Banyak Bandara Baru Dibangun, Tapi Jumlah Penumpang Pesawat Turun Drastis
JAKARTA – Jumlah penumpang pesawat arus mudik Lebaran tahun ini dipastikan turun drastis dibanding tahun lalu. Satu di antaranya terjadi di Kalimantan Timur (Kaltim) .
“Penurunan penumpang pesawat terjadi di seluruh bandara di Indonesia. Hanya saja, di bandara kami sepertinya terdampak paling besar,” kata General Manager PT Angkasa Pura Balikpapan, Farid Indra Nugraha, Rabu (29/5/2019).
Penurunan jumlah penumpang pesawat di Bandara Sepinggan mencapai 40 persen dibandingkan Lebaran 2018. Bandara Sepinggan biasanya mampu melayani arus mudik Lebaran sebanyak 20 ribu jiwa per hari.
“Sekarang ini jumlah penumpang mudik lebaran di Bandara Sepinggan hanya sekitar 14 ribu jiwa saja,” ungkap Farid.
Posko terpadu Bandara Sepinggan mencatat rata rata jumlah kedatangan penumpang sebanyak 3.080 orang dan keberangkatan penumpang mencapai 5.810 orang. Sedangkan pada Lebaran 2018, jumlah kedatangan penumpang 7.025 orang (-56,16 persen) dan keberangkatan 6.498 orang.
Dengan begitu ada penurunan 56,16 persen untuk kedatangan dan 10,59 persen untuk keberangkatan di bandara Sepinggan. “Pihak maskapai penerbangan juga mengurangi jumlah penerbangan. Biasanya seminggu ada tujuh kali penerbangan menjadi hanya 4 hingga 5 penerbangan,” papar Farid.
Kondisi ini kemudian berdampak pada penurunan frekuensi jumlah penerbangan di bandara Sepinggan. Jumlah kedatangan menjadi 58 penerbangan (flights) atau turun turun 32,26 persen dari sebelumnya 91 flights. Sedangkan keberangkatan menjadi 65 flights atau turun 28,57 persen dibanding 91 flights pada musim mudik 2018.
Penurunan penumbang di bandara Sepinggan pun berdampak pada sektor jasa nonaeronautika dengan tutupnya empat penyewa usaha swasta. Sebelumnya, bandara Sepinggan menjalin kerjasama dengan 40 penyewa yang bergerak di sektor jasa ritel restoran, lounge, hotel, laundry, butik, dan pusat perbelanjaan.
“Sekarang tersisa 36 tenant di sini. Mau bicara apa lagi bila kondisi memang seperti ini. Bila penumpang turun tentu berdampak pada kelangsungan bisnis mereka,” keluh Farid.
Keuntungan bandara Sepinggan pun diprediksi akan tergerus sebesar Rp17 miliar hingga akhir 2019 nanti. Keuntungan bakal menurun drastis 60,46 persen dari Rp43 miliar pada 2018.
“Keuntungan kami jauh di bawah target perusahaan yang dipatok sebesar Rp90 miliar,” lanjut Farid.
Lesunya bisnis penerbangan disebabkan lonjakan tarif tiket pesawat yang dipatok maskapai di Indonesia. Akibatnya para calon penumpang mengalihkan pilihan mudik dengan kapal laut, terutama untuk pemudik antarpulau.
Situasi ini disambut penyedia jasa transportasi laut dengan meningkatkan kualitas pelayanan. Mereka menawarkan pelbagai fasilitas dengan tarif lebih murah dibandingkan transportasi udara.
Bandara Sepinggan pun kini dihadapkan pada “peperangan” dengan bandara APT Pranoto di Samarinda yang baru dibuka pada Oktober 2018. Secara otomatis, penumpang pesawat ke Kaltim terpecah menjadi dua; berangkat dari Samarinda atau Balikpapan.
“Pasar penumpang di Kaltim biasanya 11 ribu jiwa per hari. Sekarang terbagi di Balikpapan 7.000 dan Samarinda sebesar 4.000 orang,” kata Farid.
Kepala Unit Pengelola Bandar Udara APT Pranoto Samarinda, Dodi Dharma Cahyadi, menyebutkan bahwa pertumbuhan penerbangan cukup signifikan sebesar 30 persen per bulan. Penerbangan normal melayani 4.000 orang ke berbagai rute tujuan.
Adapun pada musim mudik Lebaran tahun ini, kata Dodi, ada penambahan enam flights yang mampu mengangkut 5.000 orang per hari. “Pertumbuhan bandara ini cukup besar ke depannya bila melihat pasar di Kaltim,” sebut Dodi.
Sementara itu, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin mengeluhkan permasalahan yang sama seperti bandara Sepinggan. Arus mudik penumpang pesawat menjadi 7.000 orang atau turun 30 persen dibandingkan musim Lebaran 2018 yang sebesar 10 ribu orang.
“Arus mudik kali ini jumlah penumpang di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin mengalami penurunan,” kata General Manager Bandara Syamsudin Noor, Endah Preastuty.
Endah mengatakan, penurunan penumpang ini sudah terasa mendekati Lebaran 2019. Beberapa maskapai sudah mengumumkan penurunan frekuensi penerbangan di Bandara Syamsudin Noor.
Penurunan jumlah penumpang disebabkan tiket pesawat ke seluruh rute penerbangan yang dirasakan mahal. Akibatnya adalah, sebagian penumpang mengalihkan pilihannya ke moda transportasi laut.
Endah pun berharap ada penurunan harga tiket penerbangan sebelum Lebaran. Normalisasi harga tiket yang kemungkinan mampu mendongkrak pertumbuhan kembali penumpang pesawat Bandara Syamsudin Noor.
Penurunan frekuensi penerbangan juga membuat permintaan bahan bakar avtur menurun sejak awal 2019. PT Pertamina MOR VI Balikpapan menjelaskan konsumsi avtur seluruh area Kalimantan turun menjadi 13.320 KL per bulan atau 19,6 persen dibandingkan konsumsi normal 16.560 KL per bulan.
“Konsumsi avtur selama bulan Ramadan ini turun di seluruh bandara di Kalimantan,” ujar General Manager Pertamina MOR VI, Boy Frans J Lapian.
Bandara Syamsudin Noor, sambung Boy, mengalami penurunan konsumsi avtur sebesar 40 persen. Adapun penurunan konsumsi avtur di bandara Sepinggan dan APT Pranoto masing-masing sebesar 13,6 persen.
“Seluruh bandara konsumsinya turun sesuai data kami,” ungkapnya.
Menurut Kemenhub pada Rabu (29/5), jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat di seluruh Indonesia menjelang Lebaran 2019 memang turun drastis. Ketua Harian Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu, Ahmad Yani, menjelaskan bahwa penurunan hingga pukul 14.00 WIB mencapai sekitar 80 persen.
Misalnya, kedatangan pesawat turun sekitar 75 persen dan jumlah kedatangan penumpang minus 84 persen. Sedangkan jumlah keberangkatan pesawat turun sekitar 68 persen dan keberangkatan penumpang anjlok sekitar 76 persen.
Penurunan jumlah keberangkatan dan kedatangan penumpang pesawat memicu kenaikan pada moda transportasi laut. Menurut Yani, angkanya mencapai 30 persen sehingga ada perpindahan penumpang dari udara ke laut. [SGW]