Dalam Pandangan Islam, Akhlak dan Iman itu Memiliki Hubungan
JAKARTA – Akhlak dan Iman adalah bagian dasar atau pondasi dalam kehidupan manusia. Tidak akan muncul akhlak yang baik bila tanpa iman. Begitupun tidak akan sempurna keimanan jika tanpa akhlak yang baik. Untuk itu, akhlak dan keimanan tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Semuanya sangat bergantung dan saling mempengaruhi.
Iman adalah pondasi dalam diri seorang muslim. Adanya keimanan mempengaruhi bagaimana seorang muslim berperilaku, melaksanakan pekerjaan atau aktifitas, dan juga menjalankan kehidupannya sehari-hari. Kehidupan seorang tanpa keimanan pasti akan rapuh sebagaimana rumah atau bangunan tanpa adanya pondasi yang kuat. Berikut adalah penjelasan mengenai Hubungan Akhlak dengan Iman
Pengertian Iman
Iman memiliki arti percaya. Seorang yang beriman berarti ia memiliki kepercayaan tertentu atas yang diimaninya. Percaya bukan berarti hanya sekedar meyakini, namun juga tercermin dari apa yang diucapkan dan dilakukan secara konsisten. Tentunya akan berbeda perilaku seorang yang beriman dengan perilaku orang yang tidak beriman. Orang yang beriman akan adanya Allah, pasti akan memunculkan rasa takut dan merasa diawasi oleh Allah, sehingga ia tidak berani untuk melakukan sesuatu yang buruk, yang dilarang Allah.
Orang yang tidak beriman kepada Allah, misalnya saja seorang Atheis, ia tidak akan mungkin menyandarkan hidupnya kepada Al-Quran, takut atau mempersiapkan hari akhir, dan juga tidak akan mungkin melakukan kehidupannya berdasarkan apa yang Allah perintahkan. Untuk itu, jika ada orang yang beriman namun perilaku dan kehidupannya tidak melandaskan kepada ayat-ayat Allah, maka tentu menjadi pertanyaan tentang keimanannya.
Sebagaimana disampaikan di ayat di bawah ini, bahwa orang beriman adalah mereka percaya pada yang ghaib, melaksanakan shalat dan menafkahkan rezeki. Artinya, orang beriman akan percaya pada Allah dan tidak akan lepas kehidupannya dari Allah SWT.
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS : Al Baqarah : 3)
Namun, persoalan iman seseorang tentu adalah masalah pribadi atau personal. Tidak ada yang dapat menilai kualitas iman seseorang daripada Allah sendiri. Tentu hanya Allah saja yang berhak dan dapat menilai hal tersebut secara pasti dan valid. Sedangkan penilaian manusia tentu hanya aspek pinggiran saja.
Keimanan yang Harus Ada Pada Seorang Muslim
Sebagaimana rukun iman, maka seorang muslim harus meyakini dan mendasarkan kehidupannya berdasarkan rukun iman ini.
Iman Kepada Allah
Memiliki keimanan kepada Allah artinya adalah meyakini secara benar dan perbuatan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, Illah yang layak untuk disembah. Dalam hal ini meyakini betul bahwa tidak ada pesaing atau yang dapat menandingi kekuatan atau keagungan selain dari keagungan Allah SWT. Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Manfaat Beriman Kepada Allah SWT sangat banyak sekali, karena dengannya kita bisa benar-benar merasakan kebermaknaan hidup dan bergantung hanya kepada Allah Yang Maha Esa dan Agung.
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS : Al Ikhlas : 1-4)
Iman Kepada Malaikat Allah
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (QS Al An-am : 61)
Disampaikan dalam ayat diatas bahwa kekuasaan Allah diantaranya adalah adanya malaikat yang mengawal manusia dalam perilaku keseharian. Untuk itu, keimanan kepada malaikat adalah bagian yang tidak boleh terpisahkan dari keimanan terhadap Allah. Hikmah Beriman Kepada Malaikat Allah tentunya dapat menambah keyakinan kita akan Allah serta benar-benar menjaga diri dari perbuatan tercela. Malaikat yang diutus Allah tentunya senantiasa menjalankan tugas untuk mengawal dalam kehidupan manusia, tanpa menawar.
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab Allah artinya meyakini kebenaran akan kitab-kitab Allah serta dari keyakinan tersebut, menjadikannya sebagai pedoman kehidupan. Meyakini kitab Allah berarti juga siap menjalankan seluruh isinya beserta apa yang menjadi perintah di dalamnya. Fungsi Iman Kepada Kitab Allah menjadikan kita hidup dalam jalan kebenaran dan senantiasa terpacu untuk menerapkanya dalam kehidupan keseharian.
Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)
Di ayat diatas ditunjukkan bahwa Rasul adalah orang yang beriman terhadap Al-Quran dan Allah. Untuk itu, sebagaimana Rasul diturunkan sebagai teladan dan memberikan petunjuk kepada manusia, maka seorang muslim harus meyakini dan mengikuti jalan kehidupan rasul-rasul Allah, tanpa terkecuali.
Keimanan pada Rasul Allah, khususnya umat Nabi Muhammad dapat dilakukan dengan cara mengikuti sunnahnya. Sunnah-sunnah Rasul contohnya adalah dalam melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur sesuai ajaran Rasul, Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.
Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada Hari Akhir tentunya adalah bagian dari keimanan yang sangat penting. Iman kepada hari akhir bearti meyakini bahwa dunia ini hanyalah sementara saja sedangkan akhirat adalah tempat yang paling akhir untuk berpulang. Hari akhir ditandai dengan terjadinya kiamat dan kehancuran alam semesta, kecuali hanya Allah SWT.
Iman Kepada Qada dan Qadar
Iman kepada Qada dan Qadar adalah meyakini akan ketetapan-ketetapan yang telah Allah berikan. Dalam hal ini berarti meyakini akan kodrat dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Contohnya, sudah menjadi takdir bahwa seorang wanita memilili fungsi untuk mengandung dan menyusui sedangkan pria tidak. Pria yang ingin menjadi wanita tentu akan merusak sistem tubuh dan kodratnya sebagai laki-laki yang malah menuju kehancuran atau ketidakseimbangan.
Keterkaitan antara Keimanan dan Akhlak Muslim
Akhlak adalah nilai suatu perilaku atau tindakan dengan baik atau buruk. Akhlak yang baik atau buruk dalam islam tentu didasarkan kepada pondasi islam yaitu rukun iman dan rukun islam. Sedangkan, orang-orang yang tidak memiliki agama akan melandaskan kebaikan akhlaknya pada penalaran diri sendiri atau sekedar hawa nafsunya semata. Untuk itu, akhlak yang berlandaskan kepada hawa nafsu akan rusak dengan sendirinya.
Akhlak seorang muslim tentu berdasar kepada keyakinannya terhadap Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, dan Qada&Qadar. Dengan adanya hal tersebut, seorang muslim akan mengatur akhlaknya bagaimana sesuai dengan aturan Allah, apa yang disampaikan di Al-Quran. Mereka akan menilai akhlaknya buruk jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Allah dan Rasulnya.
Berikut adalah Hubungan Akhlak dengan Iman :
Iman Menjadi Dasar Perilaku
Iman adalah dasar perilaku atau akhlak. Tanpa iman atau iman yang keliru tentu akan berefek pada kelirunya akhlak kita. Sekalipun dalam satu waktu akhlak tampak terlihat baik, namun belum tentu di lain waktu akan baik pula karena keimanan yang keliru. Untuk itu, iman harus diasah lebih jika akhlak ingin liner dengannya.
Akhlak adalah Bukti Keimanan
Akhlak adalah bukti keimanan. Seseorang yang mengaku beriman namun tidak pernah berakhlak yang mulia atau sesuai dengan islam, tentu menjadi pertanyaan apakah benar-benar dalam keimanan yang kuat. Untuk itu, tidak hanya cukup dengan iman, namun harus juga membuktikan diri dengan akhlak.
Iman dan Akhlak adalah Satu Kesatuan
Iman dan akhlak adalah satu kesatuan. Kelak di akhirat nanti, Allah tidak akan mempertanyakan salah satunya saja, melainkan seluruhnya yaitu iman dan akhlaknya. Orang beriman belum tentu selamat, jika akhlaknya buruk. Begitupun orang yang tidak beriman, tentu akan mempersulit akhlaknya menjadi baik.
Bukti keimanan dan akhlak manusia tentunya akan terwujud ketika manusia benar-benar dan sungguh-sungguh menjalankan hidupnya berdasarkan pada Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam yang telah Allah tetapkan. Hal itulah yang nantinya juga kelak akan dimintai pertanggungjawaban. []