Berbahaya, Hasil Riset Menunjukkan, Tato Bisa Merusak Organ Tubuh
JAKARTA – Tato umumnya dibuat dengan alasan estetika. Namun, di balik keindahannya, perlu dipahami bahwa ada bahaya tato permanen bagi kesehatan kulit dan tubuh.
Bahaya tato permanen maupun tato kosmetik bagi kesehatan kulit dan tubuh dapat muncul karena berbagai hal, misalnya saat pembuatan tato.
Dalam prosesnya, pigmen atau tinta warna akan disuntikkan ke dalam lapisan kulit menggunakan jarum. Proses memasukkan zat ke dalam kulit inilah yang menjadi salah satu penyebab infeksi.
Berikut ini bahaya tato, dilansir dari Alodokter.com:
- Alergi
Salah satu risiko yang paling umum terjadi setelah ditato adalah reaksi alergi. Alergi yang terjadi umumnya disebabkan oleh zat warna pada tinta yang digunakan untuk membuat tato.
Bahan dalam tinta tato bervariasi tergantung warna tinta. Namun, beberapa kandungan pada tinta tato, seperti nikel, merkuri, dan senyawa logam lainnya, dapat memicu munculnya reaksi alergi, seperti gatal-gatal dan ruam pada kulit yang ditato.
- Infeksi kulit
Bahaya tato permanen selanjutnya adalah infeksi kulit. Infeksi kulit dapat dipicu oleh beragam hal. Namun, risikonya akan meningkat jika Anda membuat tato di salon kecantikan yang tidak tersertifikasi serta tidak memperhatikan kebersihan dari alat dan proses menato
Namun, jangan heran, bukan hanya berakibat ke anggota tibuh, melainkan ke organ tubuh lainnya. Hasil penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan bahwa tato dapat mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh manusia.
Temuan ini memicu kehebohan terutama di Amerika Serikat lantaran sepertiga warga negaranya memiliki tato. Dalam riset terbaru yang dilakukan, sebanyak 45 bahan kimia yang tidak dideklarasikan, termasuk polietilen glikol, 2-fenoksietanol, dan antibiotik, ditemukan dalam tes yang dilakukan pada 54 sampel tinta tato di New York, dikutip dari Sindonews.com.
Propilen glikol adalah sejenis antibiotik yang sering digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. tato dapat lebih mudah diaplikasikan dengan bantuan polietilen glikol. Namun, zat ini dapat mengakibatkan kerusakan organ, khususnya ginjal.
Zat ini juga dikaitkan dengan disfungsi sistem saraf bayi yang baru lahir serta penyakit eksim dan reaksi alergi lainnya yang menyebabkan gangguan kulit.
“Kami berharap para produsen memanfaatkan kesempatan ini untuk mengevaluasi kembali proses produksi dan seniman serta pelanggan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong peningkatan label dan manufaktur yang lebih baik,” kata ahli kimia Binghampton University, Dr. John Swierk, yang memimpin studi ini. []