu-tahu ngabari kalau sudah sampai Hong Kong. Tidak tahu siapa yang menandatangani surat ijin suami, yang pasti saya tidak memberi ijin dan tidak pernah tandatangan” tambahnya lagi.

Sejak awalmula keberadaan Siti di Hong Kong, Agus merasakan Siti kian sering membuat ulah. Persoalan yang bukan masalah sering dibesar-besarkan menjadi masalah hingga membuat mereka bersitegang sampai beberapa hari lamanya.

“Saya tidak bisa setiap hari pulang, karena pekerjaan saya di luar kota dan sering harus bekerja saat jam malam. Dan rutinitas bekerja saya ini yang sejatinya sudah dia ketahui sejak sebelum ke Hong Kong. Tapi seolah olah dia menjadi tidak mau tahu. “ lanjutnya.

Ketegangan antara Agus dengan Siti akhirnya mencapai puncaknya juga. Tanpa sengaja, Agus menemukan sebuah akun facebook yang didalamnya menandakan bahwa akun tersebut dimiliki oleh Siti istrinya. Didalam akun tersebut banyak sekali terdapat foto-foto mesra bahkan bersiuman di muka publik.

“Ternyata ketemu jawabannya mas, maling teriak maling, disaat jari telunjuk Siti menunjuk saya dengan tuduhan kosong, saat itu empat jarinya menunjuk pada diri Siti sendiri dengan yang dituduhkan, dia yang punya selingkuhan. Anak TKI Korea yang pernah main ke Hong Kong, bahkan saat cuti liburan, Siti pulangnya ke pelukan mantan TKI Korea di Cilacap Jawa Tengah sana” lanjut Agus.

Saat Agus bermaksud mengkonfirmasi temuannya, tiba-tiba akun facebook tersebut langsung hilang, dan tak lama berselang, surat panggilan sidang dari pengadilan datang. Agus digugat cerai Siti melalui jasa seorang pengacara.

Pengalaman yang menimpa Agus, sejatinya seringkali menimpa para suami PMI lainnya di kampung halaman. Tuduhan kosong, ditambah bantuan jasa pengacara menjadikan pertempuran di pengadilan menjadi tidak seimbang.

Bagaimana Agus menjalani dan menyikapi peristiwa yang pernah menimpa dirinya ? Melalui rubrik Kampung Halaman, Agus berbagi pesan. :

“Kepada mantan Istri saya, Siti Komsatun, saya ucapkan selamat atas hubungan yang telah kalian bina di belakang saya dibelakang anak kita. Apakah kalian hanya kumpul kebo saja atau benar-benar menikah, saya tidak ingin tahu, yang pasti, saya hanya ingin mengucapkan selamat saja.

Kepada pembaca Apakabar, belajarlah dari pengalaman pahit yang pernah menimpa rumah tangga kami. Jangan sampai kejadian ini menimpa rumah tangga kalian. Menjalani hubungan jarak jauh karena menjadi TKW itu terbilang susah-susah gampang. Lebih-lebih jika sejak awal, ada perbedaan paham dan persetujuan tentang keberadaan istri yang bekerja di luar negeri seperti yang menimpa saya kemarin, memaksakan diri meski tidak diijinkan, mbrosot ucul dari rumah dan tahu-tahu ngabari sudah sampai di Hong Kong.

Butuh kebesaran hati, kelapangan dada, kejujuran dan mutlak kepercayaan terhadap pasangan jika ingin hubungan jarak jauh yang dijalankan tidak pincang tetap utuh sampai akhir hayat nanti. Jika hanya salah satu saja yang berlapang dada, sabar dan mengedepankan kepercayaan, otomatis akan ceos seperti rumah tangga saya. Jadi harus kedua-duanya saling mengerti, saling percaya, sama-sama sabar dalam kondisi apapun.

Jika menemukan informasi miring tentang pasangan kita, jangan tergesa-gesa marah dan menuduhkan kalau informasi tersebut benar. Dengan begitu, otomatis kita sudah melepaskan kepercayaan. Tetap menjaga kepercayaan, dan tanyakan baik-baik pada istri atau suami tentang informasi tersebut. Tidak perlu tegang.

Saat dengan terpaksa rumah tangga harus berakhir dengan jasa pengacara, bersyukurlah meskipun sakit. Sebab Allah SWT pasti sedang merencanakan yang terbaik untuk kita.

Seperti yang saya lakukan, saya sangat bersyukur, sebab hikmahnya anak saya terhindar dari sentuhan seorang ibu yang tidak pantas menjadi ibu baik akhlaqnya maupun ketulusannya.

Selama Siti ke Hong Kong sampai dengan bercerai dengan saya, dia sama sekali tidak pernah pulang ke rumah baik Kediri maupun Madiun. Dia juga sama sekali tidak pernah mengirimkan uang hasil kerjanya. Memang saya tidak meminta uang hasil kerjanya, sebab, dengan pekerjaan saya, gaji yang saya dapatkan cukup untuk hidup sebulan meskipun Siti tidak bekerja. Belum lagi fasilitas kredit rumah juga saya terima. Jadi, dari sisi ini, Siti sudah sejak awal tidak jujur, ada yang dia tutupi.

Bagi teman-teman, hindari bersikap seperti Siti mantan istri saya. Itu sebuah kebiasaan yang tidak baik dan menciderai rasa percaya suami. Satu hal yang harus diingat, bekerja itu kewajiban laki-laki, jika suami anda memiliki pekerjaan dan penghasilan, jangan nekat berangkat kerja ke luar negeri sebab pasti akan ada yang dikorbankan dan mengancam keutuhan rumah tangga. “  [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement