April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Belajar dari Negara Penempatan, Mantan PMI Bernama Rasudi Tularkan Ilmu Bertani di Kampung Halaman

2 min read

MATARAM – Tampilannya sederhana. Rasudi menggunakan topi dan masker yang menutupi wajahnya. Ia terlihat santai di lokasi green house wilayah Kelurahan Jempong Baru. Tepatnya di jalur Lingkar Selatan tak jauh dari Kantor Kejaksaan Negeri Mataram.

“Baru selesai panen. Tinggal rawat yang masih belum berbuah di blok green House kedua,” katanya.

Ya, namanya Rasudi. Ia adalah petani milenial yang berhasil membudidayakan tanaman golden melon kualitas ekspor. Dengan lahan yang tidak terlalu luas, Rasudi berhasil meraup puluhan juta dalam sebulan.

“Karena sekali panen golden melon di satu lokasi green house dengan luas 2 are bisa dapat satu ton. Itu Rp 20 juta,” tuturnya.

Berkat keberhasilannya itulah, kini ia dipercaya mengembangkan golden melon di beberapa lokasi.

“Saya diminta dan dimodali untuk mengembangkan golden melon ini oleh pengusaha. Ada di Mataram, Lombok Utara, dan Lombok Barat,” cetusnya.

Tak hanya itu, Rasudi juga tengah menyiapkan sejumlah pekerja untuk pertanian milenial. Ia bekerja sama dengan sejumlah SMK di Mataram untuk mengembangkan pertanian sistem hidroponik menggunakan green house ini.

“Ada bukti kerja samanya yang disahkan gubernur,” cetus pria satu anak ini.

Siapa sangka, di balik kesuksesannya saat ini, Rasudi dulunya merupakan mantan pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di ladang pertanian Malaysia.

Sukses Kembangkan Melon Golden, Eks PMI Asal Mruwak Raih Omset Puluhan Juta

“Saya belajar pertama di Malaysia. Karena kebetulan dulu saya bekerja di pertanian saat jadi TKI,” kenangnya sepuluh tahun silam.

Kemudian di lihat rajin oleh bosnya di Malaysia, ia akhirnya disekolahkan di Thailand dan Singapura. Ia diminta untuk mengembangkan tanaman sayur. Kemudian karena melihat prospek yang menjanjikan pada tanaman buah, ia pun kemudian belajar budidaya tanaman buah seperti Golden Melon.

“Saya memang hobi di pertanian. Makanya ketika diminta bos di Malaysia sekolah pertanian di Thailand dan Singapura, saya mau saja meski saat itu gajinya tidak banyak,” akunya.

Bagi tamatan Tsnawaiyah di Ponpes Al Abrar ini, yang penting saat itu ia dapat ilmunya. Karena ia sudah jauh berpikir suatu saat akan mengembangkannya ketika pulang ke Lombok. Ia bersyukur kini bisa menerapkan ilmu yang didapatkannya.

“Saya sekarang akan melatih pekerja dulu. Karena ada permintaan dari PT Garuda untuk minta satu ton seminggu. Ini yang sedang coba kami penuhi,” tandasnya. []

Sumber Jawa Post

Advertisement
Advertisement