Cukup “Duduk Disini”, Barang Dagangan Sri Handayani Sudah Laku Kesana Kemari
PONOROGO – “Awalnya itu tidak sengaja, saat masih di Taiwan, Biasa kan tukar cerita dengan teman-teman habis beli apa gitu. Pas suatu hari saya cerita suami saya di kampung halaman habis beli perabotan dan fotonya dikirim lewat WA, teman saya tertarik dan nitip untuk dibelikan barang yang sama” terang Sri Handayani, perempuan kombatan Taiwan asal Desa Jurug Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo saat bertemu dengan Apakabar beberapa waktu lalu.
Sri mengaku, berawal dari hal tersebut, dia tidak menyangka omset perputaran usaha dagangan onlinenya bisa sebesar sekarang. Omset rata-rata puluhan juta setiap bulan dengan keuntungan hingga belasan juta rupiah berhasil dia dapatkan, dengan cukup duduk di rumah. Bagaimana caranya ? Bagaimana proses kreatifnya ?
Dengan didampingi M. Rofi sang suami, Sri mengaku jika sebenarnya usaha tersebutlah yang membuatnya mantab untuk pulang ke kampung halaman selain faktor harus menjaga orang tua. Sri melihat, prospek berdagang online yang dia rintis dengan suaminya mulai menampakkan hasil. Hanya saja, saat dia masih berada di Taiwan, keleluasaan mengembangkan belum bisa seperti saat sudah di kampung halaman seperti sekarang.
Kolaborasi mereka, Sri di Taiwan mencari pasar, Rofi di kampung halaman mengeksekusi pengadaan barang sekaligus memastikan barang sampai di tangan pemesan.
Komoditi yang diperjualbelikan tidak terbatas pada satu atau dua jenis barang saja. Sri memperdagangkan hampir seluruh jenis perabotan rumah tangga mulai dari yang kecil-kecil seperti isi kamar mandi, hingga yang besar seperti sofa, lemari dan tempat tidur.
Dengan tetap menjaga jaringan berbasis pekerja migran, sri berupaya menciptakan wadah menguntungkan untuk mempererat dan menambah kuat jaringannya dengan arisan.
“Arisan ini sudah berjalan lama, sudah ada beberapa angkatan, dan malah yang sudah selesai banyak juga yang ikut angkatan setelahnya” aku Sri.
Arisan, sebenarnya hanya sedikit yang diperoleh Sri secara finansial menjadi keuntungan. Sebab dengan tanggungjawab sebagai pengelola sekaligus pemegang uang puluhan juta rupiah setiap periode, bahkan ratusan juta rupiah untuk seluruh angkatan, tentu resiko besar harus dia tanggung andai seaktu-waktu uang tersebut hilang.
Namun keberanian Sri berbuah manis, jaringan arisan yang dia kelola, rupanya mampu meningkatkan setidaknya menjaga stabilitas jaringan perdagangan online yang dia jalankan.
Arisan dengan dagang online yang berjalan seiring sejalan, telah mampu membuat dagangan Sri yang dijual online dikirim di hampir seluruh pelosok pulau Jawa, utamanya kawasan kantong pekerja migran tanpa membeda-bedakan jenis barang dan jarak.
“Asal ongkos kirim sesuai, pasti kami kirim, masalah keuntungan sebenarnya kami tidak mengambil untung besar. Yang penting perputaran, sebab, berjualan online itu saingannya banyak dan jika tidak waspada, konsumen akan lari ke penjual lain gara-gara harga.” Pungkasnya. [Asa]