Betapa Utamanya Kedudukan Perempuan Dalam Pandangan Islam
JAKARTA – Perempuan selalu dianggap sosok yang lemah, sosok yang sering didiskriminasikan. Memang, saat ini kedudukan dan hak perempuan itu diakui, namun tidak jarang penerapan hal ini tidak sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat kita.
Masih ada yang merasa perempuan tidak perlu pendidikan yang tinggi, masih ada yang merasa anak laki-laki adalah segala-galanya dibanding anak perempuan, masih ada yang merasa perempuan itu hanya untuk bertugas di sumur, dapur, dan kasur hingga beragam hal yang seringkali masih mendiskriminasikan kaum perempuan.
Tidak hanya saat ini, pada zaman Rasulullah juga hal ini kerap-kali terjadi. Pada zaman Jahiliyah, jika dalam sebuah keluarga melahirkan anak perempuan, maka sang ayah akan malu luar biasa. Daripada menanggung malu, mereka tega mengubur anak perempuan hidup-hidup. Umar Bin Khattab sebelum masuk Islam melakukan hal ini. Peristiwa itu tersurat dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 57-59:
“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak laki-laki). Dan apabila seseorang diberi kabar, dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Sekali-kali tidak, perempuan itu bukan makhluk yang hina, yang harus direndahkan, dan didiskriminasikan. Dengan datangnya Islam, mengangkat derajat kaum perempuan. Anak perempuan itu berhak untuk hidup, berhak untuk menempuh pendidikan, berhak untuk bekerja, dan berhak untuk mengeluarkan pendapatnya.
Namun, ada beberapa batasan yang harus diketahui perempuan, untuk menghargai dirinya sendiri dan membuatnya berarti, diantaranya adalah:
Perempuan saat Menjadi Anak
Saat menjadi anak, perempuan itu telah diangkat derajatnya oleh Allah, seperti anak laki-laki. Anak perempuan juga perlu untuk diaqiqah dengan satu ekor kambing saat ia dilahirkan. Rasulullah bersabda yang disampaikan oleh Aisyah, bahwa
“Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang hampir sama (umurnya) untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan.” (HR Tirmidzi no.1513; Ibnu Majah, no. 3163. Al-Hafidz Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)
Selain berhak diaqiqahi, anak perempuan juga dapat menjadi jalan surga kepada kedua orangtuanya. Seperti yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga,” (HR Abu Daud)
Jadi, mendapatkan seorang anak perempuan itu patut untuk disyukuri, anak perempuan memang tidak setangguh anak laki-laki secara fisik, namun anak perempuan itu berarti. Jalan seorang ayah ke surga. Anak perempuan itu dilindungi oleh ayahnya. Jika seorang ayah dapat mendidik anak perempuannya hingga akil baliq nantinya, maka kelak, keberadaan surga baginya amatlah dekat.
Perempuan saat Menjadi Istri
Perempuan itu saat menjadi seorang istri istimewa. Sang suami wajib memberikan nafkah dan mahar padanya, sesuai syariat Islam. Pemberian sukarela ini, hendaknya mengangkat derajat kaum wanita.
Jadi, perempuan tidak wajib untuk bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah. Kewajiban untuk mencari nafkah semata-mata itu ada pada pundak suami. Sedangkan kewajiban istri adalah untuk menjaga rumah, harta suami, dan mengurus anak-anak.
Kedudukan perempuan benar-benar dimuliakan oleh Islam. Sebab, saat ingin menikah pun tidak boleh sembarangan. Sang calon pengantin laki-laki, harus memberikan pemberian secara sukarela (mahar), tujuan mahar ini adalah untuk menghormati perempuan. Hal ini pertanda bahwa, sang laki-laki berjanji untuk melindungi perempuannya, menafkahinya lahir dan batin, dan akan memberikan kedamaian jwa dan raga dalam pernikahan mereka kelak.
Al-Qur’an surah An-nisa ayat 4 menyebutkan, “Berikanlah mas kawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.”
Dan dalam surah Al-Baqarah ayat 233 disebutkan, “Dan kewajiban Bapak memberi makan kepada para Ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya…”
Demikianlah perempuan dimuliakan kedudukannya untuk merawat anak dan rumah tangga. Tidak menjadi tanggung jawab mereka untuk menafkahi keluarga, di tangan merekalah tercipta generasi shaleh dan shalehah penerus generasi umat Muhammad.
Perempuan saat Menjadi Ibu
Ibu adalah sosok yang mulia, yang di telapak kakinya ada surga bagi anak yang berbakti kepadanya. Saat perempuan menjadi seorang Ibu, Allah memberikan banyak berkah dan pahala kepadanya. Mulai dari sang Ibu mengandung hingga membesarkan anak-anaknya hingga aqil baliq.
Hamil dan melahirkan adalah anugerah terindah bagi seorang perempuan. Karena dibalik kesusahan yang diterima oleh seorang Ibu paska hamil dan melahirkan, ada pahala besar yang dijanjikan oleh Allah SWT.
Beberapa keistimewaan-keistimewaan yang diberikan pada seorang perempuan saat menjadi seorang Ibu:
- Pahala saat hamil diberikan oleh Allah SWT kepada mereka. Shalat ibu hamil itu lebih utama daripada wanita yang tidak hamil, saat seorang Ibu mengandung anaknya pahalanya sama dengan seorang yang berjihad di jalan Allah SWT, Ibu yang melahirkan dan apabila dia meninggalkan saat melahirkan anaknya, maka dianggap wanita itu mati syahid, dan banyak keistimewaan lainnya.
- Saat seorang Ibu menyusui dan menyapih anaknya hingga dua tahun, pahalanya sama dengan telah memerdekakan seorang budak.
- Seorang Ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya dengan baik, akan mendapat kebaikan sepanjang masa. Berupa surga berada di bawah telapak kakinya. Hingga Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepadanya dan tidak mengatakan kata-kata yang menyakitinya. Karena beliau adalah seorang Ibu. Karena perempuan itu adalah seorang Ibu. Ibu yang telah banyak berkorban untuk anak-anaknya. Berkorban jiwa dan raga, harta benda, serta kekuatan dan kemudaan yang dimilikinya. Semua digunakan untuk membesarkan anak tercinta.
Jadi betapa mulia kedudukan seorang perempuan dalam Islam. Hendaknya, sebagai seorang perempuan dapat menjaga diri dan kesucian kita. Perempuan bisa menempuh pendidikan tinggi, bisa mengeluarkan pendapat tanpa harus merasa terintimidasi, namun jangan pula mengingkari kodratnya sebagai seorang perempuan yang kedudukannya dimuliakan dalam Islam.
Perempuan itu berharga. Jadilah kebanggaan kedua orangtua kala menjadi anak, jadilah kebahagiaan tak terkira bagi seorang suami kala menjadi istri, dan jadilah madrasah utama kala menjadi seorang Ibu. Karena perempuan itu istimewa. []