Dengar Dentuman Usai Gempa, Warga Poso Pilih Waspada
POSO – Warga Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah sekitar pukul 3 sore WIT kemarin hingga saat ini masih merasa was-was setelah mendengar suara dentuman keras dari kerak bumi yang disertai guncangan, pasca terjadi gempa berkekuatan 5.7 M. Tim Ekspedisi Poso mencatat ada beberapa bangunan yang rusak, sekolah, rumah serta gereja dan fasilitas umum lainnya.
Suara dentuman tersebut masih terdengar sampai Senin malam, sehingga membuat warga kuatir termasuk pendeta Asyer, salah satu anggota tim Aliansi Pejaga Danau Poso. Laporan serupa juga disampaikan salah seorang aktivis Evergreen yang saat ini berada di Poso, yang mengungkapkan adanya suara gemuruh di dalam danau Poso.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Warga Desa Salukaia Senin malam memilih tidur di luar rumah karena takut terjadi sesuatu setelah mendengar suara dentuman.
Sampai berita diturunkan belum ada konfirmasi dari instansi terkait, tentang suara dentuman tersebut. Bahkan pihak BMKG dan BNPB yang dikonfirmasi melalui pejabat humasnya melalui whats App, belum memberikan keterangan resmi soal suara dentuman tersebut.
“Sampai saat ini kami belum memperoleh informasi dan keterangan resmi dari BNPB ataupun BMKG, kami sudah mengontak kedua lembaga tersebut, tetapi mereka pun belum ada penjelasan resmi,” demikian Trinirmalaningrum, selaku ketua Tim Ekspedisi Poso dan juga Direktur Perkumpulan Skala, menurutnya, penjelasan ini penting, agar masyarakat menjadi tenang dan berita tidak simpang siur.
Tim Ekspedisi Poso dan Aliansi Penjaga Danau Poso, berencana untuk melakukan penyisiran wilayah-wilayah yang terkena dampak seklaigus memastikan suara dentuman yang terjadi semalam. Riza Permadi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), menjelaskan, berdasarkan laporan warga yang dimintanya untuk menghitung, suara dentuman terjadi tiap satu jam sekali.
Salah anggota tim Ekspedisi Poso, Kurniawan P.Bandjolu yang saat ini berada di Meko, Poso melaporkan pagi ini mengaku masih merasakan terjadi guncangan.
“Baru saja terjadi lagi goncangan yang cukup kuat di sini,”ungkapnya.
Guncangan tersebut juga terasa di Tentena seperti dilaporkan Lia Gogali, aktivis Institut Mosintuwu.
Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan warga masyarakat yang tinggal di wilayah Meko, Salukaiya, serta wilayah lain yang sempat mendengarkan suara dentuman tersebut. Untuk menghindari berita-berita yang simpang siur, sepanjang malam komunikasi terus dilakukan antara tim Ekspedisi Poso dengan Aliansi Penjaga Danau Poso.
Bagi tim ekspedisi yang saat ini tengah bersiap-siap untuk melakukan perjalanannya tentu pengalaman gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Palu, Sigi dan Donggala, menjadi pengalaman berharga. Menurut Lian Gogali, ketua tim ekspedisi Poso, kami sampai tidak tidur menunggu up date dan keterangan resmi dari pemerintah, selain itu juga kami kuatir bila terjadi apa-apa, kami sengaja melakukan hal ini agar jika terjadi sesuatu kami bisa cepat mengambil keputusan apakah dibutuhkan evakuasi. Sementara bagi Sukmandaru, ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, untuk memastikan apa yang terjadi dibutuhkan riset lebih lanjut,
“karena kami di Jakarta sehingga sulit membayangkan apa yang tengah terjadi,” jelasnya, dan bila masyarakat merasa kuatir dan tidak nyaman dengan suara dentuman, ada baiknya melakukan evakuasi secara mandiri.
Tetapi berdasarkan pengamatan saya dari informasi yang diperoleh, Sukmandaru menyimpulkan bahwa itu adalah TES (tectonic earthquake swarm) yg biasa mengikuti gempa tektonik.
“Mudah-mudahan akan semakin mengecil dan hilang,”harapnya.
Penjelasan Sukmandaru sama dan sebangun dengan Dr. Supartoyo dari Badan Geologi Bandung, yang dikutip melalui akun facebook Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Masdian Mentiri, bahwa menurutnya, gempa yang terjadi kemarin akibat patahan (pergerakan lapisan kerak bumi) memanjang utara selatan sebelah barat Danau Poso. Akibat patahan tersebut terjadi pergerakan batuan untuk menuju kestabilan yang menimbulkan dentuman, itu tidak berbahaya. Dentuman ini nantinya akan semakin kecil seperti gempa di Joga pada tahun 2006 dan Danau Toba tahun 2004.
Pengalaman gempa dan suara dentuman ini tentu menjadikan warga lebih waspada. Dalam rilisnya Tim Ekspedisi Poso dan Aliansi Penjaga Danau Poso Poso meminta kepada para pihak yang berkepentingan, pemerintah dan juga masyarakat :
- Meminta kepada pemerintah untuk terus memantau kondisi di Sulawesi Tengah, khususnyadi wilayah Poso.
- Memberikan informasi cepat dan akurat, agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi yang dapat menyesatkan masyarakat
- Mengajak semua masyarakat di Poso agar senantiasa siaga, dan membangun kesiapsiagaan sejak dini. Hal yang paling mudah dilakukan dengan menyediakan satu tas siaga bencana, yang berisi, surat-surat penting, makanan yang tahan untuk jangka waktu satu minggu, minuman serta pakaian
- Mengajak seluruh masyarakat untuk saling menyapa tetangga, bial terjadi sesuatu, dan siap menolong satu dengan yang lain.
- Sebelum informasi secara resmi diperoleh, hindari mengirimkan informasi yang tidak jelas sumbernya. [Wan]