December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

BMKG : Puncak Kemarau Diprediksi Hingga Akhir September

2 min read

JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan dampak El Nino yang sedang terjadi. Berdasarkan jumlah zona musim (ZOM), yakni wilayah yang memiliki kesamaan pola musim, tercatat 60 persen wilayah Indonesia sedang menghadapi musim kemarau dan puncaknya diprediksi hingga September 2023.

Wilayah yang sedang menghadapi kemarau meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung bagian selatan, sebagian Lampung, Banten, dan DKI Jakarta. Kemudian sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

“Minimnya curah hujan yang terjadi, selain memicu kekeringan, juga akan berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi kerawanan untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla),” ungkap Kepala BMKG, Jumat (25/08/2023).

Dwikorita mengingatkan agar setiap daerah perlu lebih mewaspadai potensi terjadinya El Nino. El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak seperti sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air.

“Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan,” kata Dwikora.

Sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan, menurut Dwikora, yaitu dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung dan sebagainya untuk menyimpan air di sisa musim hujan agar dapat dimanfaatkan pada periode musim kemarau.

“Langkah ini dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air, baik bagi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan pertanian,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Humas BMKG Taufan mengatakan, puncak kemarau terjadi dalam periode Juli hingga September 2023. Dalam periode ini curah hujan bawah normal terjadi pada wilayah yang lebih luas meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Sulawesi Utara, Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.

“Bahkan beberapa daerah akan mengalami curah hujan yang sangat rendah yaitu kurang dari 20 mm/bulan meliputi Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT,” beber Taufan.

Menyangkut curah hujan, Taufan mengatakan, BMKG memprediksi hujan bulanan hingga Oktober 2023 dapat mencapai kondisi bawah normal (lebih kering dari rata-ratanya). Wilayah yang diprediksi mengalami hujan dengan kategori bawah normal sudah terjadi sejak periode Juni 2023. Wilayah yang dimaksud meliputi sebagian Aceh, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.

“Fenomena El Nino ini diprediksikan masih terjadi hingga sekitar Oktober dan akan cenderung menurun kembali intensitasnya menjelang November 2023,” kata Taufan. []

Advertisement
Advertisement