September 8, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Di Desa ini, Pemerintah Desanya Beri Dukungan Penuh pada Warga yang Menjadi Pelaku Industri Rumahan

2 min read

JAKARTA – Pemdes Darungan mengapresiasi warganya yang menjadi pelaku UMKM. Salah satu yang medapat perhatian adalah kerajinan flanel milik Agnesia Nurlaili. Atas dukungan Pemdes Darungan, usahanya semakin berkembang. Bahkan omzetnya dalam sehari bisa mencapai jutaan rupiah.

“Awalnya dulu hanya bando, jepit rambut, harganya cuma seribu rupiah,” ujar Sri Astutik, Ibu Agnes.

Astutik menyampaikan anaknya kerap diajak pelatihan oleh pemdes. Dia juga sering direkomendasikan untuk mengikuti pameran di tingkat kabupaten. Dari sanalah awal mula perjalanan usaha Agnes semakin diminati masyarakat.

Usaha tersebut berkembang tidak hanya aksesoris untuk anak kecil saja. Agnes mulai membuat sandal, tas, dan hiasan dinding untuk dijual ke kios di Kampung Inggris Pare. “Juga sering ada pesanan dari mahasiswa, itu buat souvenir dan juga wisuda,” tuturnya.

Selain keikutsertaan rutin pada pameran, usaha kain flanel ini juga sempat mendapat bantuan berupa mesin jahit dari Pemkab Kediri. Hal ini tentunya sangat membantu. “Alhamdulillah dulu bisa dapat bantuan. Sehingga usaha anak saya semakin lancar,” ucap Astutik.

Harga dari produk flanel milik Agnes ini bervariasi. Mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 30 ribu. Itu sesuai dengan jenis dan motif yang ada. “Jilbab polos dimodifikasi dengan berbagai motif dan hiasan, itu sesuai pesanan,” jelasnya.

 

Manfaatkan Limbah Sabut Kelapa untuk Penyemai Benih

Halaman belakang rumah Yudi Santoso yang ukuran 4×5 meter itu dipenuhi rak berjajar. Rak dari bambu itu terdapat papan berisikan media semai yang dalam proses penjemuran. “Kalau rak penuh, biasanya papan saya jemur di atap kamar mandi,” terang Yudi.

Dia dikenal sebagai pembuat media semai yang menggunakan cocopeat. “Dalam pembuatan media semai ini, masih menggunakan peralatan manual,” akunya.

Tidak hanya dalam pengeringan. Dalam proses pembuatannya dia juga tidak menggunakan alat-alat listrik. Alat yang digunakan masih menggunakan tenaga manusia.

Pria 39 tahun ini mengatakan, usaha pembuatan alat semai ini dia lakukan ketika awal wabah Covid-19 muncul. Sebelum menekuni pembuatan alat semai ini, Yudi berjualan peralatan renang. Akan tetapi karena masa pandemi tidak ada pertandingan, membuat usahanya tersebut sepi.

Menurut pengamatannya, proses pembenihan kebanyakan menggunakan tanah. Sedangkan mereka yang menanam secara hidroponik mayoritas mengandalkan rockwool. Selain tidak efisien, juga terlalu menggantungkan produk dari impor.

“Selama ini kebanyakan ketika menyemai menggunakan plastik yang berisi tanah,” ucapnya.

Yudi akhirnya memiliki ide untuk membuat media semai yang terbuat dari cocopeat. Sehingga dapat menggantikan rockwool. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Dibandingkan dengan rockwool, kandungan yang terdapat pada cocopeat lebih baik. Selain memiliki kandungan mineral, juga memiliki kandungan kalium, dan fosfor. Kandungan ini sangat membantu dalam pembentukan akar. []

Sumber ApakabarOnline dari Jawa Pos Group

Advertisement
Advertisement