April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Derai Air Mata, Iringi Alunan Takbir Dan Gelaran Sholat Idul Adha Di Lokasi Gempa

2 min read

MATARAM – Tidak seperti tahun tahun sebelumnya, gema Takbir Idul Adha 1439 di lokasi pengungsian korban Gempa Bumi Lombok, melantun dengan suara menyayat hati. Mereka bukan sekedar melantunkan suara takbir, tahlil serta tahmid, namun mereka juga sedang sepenuh jiwa menyerahkan diri ke Haribaan Allah SWT setelah keMaha-Besaran Allah SWT baru saja tampak lewat bencara gempa. Suara takbir mereka, terlantun diantara derai air mata.

Ribuan umat Islam di Lombok dan Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) merayakan hari raya Idul Fitri di lapangan-lapangan dan lokasi pengungsian. Dengan segala keterbatasan di tengah musibah gempa yang terus terjadi, mereka tetap khusyuk beribadah dan berkurban.

Ketua MUI Mataram Tuan Guru Haji Abdul Manan, yang bertindak sebagai penceramah dan imam salat Idul Adha di lapangan Kota Mataram, merasakan suasana yang berbeda pada Idul Adha tahun ini. Warga Lombok dan Mataram dilanda ketakutan dan kepanikan pasca gempa yang mengguncang wilayah NTB.

“Biasanya salat Idul Adha dilaksanakan di masjid, namun tahun ini Idul Adha berada di lapangan tempat pengungsian. Ini menyisakan satu kesedihan tersendiri,” kata Tuan Guru Haji Abdul Manan saat berbincang dengan tvOne, Rabu, 22 Agustus 2018.

Dalam ceramahnya, Tuan Guru Abdul Manan mengingatkan kepada seluruh pengungsi bahwa semua musibah yang menimpa selama ini merupakan cara Allah menguji hamba-hambanya yang beriman dari kaum muslimin. Ditimpa goncangan gempa, ketakutan dan kekurangan bahan makanan.

“Jadi kita seluruhnya dalam pandangan iman, semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Segalanya adalah suatu kebaikan, ketika ditimpa kebaikan kita bersyukur, ketika ditimpa tidak mengenakan seperti kondisi ini kita juga bersyukur,” ujarnya.

Tak lupa, Ia mendoakan kepada seluruh korban maupun pengungsi korban agar selalu sabar dalam menghadapi musibah, dan semoga Lombok dan NTB dijauhkan dari segala musibah baik secara fisik maupun non fisik. “Ya Allah jadikan ujian yang Engkau berikan ini dapat menaikkan derajat kami di mata-Mu,” pintanya.

Usai melaksanakan salat Idul Adha, korban gempa hanya dapat kembali ke tenda dan mengunjungi sanak saudaranya yang juga mengungsi. Jauh dari kata cukup, korban hanya dapat menyantap nasi putih dengan lauk mi instan. []

Advertisement
Advertisement