December 21, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Dosa Kecil yang Bisa Menjadi Dosa Besar

3 min read

JAKARTA – Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah atau agama. Di dalam agama Islam, dosa merupakan perbuatan yang dilakukan seorang mukallaf yang melanggar hukum Allah SWT.

Kata dosa besar terdiri dari dua kata yaitu: dosa dan besar. Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah atau agama.

Kata dosa dalam Al-Qur’an sering diungkapkan dengan kata adz-dzanb, ism, atau al-jurm. Dosa yang berarti melakukan sesuatu yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang diperintahkan syariat Islam, memiliki akibat dan dampak negatif, baik bagi si pelaku maupun lingkungan sekitarnya.

Dikutip dari tribunnews.com, menurut bahasa Arab, dosa besar (al-kabair) berasal dari kata akbar yang berarti besar. Sedangkan menurut istilah ulama, al-kabair adalah dosa-dosa besar yang harus dijauhi seperti membunuh, berzina, durhaka kepada orang tua, dan lain-lain.

Seorang Muslim harus menjauhi perbuatan-perbuatan yang termasuk dosa besar. Dosa besar termasuk perbuatan tercela yang akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.

Allah SWT menegaskan, ”Barang siapa mengerjakan kejahatan (dosa), maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.” (QS. al-Jasiyah [45] : 15).

Artinya, seseorang yang melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum syariat, di dunia orang tersebut akan mendapatkan sanksi sesuai dengan perilakunya, dan kelak di akhirat, ia dijerumuskan ke dalam api neraka.

Melansir dari republika.co.id, sabda Nabi SAW, “Setiap anak Adam pernah berbuat dosa dan sebaik-baik yang berbuat dosa adalah yang bersegera bertaubat.” (HR. Muslim).

Di antara kebiasaan kita adalah menganggap enteng dosa kecil, seperti berbohong, gibah (gosip), dan mengadu domba. Dalam pandangan Rasulullah SAW, menganggap enteng dosa kecil adalah sebuah respons perilaku yang tidak baik. Bahkan, akan menjadi dosa besar yang kita anggap dosa kecil tersebut.

Pertama, jika dilakukan terus-menerus. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran[3]:135).

Ibnu Qoyyim mengatakan, dosa besar yang hanya dilakukan sekali lebih bisa diharapkan pengampunannya daripada dosa kecil yang dilakukan terus-menerus.

Kedua, jika seorang hamba meremehkannya.

Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya akan kecil di sisi Allah, dan setiap kali ia menganggap remeh sebuah dosa niscaya akan menjadi besar di sisi-Nya.

Abdullah bin Mas’ud ra berkata, “Seorang mukmin memandang dosanya bagaikan gunung yang akan runtuh menimpa dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap dosanya seperti seekor lalat yang menclok di hidungnya, cukup diusir dengan tangannya.” (HR. Bukhari Muslim). Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Jangan kamu memandang kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa kamu berbuat dosa itu.”

Ketiga, jika dilakukan dengan bangga atau minta dipuji, seperti seseorang yang mengatakan, “Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan orang itu di depan umum?” Atau, seperti ucapan seorang pedagang, “Lihat, bagaimana saya bisa menipu pembeli itu?”

Keempat, jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain lalu, ia menceritakannya dengan bangga kepada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap umatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berlaku dosa. Dan di antara perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika seseorang berdosa di malam hari sementara Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi hari ia merobek tirai penutup itu sambil berkata, “Hai Fulan, semalam aku melakukan ini dan itu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Kelima, jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan. Karena apa yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa, maka ia juga mendapatkan dosa orang yang mencontohnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Dan barang siapa memberi contoh keburukan dalam Islam, maka baginya dosa perbuatan itu dan juga dosa orang yang mencontohnya setelah itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa itu dari pelakunya.” (HR. Muslim).

Dari kelima kriteria ini, sungguh jika pun itu terjadi tetap akan dipandang baik jika mereka bersegera bertaubat, menyudahi semua perbuatan zalimnya dan bersumpah  untuk tidak mengulangi lagi. []

Advertisement
Advertisement