Faktor Keselamatan dan Biaya Penerbangan Sebabkan Maskapai di Indonesia Sepi Penumpang
Faktor keselamatan dan harga tiket dinilai menurunkan jumlah penumpang pesawat udara akhir tahun lalu. Para penumpang itu diperkirakan beralih ke moda transportasi kereta api.
Menurut Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta, R Dadan Rudiansyah, peralihan itu terjadi usai kecelakaan pesawat terbang Lion Air JT610, Oktober tahun lalu.
Dadan, seperti dinukil dari Antaranews, Kamis (24/01/2019) lalu menyatakan, pihaknya bertanya kepada penumpang KA Sleeper maupun KA Eksekutif yang beralih dari moda pesawat udara ke kereta api. Menurut Dadan, pertimbangan mereka beralih moda transportasi karena kereta api dinilai lebih aman.
Dadan, seperti dipetik dari Katadata.co.id menjelaskan, selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 20 Desember 2018-6 Januari 2019 KAI Daop 1 Jakarta mengangkut 1,24 juta penumpang. Jumlah penumpang KA jarak jauh mencapai 753.194 penumpang dan KA lokal sebanyak 489.635 orang.
Untuk kereta jarak jauh meliputi penumpang kelas Eksekutif 252.470 orang, penumpang kelas Bisnis 44.324 orang, dan kelas Ekonomi 456.400 orang. Jumlah 1,24 juta orang ini meningkat 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Maskapai penerbangan dan otoritas bandara mengakui adanya penurunan jumlah penumpang pesawat udara. Tapi penyebabnya mereka duga karena masalah harga tiket.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Ari Askhara menyatakan adanya penurunan jumlah penumpang pada tahun lalu. Menurutnya, penumpang Garuda Indonesia beralih ke Citilink. Ari, yang juga Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menyatakan, penurunan jumlah penumpang dirasakan hampir seluruh maskapai.
“Memang trafic saat ini (tahun 2018) tidak terlalu banyak dibanding Januari 2017 hanya ada sedikit penurunan karena memang kami ada penyesuaian harga,” ujarnya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (26/01/2018) seperti dikutip dari Merdeka.com.
Vice President Corporate Communications PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano mengakui adanya penurunan jumlah penumpang di beberapa bandara yang mereka kelola di Indonesia bagian barat. Menurutnya, walau belum ada kajian, menurutnya indikasi penurunan penumpang akibat harga tiket.
PT Angkasa Pura I (Persero), yang mengelola bandara di Indonesia bagian tengah dan timur mengakui penurunan jumlah penumpang. Sekretaris Perusahaan AP I Handy Heryudhitiawan menyampaikan penurunan ini sebagian besar disebabkan karena masa puncak liburan (peak season) yang telah berakhir.
Secara tren, penumpang pesawat terbang memang melandai sejak Januari hingga Maret. “Jadi beberapa faktornya menurut kami menjadi penyebab adalah masa liburan yang telah habis, berkurangnya perjalanan bisnis, dan naiknya rata-rata harga tiket pesawat,” kata Handy seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (22/01/2019).
Faktor lain yang dinilai menurunkan jumlah penumpang adalah kebijakan bagai berbayar untuk penerbangan murah (low cost carrier/LCC). Walau pelaksanaan bagasi berbayar ini ditunda, namun karena diumumkan hampir bersamaan dengan masa liburan, dinilai membuat gairah penumpang menggunakan pesawat udara makin berkurang.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai, dua kebijakan ini berpotensi menyebabkan transportasi udara ini kehilangan peminat. []