Buruknya Perempuan yang Gemar Menulis Keburukan Suami di Sosial Media

ApakabarOnline.com – Sosial media tak lagi hanya sebagai hiburan tapi sudah menjadi sebuah kebutuhan. Tentu tergantung dari tujuan orang-orang yang tercakup didalamnya, terutama tentang status yang terulis di facebook, twitter dan lainya. Ntah buat cari uang, cuma buat exist menaikkan klout score, cuma ingin banyak yang like atau komentar.
Sayangnya banyak yang menulis sembarangan tanpa memperhatikan wilayah pribadi mana yang harus dishare mana yang bukan
Ini bukan menulis ”facebookan/twitteran harus gini lo” emang sih facebook nya orang itu dan suka-suka dia mau nulis apa, tapi apa yang dilakukan orang itu jangan sampai kejadian juga sama kita, soalnya kalau lagi emosi atau happy main tulis aja suka-suka eh taunya berefek negatif kedepannya. Bukankah kita harus saling mengingatkan?
Salah satu status yang nggak bangetz itu adalah menulis tentang pertengkaran yang terjadi antara suami dan istri .
“ Dasar laki-laki… bukannya nemani istri malah enak-enakan jalan sama teman-temannya”
“ sudahlah..aku tak tahan lagi, mau minggat aja dari rumah ini”
“pengangguran ..ya gitu deh, biasa..”
Bla bla bla..
Tau gak sih teman-teman yang baca ini jadi mengernyitkan dahi dan merasa iba ..
“sabar ya….”
“ada apa say…”
“kenapa lagi cyin…”
“udah tinggalin aja…”
Aih… bertaburanlah komentar-komentar mendadak kepo dan iba, eits…tunggu dulu tak semua teman yang kenal akan mendukung dan perhatian tentang masalah yang kita hadapi. Lebih banyak dari mereka tersenyum sinis dan mungkin bertepuk tangan. Tanpa sadar menulis status curcol itu membuat kita terjerambab dalam dosa. Bukannya sok alim , tapi sebisa mungkin kita menjauhinya.
Apa saja sih keburukan yang diterima ketika menulis status ini:
Membuka aib suami sama dengan membuka aib sendiri.
Suami merupakan pakaian istri begitu sebaliknya, ketika membuka aib suami bearti menelanjangi diri sendiri,seperti menepuk air di dulang terpecik muka sendiri.
Dosa ghibah,
tentu saja itu sama saja kita mempergunjingkan suami ke khalayak ramai.
Menanamkan rasa benci dihati pembaca.
Niatnya sih mungkin menjelekkan suami tapi malah kita yang kena. “Ish… dasar istri gak beres, masa ada masalah dengan suami malah dibikin status, dasar perempuan gak tau malu”#contoh aku gak pernah mikir gini sih…hahaahha #tapikokditulis??! Baru kepikiran saat ngetik , ehm.
Membuat orang berprasangka yang tidak baik terhadap keluarga kita.
Mungkin yang kita tulis sekedar uneg uneg dan cuma debat kecil sama suami. Tapi sebagian orang membacanya sebagai sebuah head line berita besar yang sangat penting. Tak segan untuk mempergunjingkan kita dibelakang. Tiba-tiba akun kita sangat penting buat distalking oleh orang-orang yang suka kehancuran kita.
Aku tuh punya teman suka share tentang kegiatan dengan suami, ya..yang baik-baik sih dan romantis juga. Nyatanya apa? malah ada yang ngata-ngatain itu cuma sandiwaralah, pamer lah dan ina inu lainnya. Nah berkaca dari sini aja, nulis yang baik-baik aja masih disangka buruk, bagaimana nulis yang jelek. Jadi lahan subur pergunjingan.
Ups !! jangan bilang “biar aja aku digossipin ,di gunjingin, dosa aku kurang dosa mereka nambah”
Hello….!!! Mereka ngomong gitu karena kamu juga khannnn?
Jangan2 artist yang cari sensasi itu sepikiran ama yang mikir kaya gini, bikin dosa banyak-banyak, terus bikin sensasi atau buka kartu, terus digossipin se Indonesia raya …,langsung masuk surga, enak bet!
Jadi jangan seneng digossipin orang dengan alasan ini, adanya niat gak baik malah bikin dosa makin numpuk. karena sesuatu itu dinilai juga dari niat.
Membuka pintu pereselingkuhan.
Dari beribu teman pasti nyelip yang namanya mantan, gebetan masa lalu, dan pria-pria picik,licik, berpikiran sempit sesempit ruang antara paha, ya..karena dipikiran mereka cuma itu. Membaca status-status yang seperti diatas akan menimbulkan pikiran” bisa nih”, dan tak segan mengirimi pesan sok peduli, sok perhatian, yang awalnya memberikan nasehat, wasiat, lama-lama ajakan berkhalwat dan berujung melampiaskan syahwat.
Tak hanya pria, wanita dengan bibir manis namun bertanduk banyak yang menjadi teman, tak semua yang bisa memberikan nasehat baik, tapi lebih banyak mengompori, lebih banyak senang mendengar kita yang lagi kalut. Dan dari semua teman itu lebih banyak yang gak peduli, dan gak kenal dekat dengan kita, jadi .. buat apa bikin status yang gak bermanfaat, kecuali status iseng , lucu, dan kurang kerjaan.
Membuat keluarga suami membenci kita. Ya… siapa juga sih yang mau anak, sodaranya disindir-sindir di facebook, jadi diharapkan lebih bijak mengeluarkan uneg-uneg.
Perceraian.
Yang tadinya cuma pertengkaran kecil, karena ditulis di fb atau twitter akan membuat pihak-pihak yang terkait bertambah berang, ntah suami itu sendiri,atau bumbu-bumbu panas yang diracik oleh keluarga, masalah kecil jadi keliatan luar biasa.
Selama kita menginginkan keluarga yang damai dan hubungan yang rukun, jangan pernah menuliskan pertengkaran antara suami dan istri begitu pula sebaliknya, bahkan pertengkaran dengan siapapun tak sepatutnya kita menuliskannya di ruang publik tanpa batas.
Emosi sih boleh tapi harus berpikir panjang, bahwa kita hidup bukan sendiri sebatang kara, kita memiliki anak, orang tua dan keluarga yang harus kita jaga nama baiknya. Kasian orang tua yang gak ngerti facebook dan dunia maya ini dapat laporan, tuh anak kamu nulis ini itu di facebook, ortu dan keluarga yang tak tahu apa-apa jadi sasaran dan membuat mereka ikut menaggung malu.
Sebagai anak apa yang dapat kita berikan kepada keluarga terutama ayah dan ibu? Selain kebahagiaan dan rasa bangga mendapatkan kita sebagai orang baik. Mereka tak minta harta dan uang. Tapi bagaimana jika nama baik telah tercoret, sangat sulit untuk menghapusnya dari ingatan tiap orang walau telah banyak waktu yang terlewati.
Terus bagaimana kalau ada masalah dengan suami atau yang lainnya tapi tangan gatal pengen menuliskan yang katanya uneg-uneg menyesak dada itu? Jangan baper dan mendramatisir keadaan yang membuat hati makin rusuh,tulislah sebaliknya dari apa yang kita rasakan.. seperti sebuah motivasi diri agar lebih kuat sabar ikhlas dan sebagainya. Kalau nggak bisa menuliskan sesuatu yang baik mending ga usah buka facebook dan bikin status, sama halnya di dunia nyata disaat marah menggebu ‘jika tak bisa berkata baik, lebih baik diam”. [Nova]