Banyak Pengusaha Mulai “Merumahkan” Karyawan Menjadi Kekhawatiran Akan Terjadi PHK Masal
JAKARTA – Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini tengah menghadapi ‘pukulan’ serupa ketika pandemi Covid-19 merebak.
Redma mengungkapkan, industri TPT di dalam negeri terpukul akibat banyaknya pembatalan dan pemangkasan order ekspor. Sementara, pasar di dalam negeri juga tidak banyak membantu karena daya beli masih lemah.
Terjadi penumpukan stok di pabrik, hingga memaksa perusahaan memangkas produksi. Akibatnya, kata dia, kini marak perusahaan TPT di dalam negeri merumahkan karyawannya.
“Sekarang banyak cancel orde (pembatalan pembelian). Kalau melihat kondisi dunia saat ini, sepertinya tidak ada tanda-tanda ekspor akan membaik dalam 1-2 bulan ini,” kata Redma dinukil dari CNBC, Selasa (11/10/2022).
“Akibatnya, banyak yang menurunkan kapasitas karena stok menumpuk. Efeknya, jadinya merumahkan karyawan. Sampai saat ini memang tidak ada PHK, kami berharap tidak akan ada PHK. Mudah-mudahan, awal tahun depan, harga komoditas membaik sehingga pasar domestik bisa menopang,” tambah Redma.
Pembatalan order, kata dia, terutama terjadi untuk pasar AS dan Uni Eropa. Menyusul, lonjakan biaya energi yang membuat konsumsi garmen terpangkas.
“PR kami sekarang bagaimana supaya mempertahankan tenaga kerja. Jangan sampai ada PHK. Sekarang sudah banyak yang merumahkan karena produksi turun, ada yang sampai 50%,” kata Redma.
Karena itu, dia menambahkan, industri terutama sektor TPT nasional tidak akan mampu memenuhi jika tuntutan kenaikan upah tahun depan adalah 13%.
“Akan sangat memberatkan. Dan, karena Covid kemarin, sekarang kondisinya perusahaan dan karyawan sudah sama-sama mengerti. Karena pengalaman kemarin, ada yang sampai hanya digaji 30%, ada yang dirumahkan. Bagi mereka sekarang yang penting bekerja. Kita belum lihat ada tanda-tanda bakal membaik kondisi sekarang,” pungkas Redma.[]
Sumber CNBC