April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Bertahun-Tahun Menghilang, PMI Hong Kong Asal Balong Ponorogo Tiba-Tiba Muncul Dengan Kostum Pengantin India

4 min read

PACITAN – ”Sejak Tini berpamitan kepada saya akan pergi ke Makau menunggu visa, perasaan saya langsung tidak enak. Apalagi, setelah bilang mau ke Makau, Tini tak bisa lagi dihubungi. Hanya dia saja yang seminggu sekali menghubungi kami. Itu berlangsung selama hampir dua bulan sejak ia mengaku berada di Makau,” kenang Supandi, warga Jalan Dara RT 32/RW 8, Kelurahan Nanggungan, Kota Pacitan, Jawa Timur, saat berbincang dengan Apakabar Plus di areal persawahan yang ia kerjakan.

Supandi adalah suami dari Sutini, perempuan kelahiran 35 tahun silam yang sejak enam tahun lalu, atau menurut Supandi persisnya sejak April 2012, hilang kabarnya. Itu terjadi usai Sutini memberi tahu dirinya telah meninggalkan Makau kembali ke Hong kong selepas visa kerjanya turun.

”Sampai Hong Kong hanya sekali ngabari, dia bekerja pada majikan di daerah Sun Tong atau apa gitu namanya, saya tidak hapal. Setelah itu, sampai sekarang tidak pernah sekalipun menghubungi,” papar Supandi. Enam tahun silam, saat Sutini meninggalkan Makau untuk kembali bekerja ke Hong Kong, Supandi sedang bekerja di kawasan Johor Bahru – Malaysia, di sebuah bengkel mobil.

Sebelum menikah dengan Supandi, Sutini telah empat tahun bekerja di Hong Kong. Setelah menikah, mereka punya anak, kemudian Supandi yang melanjutkan karier dengan bekerja menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia.

Saat usia pernikahan mereka memasuki tahun kelima, ketika anak semata wayang mereka berusia empat tahun, Sutini memaksa Supandi – yang masih bekerja di Negeri Jiran – untuk merestui niatnya berangkat bekerja ke Hong Kong.

”Apa pun alasannya, sebenarnya saya tidak plong saat Tini pamit mau ke Hong Kong. Saya mikirnya, seberapa pun uang yang saya kirim dari Malaysia, kalau dikelola dengan baik dan mau hidup sederhana, insyaallah masih bisa nabung. Kan posisinya anak baru satu, apalagi saat itu masih kecil dan belum sekolah,” paparnya.

Baru tiga bulan bekerja, tiba-tiba Sutini di-terminate, dan oleh agen yang menyalurkannya, Sutini dikirim ke Makau untuk menunggu dapat job baru dan visa kerja.

Sejak kehilangan kabar Sutini, Supandi tidak bisa lagi berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Terlebih saat mendengar kabar, ibu mertuanya di Mbalong – Ponorogo, tempat anaknya Rosyid Ridho mereka titipkan, meninggal dunia karena serangan jantung.

”Saat itu juga, saya memutuskan berhenti bekerja di Malaysia. Saya langsung ke Ponorogo, ke rumah mertua. Ternyata, keluarga di Ponorogo juga tidak satu pun yang mengetahui keberadaan Tini. Itu kejadiannya pas Ibu meninggal pada 2016,” jelas Supandi.

Menurut penuturan Supandi, keluarga Sutini di Ponorogo, terutama ibunya, sangat memikirkan ketiadaan kabar Sutini yang begitu tiba-tiba. Temuan kabar tanpa sengaja dari tetangga Sutini asal Mbalong, yang sama-sama bekerja di Hong Kong, membuat Sarni, ibunda Sutini syok. Hal itu menjadi penyebab ia sakit-sakitan, hingga akhirnya menyusul suami menghadap Sang Khalik.

Kepada keluarga Sutini dan keluarga Supandi, teman seperjuangan asal Mbalong itu menunjukkan sebuah akun facebook milik seorang perempuan yang mirip Sutini dengan foto profil pasangan pengantin India. Setelah seluruh keluarga menelusuri, mengamati foto-foto yang ada di akun facebook tersebut, semua meyakini bahwa perempuan tersebut adalah Sutini.

”Selain facebook, saya juga mendapatkan nomor ponsel dan WhatsApp Tini. Maunya saya menanyakan kebenaran foto tersebut, tapi semuanya diblokir. Nomor ponsel diganti, tidak aktif lagi. WhatsApp-nya juga tidak pernah aktif lagi,” lanjut Supandi.

Teman sekampung Sutini memiliki rekaman video pertemuan antara dirinya, yang sama-sama PMI di Hong Kong, dengan Sutini. Dalam rekaman video yang dikirim kepada Supandi, terungkap bahwa perempuan tersebut benar Sutini. Lantas, atas bantuan teman lain yang berasal dari Jawa Tengah, Sutini – yang secara diam-diam direkam – mengakui dirinya telah berpasangan atau menikah dengan pria India.

”Nglarakne ati (menyakitkan hati) Mas, kalau mendengar suara rekaman itu. Sambil tersenyum genit, Tini bilang, laki-laki India itu lebih macho, lebih gede ****nya dibandingkan saya, suaminya. Dia bilang ke teman yang menanyai, saya sudah dia buang, enggak bisa ngapa-ngapain lagi,” ujar Supandi, sembari menahan emosi.

Menyadari hal buruk telah terjadi, Supandi tak ingin keadan bertambah buruk. Yang ada dalam benaknya sekarang hanyalah fokus memikirkan masa depan Ridho, anak semata wayangnya. Supandi memilih pulang ke Pacitan, mengelola sawah dan lahan pertanian yang ia miliki, sembari membuka usaha furniture sesuai pesanan di saat lahan pertanian tidak ada yang dikerjakan.

”Saya pasrahkan kepada Allah Swt, Mas. Yang pasti, saya tidak mau lagi menerima Sutini. Saya gilo, Sutini bekasnya orang India. Bertemu pun saya harus menjaga jarak. Saya tidak mau menyentuh, meskipun hanya bersalaman. Saya sangat jijik,” pungkas Supandi.

Melalui ApakabarOnline.com, Supandi dan Ridho berharap, Sutini mau pulang untuk menjelaskan kepada seluruh keluarga agar apa yang selama ini ia sembunyikan. Ia harus membuka dengan terang benderang tindak tanduknya kepada seluruh keluarga dan masyarakat, baik di Mbalong – Ponorogo maupun di Nanggungan – Pacitan.

”Bagaimana mungkin kamu bisa menikah, sedangkan di antara kita secara hukum belum ada akte cerai? Kalau benar kamu telah menikah secara resmi dengan Indiamu itu, kamu nyogok berapa? Kamu benar-benar tidak waras. Ulah jahatmu sudah melebihi setan. Ibumu, suami dan anakmu sendiri tega kamu zalimi. Lebih-lebih anakmu.

Ibumu pun terkejut sampai sakit-sakitan hingga meninggal dunia karena memikirkan ulahmu. Kamu sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan anakmu mengetahui ibunya menjadi l**te India.

Sudah, aku sekarang menunggu kepulanganmu. Bawa sekalian Indiamu itu. Jelaskan semua di depan seluruh keluarga di Mbalong dan Nanggungan. Biar nanti sekalian didatangkan aparat desa untuk menyaksikan.” (*)

 

Rasyid Ridho, Anak Sutini, ”Demi Allah, Ridho Tidak Ikhlas.”

”Ibu, Ridho sangat kecewa dengan kelakuan Ibu. Ridho jijik melihat Ibu menjadi suami orang India. Ridho malu pada masyarakat. Lebih-lebih, Ridho sekarang sering diolok-olok teman-teman. Kata mereka, ibunya Ridho penggemar gedhang India.

Dulu Ridho nangis jika diolok-olok begitu. Sekarang, lebih baik Ridho menyingkir. Ridho sekolah di pesantren, dibiayai Bapak, dan Ridho tidak pernah pulang. Sekali lagi Bu, Ridho tidak ikhlas Ibu berzina dengan orang India itu. Demi Allah, Ridho sungguh tidak ikhlas.” [AA Syifa’i SA]

 

Advertisement
Advertisement