Awal Tahun 2020 Curah Hujannya Tertinggi dalam 154 Tahun
JAKARTA – Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengungkapkan bahwa curah hujan ekstrem yang terjadi di Jabodetabek pada awal tahun 2020 merupakan yang tertinggi sejak tahun 1866 silam.
“Curah hujan ekstrem awal tahun 2020 ini merupakan salah satu kejadian hujan paling ekstrem, selama ada pengukuran dan pencatatan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya,” kata Herizal dalam keterangan tertulisnya, Jumat (03/01/2020).
Ia menuturkan, dari pengkajian data historis curah hujan harian BMKG selama 150 tahun (1866–2015), terdapat kesesuaian tren antara semakin seringnya kejadian banjir signifikan di Jakarta dan peningkatan intensitas curah hujan ekstrem tahunan, sebagaimana terjadi kemarin pada 1 Januari 2020.
“Curah hujan harian tertinggi di Jabodetabek tiap tahunnya mengindikasikan tren kenaikan intensitas 10-20 mm per 10 tahun,” tambahnya.
Herizal menjelaskan, beberapa aspek fenomena meteorologis yang biasanya menyertai curah hujan tinggi di Jakarta bisa merupakan faktor individual atau kombinasi antar beberapa fenomena atmosfer sekaligus.
Adapun fenomena tersebut, berupa Daerah Konvergensi Antar-Tropis, aktivitas Madden Julian Oscalliation/gelombang atmosfer ekuator (MJO), suhu muka laut lebih hangat, penguatan aliran monsun lintas ekuator, La Nina, dan seruakan dingin Asia (cold surge).
Ia menambahkan, penyebab banjir sejatinya bukan hanya masalah curah hujan ekstrem dan fenomena meteorologis. Terdapat beberapa faktor lain, seperti besarnya limpasan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk atau danau tempat penyimpanan air banjir.
Penyebab lain, lanjut Herizal, bisa berupa makin menyempit dan mendangkalnya sungai akibat sedimentasi dan penuhnya sampah, rendaman rob akibat permukaan laut pasang serta faktor penurunan tanah (ground subsidence) yang meningkatkan risiko genangan air.
“Pemerintah dan masyarakat diharapkan terus meningkatkan kesadarannya terhadap lingkungan dan semua persoalan yang menjadi penyebab banjir Jakarta, dan secara umum terhadap risiko bencana terkait iklim dan cuaca (hidrometeorologi) di masa mendatang,” ucap Herizal.
BMKG juga menghimbau agar semua pihak dan masyarakat tetap waspada terhadap peluang curah hujan tinggi yang masih mungkin. Pasalnya, puncak musim hujan diprakirakan akan terjadi pada bulan Februari hingga Maret.
Terdapat pula peluang fenomena gelombang atmosfer MJO dan seruak dingin yang dapat terjadi. []