Bikin Heboh, Semburan Air dan Gas Di Ngawi Berbeda Dengan Lapindo
NGAWI – Sejak Minggu (5/8), menyembur air setinggi kurang lebih 30 meter di salah satu sumur bor milik petani di Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Menyemburnya air dari dalam tanah ini langsung membuat gempar masyarakat. Banyak yang kemudian menyamakan semburan tersebut dengan awal mula terjadinya tragedi lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Namun, hal tersebut langsung terbantahkan tatkala Kepala Bidang Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur, Kukuh Sudjatmiko, menegaskan, fenomena semburan air di Ngawi, berbeda dengan kasus lumpur Lapindo.
Menurut penelitiannya, semburan air yang menghebohkan warga di Ngawi itu adalah fenomena alam. Kemungkinan terjadi akibat retakan yang menyebabkan kantong gas di bawah tanah keluar dan mendorong air, sehingga terjadi semburan.
Berbeda dengan lumpur Lapindo yang terjadi akibat industri–meskipun pada penelitian terbarunya disebutkan ada juga faktor alam yang memicu tersemburnya lumpur ke permukaan tanah.
“Kalau Lapindo itu kan sengaja dibor sekitar tiga kilometer. Kalau ini kan cuma 80 meter,” kata Kukuh, Rabu (8/8/2018) kepada Surya.co.id.
Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Jawa Timur Moch. Sholeh juga menjelaskan, fenomena itu kerap terjadi, tak hanya di Ngawi.
Menurutnya, semburan yang awalnya hanya mengeluarkan air dan pasir itu terjadi karena daerah tersebut memiliki posisi tanah antiklinal atau posisinya lebih tinggi daripada bagian lipatan lain. Jika retak, otomatis air akan menyembur.
“Di Ngawi dan Madiun itu banyak posisi tanah yang antiklinal. Jadi di situ banyak jebakan gas. Jadi, ketika ada gerakan tanah itu retak, waktu posisi di bawah itu, dia akan menyembur,” kata Sholeh saat dihubungi detikcom di Surabaya, Selasa (7/8).
Sholeh juga mengatakan, wajar jika saat tanah retak yang keluar tak hanya air, tapi juga lumpur, pasir, hingga gas. Apalagi daerah Ngawi memang memiliki potensi kandungan air dan gas yang tinggi. Sebab, secara geografis, Ngawi diapit oleh dua gunung, yakni Gunung Lawu yang berada di sebelah utara dan Gunung Kendeng di sebelah selatannya.
Saat ini gas yang dimaksud pun sudah ditemukan oleh warga. Gas tersebut keluar di salah satu rumah warga di Dusun Karasan, Desa Waruk Tengah Kecamatan Pangkur, Ngawi, Jawa Timur, dan langsung dimanfaatkan untuk kegiatan memasak.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Jawa Timur, Handoko Teguh Wibowo mendatangi lokasi semburan air bersama tim Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur pada Rabu (8/8).
Dari hasil pengamatannya, ia menyatakan bahwa ada tiga penyebab yang membuat air disertai gas menyembur hingga ketinggian 30 meter.
Pertama, disebabkan oleh semakin gencarnya pengambilan air tanah yang menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya gaya tekan ke bawah.
Faktor kedua, mungkin juga disebabkan oleh gempa bumi, terutama setelah peristiwa gempa bumi masif seperti di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang terjadi pada Minggu (29/7) serta Sabtu (4/8).
Lalu, penyebab ketiga diduga karena posisi semburan berdekatan dengan jalur pembangunan jalan tol Ngawi-Solo. Dalam pembangunan itu ada urukan tanah, pemadatan, dan vibrasi yang dilakukan dengan alat-alat berat.
“Hal itu juga memicu pergerakan tanah di bawah. Pasalnya pergerakan tanah di bawah ini menyebabkan terjadinya retakan di bawah hingga merobek kantong-kantong gas,” kata Handoko seperti dikutip Kompas.com.
Hingga saat ini semburan tersebut masih dikategorikan aman, hanya saja warga diimbau untuk tidak mengambil air tersebut untuk mandi atau minum.
Air Belum Selesai Menyembur, Kini Muncul Semburan Gas di Ngawi
Belum selesai dengan semburan air bercampur pasir, kini muncul semburan yang lain di Ngawi. Namun kali ini yang menyembur adalah gas. Bukti bahwa yang menyembur gas adalah api yang menyala saat disulut.
Semburan ini datang dari sumur milik Muhajir warga Dusun Karasan, Desa Waruk Tengah Kecamatan Pangkur. Bahkan pemilik rumah menggunakan gas itu untuk memasak.
“Ini api bahan bakarnya dari gas yang ada dalam sumur, bisa menyalakan api kalau saya sulut korek,” terang Muhajir kepada detikcom di rumahnya, Kamis (9/8/2018).
Muhajir mengatakan sumur yang mengeluarkan gas tersebut berada di belakang rumah. Sumur itu dibangun tahun 1984. Dulu, sumur berada di luar rumah. Setelah rumah direnovasi, letak sumur berada di dalam kamar yang kamar itu sekarang difungsikan sebagai ruang ganti.
Sumur tersebut merupakan sumur bor yang mempunyai kedalaman 12 meter. Tidak ada lubang besar pada sumur. Yang ada hanyalah sebuah lubang kecil berukuran 2 inchi yang diisi dengan pipa besi. Dari lubang itulah menyembur gas yang jika disulut mengeluarkan api. []