Betapa Ngerinya Hidup Terjerat Hutang, Nyawa Anak Tak Berdosa Turut Melayang
MALANG – Ketenangan suasana Desa Donowarih Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang berubah menjadi gempar, usai ditemukan pasangan ibu dan anak dalam kondisi tidak bernyawa di dalam rumah kontrakan mereka pada Jumat (21/07/2023) kemarin.
Kuat dugaan, peristiwa memilukan yang membuat beberapa warga sekitar yang mengenal sampai meneteskan air mata terjadi karena himpitan hutang. Korban diduga tidak sanggup membayar cicilan hutang dan tidak tahan terus menerus ditagih oleh rentenir yang memberi pinjaman dengan perhitungan bunga yang tidak masuk akal.
Mengutip pemberitaan berbagai media, temuan kasus ini berawal dari kecurigaan warga disekitar tempat tinggal M (32) dan A (3) anak M.
Dirumah kontrakan tersebut, mereka tinggal bertiga, yakni M, anaknya A dan suaminya A.
Namun sejak beberapa pekan sebelum kejadian, A diketahui sudah tidak berada di kotrakan karena sedang pulang ke Probolinggo bersama A anaknya.
Beberapa hari berselang, M menyusul A ke Probolinggo untuk mengambil A anak mereka.
“Yang saya dengar sempet terjadi cekcok antara korban sama suaminya. Terus suaminya sama anaknya itu pulang ke Probolinggo. Nggak berselang lama istrinya ini nyusulin ngambil anaknya,” kata Ahmad Thoyyib Fadhilah, ketua RT setempat kepada awak media.
Toyib lantas menceritakan awal mula warga menemukan M dan A meninggal dunia di rumah kontrakan. Hal itu berawal dari kecurigaan warga melihat aktivitas tak biasa di rumah itu. Warga yang penasaran langsung melihat ke dalam rumah.
“Biasanya itu anaknya kalau pagi nangis, tapi hari ini kok enggak kedengeran. Warga penasaran dan mencoba memeriksa rumahnya. Warga lapor saya dan saya datangi rumah terkunci dari dalam,” ujar Toyib.
“Kami akhirnya mencoba mencongkel jendela di bagian kanan dan masuk. Saat dilihat ternyata anaknya tergeletak di kamar bersimbah darah. Terus dicek lagi ibunya ada di dapur posisi tergantung,” kata Toyib.
Toyib mengatakan informasi yang diterima dari warga, M dalam 3 pekan terakhir sering didatangi rentenir yang menagih utang hingga malam hari. Bahkan Toyib sempat mengkonfirmasi kabar itu ke salah satu rentenir.
Informasinya, M mengajukan pinjaman sebesar Rp1,5 juta lalu disetujui. Dengan kompensasi hanya mendapatkan uang Rp1,1 juta usai dipotong biaya administrasi.
“Saya sempet tanya ke salah satu rentenir yang tadi pagi datang bilang dari koperasi di Kota Batu mau menagih utang. Kasihan pengajuan utang Rp 1,5 juta tapi dapat cuma Rp1,1 juta. Per bulannya harus membayar Rp180 ribu sebanyak 10 kali. Mungkin korban ini pada akhirnya depresi karena ditagih terus sama rentenir tersebut,” tutur Toyib.
Hasil Olah TKP
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Wahyu Rizki Saputro menuturkan, dari hasil olah TKP, tidak ditemukan adanya dugaan atau akibat kekerasan yang dilakukan orang lain hingga mengakibatkan kedua korban tewas.
“Hasil olah TKP sampai saat ini belum ditemukan dugaan atau akibat kekerasan yang dilakukan oleh orang lain,” kata Wahyu kepada wartawan di Mapolres, Jumat (21/7/2023).
Meski demikian, Wahyu mengungkap kesimpulan dari hasil olah TKP adalah sang ibu terlebih dahulu menyayat bagian nadi putrinya. Kemudian, kata dia, hal yang sama dilakukan sebelum memutuskan bunuh diri dengan cara gantung diri.
“Kesimpulan bahwa si ibu melakukan atau menyayat tangan di bagian nadi anaknya, kemudian setelah melukai anaknya tersebut, ibu itu juga berusaha menyayat di bagian tangannya juga sama,” ungkapnya.
Wahyu menambahkan sang ibu tak langsung meninggal setelah menyayat bagian tangannya. Korban kemudian menuju kamar pertama untuk mencoba gantung diri menggunakan tali gorden. Tapi usaha itu gagal karena lokasi kamar terlalu pendek sehingga kemudian ia berpindah ke bagian dapur untuk gantung diri. []