December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Baik Bergejala Maupun Tidak, Orang yang Pernah Terinfeksi Corona Beresiko Alami Pembekuan Darah

2 min read

HONG KONG – Sebuah studi di Singapura menunjukkan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 atau penyintas Covid-19 berisiko mengalami pembekuan darah. Terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya, risiko pembekuan darah ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.

Dilansir dari Straitstimes, Selasa (08/06/2021), pembekuan darah di arteri utama, terutama yang terkait dengan organ vital dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, atau kegagalan organ.

Dalam studi itu, sampel darah diambil dari 30 pasien sembuh dari Covid-19 ringan tanpa gejala , sedang, hingga berat atau bergejala satu bulan setelah mereka keluar dari rumah sakit.

Semuanya ditemukan memiliki kerusakan pembuluh darah yang mungkin timbul dari respons imun yang bertahan lama, yang dapat memicu pembentukan pembekuan darah.

Asisten Profesor Christine Cheung dari Fakultas Kedokteran Lee Kong Chian Universitas Teknologi Nanyang Singapura yang terlibat dalam penelitian mengatakan sekitar setengah dari pasien memiliki risiko kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes dan hipertensi. Penyakit tersebut membuat seseorang memiliki risiko tinggi pembekuan darah.

Ia juga mencatat bahwa pasien tersebut juga memiliki disfungsi pembuluh darah yang lebih jelas dibandingkan kelompok yang tidak memiliki risiko kardiovaskular.

Studi mereka diterbitkan dalam jurnal ilmiah eLife pada 23 Maret. Rekan Prof Cheung, Florence Chioh mengatakan bahwa virus Sars-CoV-2 dapat menyerang lapisan pembuluh darah dan menyebabkan peradangan serta kerusakan.

Akibatnya, pembuluh darah yang rusak dapat mengalami kebocoran dan memicu pembentukan pembekuan darah.

Namun, para peneliti juga menemukan setelah pasien pulih dari Covid-19, mereka terus memiliki protein inflamasi tingkat tinggi yang dikenal sebagai sitokin. Sitokin diproduksi oleh sel-sel kekebalan untuk mengaktifkan respons kekebalan terhadap patogen, bahkan tanpa adanya virus.

Jumlah sel yang sangat tinggi, disebut sebagai sel T juga ada dalam darah pasien yang pulih, sehingga menunjukkan bahwa respons kekebalan mereka tetap aktif bahkan setelah virus hilang.

Respons imun yang meningkat itu dapat memicu sitokin dan menyerang pembuluh darah yang meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah. Namun penelitian ini masih dikembangkan dengan memasukkan lebih banyak pasien. []

Advertisement
Advertisement