Bahaya Fanatisme yang Sering Memicu Permasalahan Sosial
ApakabarOnline.com – Menyukai sesuatu seperti sepak bola, buku atau tokoh tertentu bukanlah persoalan buruk. Namun, apabila rasa suka itu menjelma menjadi fanatisme, bisa menggiring seseorang ke dalam sebuah persoalan.
Dikutip dari Psychology Today, Senin (15/03/2021) apapun objek yang disukai, orang-orang fanatik merupakan momok terbesar umat manusia. Perasaan fanatik itu bisa membius individu dan membuat orang itu lupa akan nilai-nilai lain di sekitarnya.
“Racun dari keyakinan diri, mereka yakin rasa fanatik itu merupakan kebenaran absolut, sempurna yang mereka yakini,” ujar Jeremy Sherman, psikolog di Psychology Today.
Menurut Jeremy, kebenaran yang melekat pada kaum fanatik bisa berasal dari nilai-nilai agama, politik, baik sayap kanan atau kiri, hingga spiritualitas zaman kuno.
Bagi Jeremy, mereka fanatik bukan karena apa yang mereka yakini. Namun, karena mereka mempercayai nilai-nilai itu hingga tak mau lagi mendengar nilai yang lain. Bahkan kaum fanatik sudah menutup pintu bagi pertanyaan-pertanyaan mengenai aapa yang mereka pegang erat.
“Fanatisme adalah obat bius. Masyarakat itu seperti menggunakan kokain atau alkohol hanya lebih buruk,” ujar Jeremy.
Kata Jeremy, orang-orang fanatik menjalani hidup seperti pecandu alkohol yang sedang mengemudi. Sebab orang itu akan berpikir bahwa kemudi mobil sudah dijalankan dengan benar. Namun, di sisi lain, orang mabuk di balik kemudi itu bisa kapan saja menyasar orang yang tak bersalah.
Fanatisme berasal dari Bahasa Latin, fanaticus yang berarti amarah atau gangguan jiwa. Dikutip dari laman RS Awal Bros, Senin (15/03/2021) fanatisme mencerminkan amarah seseorang. Sama seperti kata Jeremy, orang-orang fanatik seringkali tidak setuju dan tidak sejalan dengan pendapat orang lain. Fanatisme dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk berpikir logis dan rasional.
“Fanatisme terjadi akibat adanya hal yang diyakini secara berlebihan. Ketika fanatisme sudah memberikan dampak buruk bagi diri orang tersebut dan mengganggu orang sekitarnya, maka hal tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai gangguan psikologis,” ujar Ade Saputra Mulyapranata, dokter spesialis kesehatan jiwa di laman RS Awal Bros.
Ketika sudah meyakini secara ekstrem sesuatu, orang fanatik cenderung mengabaikan informasi yang kontradiktif dengan keyakinannya dan mereka tidak mampu untuk melihat sudut pandang lain.
Lalu, apakah orang-orang fanatik bisa dikenali dengan gejala tertentu? Umumnya orang fanatik enggan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Selain itu, fanatisme membuat seseorang merasa sangat tertutup terhadap pendapat orang lain. Kemudian orang yang fanatik akan menentang orang-orang dengan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat pribadinya.
Menurut Ade Saputra, kondisi fanatisme bisa membuat seseorang menjadi obsesi pada seseorang. Kata Ade, ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yang bisa dikategorikan untuk kondisi fanatisme.
“Seseorang yang mengalami kondisi fanatisme bisa mengalami gangguan disosiatif. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami gangguan parah pada identitas, ingatan, serta kesadaran diri sendiri dan lingkungannya. Kondisi seperti ini dikenal sebagai kepribadian ganda,” ujar Ade.
Selain itu, kondisi fanatisme bisa dikategorikan sebagai celebrity worship syndrome. Menurut Ade, kondisi itu membuat individu menjadi terobsesi kepada seseorang. Pengidapnya tidak akan rela idolanya memiliki pencitraan yang buruk atau dihina oleh orang lain.
Menurut Ade, cara menyembuhkan orang-orang yang terlanjur fanatik terhadap sesuatu ialah dengan melakukan pendekatan. Pendekatan yang dianggap cukup efektif adalah dengan melibatkan anggota keluarga dan orang lain yang ada di sekitar individu tersebut. Selain itu, berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental profesional juga bisa menjadi metode alternatif setelah keluarga. []