December 4, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Destilasi dan Suling Aneka Minyak Herbal

4 min read

 

Ada banyak jenis minyak herbal yang beredar di pasaran. Peredaran aneka minyak tersebut tentu terserap oleh berbagai macam kebutuhan baik industri makanan, farmasi maupun kosmetik. Tingginya permintaan pasar tentu merangsang usaha destilasi serta penyulingan minyak tumbuh tersebar di berbagai daerah. Namun, meskipun demikian, jumlah jasa destilasi dan penyulingan masihlah sangat rendah dibanding jumlah permintaan pasar.

Inilah yang membuat Sarnu tertarik untuk menekuninya. Dengan modal awal sekitar 30-an juta rupiah pada 7 tahun silam, Sarnu yang sebelumnya merupakan peternak ayam ini memberanikan diri untuk memulai usaha penyulingan saja pada awalnya. Dibawah pembinaan seorang pengusaha pabrik jamu ternama di negeri ini, Sarnu banyak sekali mendapat input pengetahuan.

Sarnu, Secara otodidak menggembangkan keahlian destilasi aneka jenis minyak herbal dengan teknomogi temuannya, berbagai kendala pernah dia hadapi. Namun kegigihan menjadi jalan keluarnya.
Sarnu, Secara otodidak menggembangkan keahlian destilasi aneka jenis minyak herbal dengan teknomogi temuannya, berbagai kendala pernah dia hadapi. Namun kegigihan menjadi jalan keluarnya.

Usaha penyulingan Sarnu pada perjalanannya terpolakan menjadi dua sub usaha yakni jasa destilasi dan penyulingan serta bisnis penjualan minyak hasil destilasi dan penyulingan. Pemolaan menjadi dua sub usaha ini menurut Sarnu sebagai solusi fluktuasi harga minyak destilasi dan sulingan yang seringkali jatuh ke titik sangat rendah.

Sub usaha jasa destilasi dan penyulingan akan bekerja berdasarkan pesanan barang dimana dalam hal ini Sarnu hanya mengolahkan saja sesuai keinginan klien. Seluruh bahan baku, bahan bakar, ongkos operasional, seluruhnya ditanggung klien. Dan diakhir pekerjaan, Sarnu akan mendapatkan uang sewa alat sekaligus upah bersih sebesar 300 ribu rupiah untuk persekali destilasi atau 200 ribu rupiah untuk persekali penyulingan.

Proses pengendapan untuk mendapatkan minyak murni
Proses pengendapan untuk mendapatkan minyak murni

Bahan baku yang biasa diproses destilasi atau suling di unit pengolahannya sarnu ini meliputi beraneka jenis empon-empon (jahe, kunyit, kencur) maupun dedaunan bahkan kayu-kayuan seperti cengkeh, dilem alias nilam, kayu cendana, maupun bunga bungaan seperti kamboja, melati dan jenis lainnya. Magnet utama dari usaha Sarnu ini terletak pada kualitas hasil destilasi beberapa jenis minyak tertentu yang sampai saat ini belum ada tandingannya. Beberapa perusahaan besar baik farmasi maupun kosmetik berlangganan rutin setiap bulan memproseskan beberapa jenis minyak untuk kebutuhan industri mereka seperti minyak daun sirih dan minyak jahe.

Tingkat hunian yang jenis ini dalam sebulan rata-rata sampai 5 kali tersewa. Atau keuntungan rata-rata dari 3 unit instalasi destilasi dan 2 unit instalasi penyulingan setiap bulan sebesar Rp. 4,5 juta dari unit destilasi dan Rp. 2 juta atau keseluruhannya Rp. 6,5 juta/bulan.

“Pada saat kebutuhan minyak di pasaran ramai, mereka yang memproseskan bahan bakunya kesini biasanya bisa naik sampai dua kali lipat. Tapi itu hanya terjadi selama kurun tiga bulan saja dalam setiap tahun” aku Sarnu.

Dengan keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp. 6,5 juta rupiah setiap bulan dari hasil penyewaan unit instalasi, modal awal sebesar 30 juta rupiah pada 7 tahun yang lalu atau jika dihitung dengan nilai saat ini per tahun 2015 sebesar 55 juta rupiah biaya yang diperlukan untuk membangun unit instalasi akan mengalami BEP pada bulan ke 9.

beberapa jenis minyak herbal setengah jadi produksi Sarnu
beberapa jenis minyak herbal setengah jadi produksi Sarnu

Disela-sela waktu kosong tiada penyewa unit miliknya, Sarnu secara terencana tetap melakukan aktifitas destilasi dan penyulingan bahan-bahan tertentu. Seringkali hasil penyulingannya ini tidak langsung dia jual, akan tetapi menunggu saat harga minyaknya mencapai titik batas atas. Bagaimana cara menjalankannya ?

             Disaat unit instalasi destilasi miliknya tidak digunakan penyewa jasa, Sarnu memanfaatkan kekosongan tersebut dengan melakukan destilasi pada jenis minyak-minyak tertentu. Dia melakukan hal ini terutama disaat harga bahan baku minyak dalam posisi murah. Hasil destilasinya seringkali dia tahan dulu sampai harga di pasaran dirasa bagus, baru dia lepas ke pasaran. Tentu saja, posisi bahan baku murah biasanya bisa didapat pada saat puncak musim panen raya.

Dengan mengalokasikan modal belanja 20 jutaan rupiah, usai puncak musim panen raya Sarnu berbelanja bahan baku aneka minyak yang kondisinya sudah tidak laku apabila dijual segar seperti jahe yang upkir (sudah setengah kering dan jamuran), kunyit, dan bahan lain.Dalam kondisi demikian, tentu bahan baku bisa dibeli sampai sepertiga harga normal bahkan saat paling murah sekalipun.

“Untuk proses diambil minyaknya, kita tidak memerlukan bahan baku yang kondisinya masih segar baru panen. Kondisi yang upkir pun sebenarnya sama saja. Malah seringkali bahan baku yg kondisinya sudah upkir tidak laku jika dijual segar itu justru bisa menghasilkan minyak yang lebih banyak pada berat yang sama lantaran kadar airnya sudah turun jauh” terang Sarnu

Jenis minyak yang biasa dia produksi kemudian dia kumpulkan antara lain adalah minyak Nilam atau Dilem, minyak sereh, minyak sirih, minyak kunyit, minyak jahe, serta minyak lengkuas.

“Permainan saya itu, saya proses dilem misalnya pada saat harga jatuh dibawah 200 ribu. Saat itu harga bahan baku dilem murah. Setelah saya berhasil memproses, kemudian minyak saya simpan dulu sambil siapa tahu dapat tambahan. Nanti begitu harga sudah mendekati harga puncak, biasanya 400-an ribu per kilo liter, minyak dilem simpanan saya saya lepas. Begitu juga dengan jenis minyak lainnya” imbuhnya.

Dari pola ini, modal awal 20 juta rupiah dalam setahun menurut Sarnu bisa kembali menjadi pemasukan kotor dari total hasil penjualan seluruh minyak sebesar 80-an juta rupiah. Apabila diambil rata-rata setiap bulan, dari keuntungan 60-an juta rupiah ini, Sarnu mendapat keuntungan sebesar Rp. 5 juta.

Lumayan bukan ? Usaha penyewaan alat dan penyulingan beberapa jenis rempah dan dedaunan ini kenyataannya telah mengantarkan bapak dua anak ini menjadi jutawan dengan lebih banyak bekerja di rumah saja. Seperti yang telah dikupas pada edisi terdahulu, dari hasil penyewaan, Sarnu memiliki penghasilan bersih rata-rata sebesar 6,5 juta rupiah, jika ditambahkan dengan hasil spekulasi dia menjual minyak hasil destilasinya sebesar 5 juta rupiah, maka penghasilan rata-rata Sarnu setiap bulannya sebesar Rp. 11,5 juta rupiah.

Jika pembaca tertarik untuk menelisik lebih dalam lagi, dengan senang hati Sarnu bersedia berbagi pengalaman. Silahkan datang ke workshopnya di kawasan RT 1 RW 1 Desun Krajan 2 Desa/Kecamatan Jenangan Ponorogo Jawa Timur. [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement