April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Gak Tahan Diomeli, Ida Patah Tulang Saat Lompat dari Jendela Rumah Majikan

3 min read

ApakabarOnline.com – Menjadi pekerja rumah tangga, tidak selamanya berjalan sebagaimana rencana, lancar dan sesuai dengan yang ada dalam angan-angan baik si pekerja maupun si pemberi kerja alias majikan.

Ketidaksesuaian rencana dengan kenyataan sering bermuara pada konflik-konflik yang acapkali memenderitakan sang pekerja rumah tangga.

Seperti peristiwa yang menimpa Ida Nuriyana, seorang pekerja rumah tangga asal Jawa Timur, harus mendapat perawatan di rumah sakit lantaran cidera pada tulang kakinya.

Dinukil dari group Jawa Pos, Ia bekerja di perumahan elite, di kawasan Balikpapan Baru. Mendapat majikan yang kerap kali mengomel, Ida memilih melompat dari lantai dua rumah sang majikan, Sabtu (04/05/2019).

Akibatnya, kaki kiri Ida retak dan mengenakan gips. Ia masih terbaring di Ruang Flamboyan A RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo.

Selama bekerja, anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku tak nyaman. Sang majikan sering menggerutu. Waktu istirahat yang dimiliki terbatas, hampir 24 jam bekerja. Sejak pukul 03.00 Wita, alarm telah berdering.

Dini hari ia mesti bangun membersihkan seluruh ruangan di lantai dua. Lalu membantu pembantu rumah tangga lainnya menyiapkan makanan.

Setelah itu, aktivitas kembali dilanjutkan dengan membersihkan area lantai satu. Pekerjaan bersih-bersih itu tak jarang sampai tengah malam. Bukan hanya ruang tamu, ruang keluarga dan ruang tidur, membersihkan kamar mandi dan toilet juga mesti detail.

Waktu istirahatnya di siang hari hanyalah ketika waktu makan tiba. Meski diberi makan tiga kali sehari, ia merasa stamina tubuhnya yang kecil tidak sanggup membersihkan seluruh rumah.

Ida mengatakan, sang majikan tak pernah menyerangnya secara fisik. Hanya saja ia kesal dikarenakan umpatan dan kata-kata kasar yang dilontarkan sang majikan.

“Ada tujuh orang yang tinggal di rumah tersebut, termasuk saya dan salah seorang pembantu lagi. Pembantu satunya ini juga merasa tidak betah sebenarnya, bahkan kami sebenarnya berniat berhenti setelah satu tahun (bekerja), tapi karena saya merasa sudah tidak kuat jadi nekat lompat,” tuturnya, dikutip dari Kaltim Post (Jawa Pos Group), Rabu (8/5).

Dituduh mencuri emas dan uang, Ida mengatakan ia tak mengambil barang apapun dari rumah sang majikan. Ia hanya ingin pulang. Kembali bertemu sang buah hati yang berusia lima tahun.

Malaikat kecilnya itu kini di rumah mertuanya di Surabaya. Semula dirinya mendengar bahwa gaji yang diterima bisa mencapai Rp 2,5-3 juta per bulan.

Alasan tersebutlah yang membuatnya menerima tawaran pekerjaan yang membawanya ke Balikpapan. “Sudah lama kangen anak, ibu mertua saya dan suami tidak memperbolehkan saya bertemu,” katanya.

“Awalnya saya ingin bekerja agar bisa punya uang, buat beli susu anak, terus punya rumah sendiri. Karena di Jepara saya menumpang di rumah kakak, dan hubungan saya dengan ibu kandung juga tidak baik,” lanjut perempuan kelahiran Jepara 4 Februari 1999 itu.

Ketika memutuskan kabur, saat itu jelang tengah hari. Sekitar pukul 11.30 Wita, dia memutuskan kabur melalui lantai dua.

Ketika melompat dan dirinya jatuh sempat pingsan. Sesaat ia sadar sembari mengesot menuju jalan raya hingga pos pengamanan perumahan. Kemudian pihak pengamanan menghubungi polisi, dan kebetulan ada pihak Sabhara yang patroli, Ida lalu dibawa ke rumah sakit menggunakan motor.

“Sempat minta tolong sama orang-orang proyek yang bekerja di perumahan tapi tidak ada yang mau bantu, sampai saya ngesot ke pos satpam barulah ada orang dan membantu saya,” ucapnya.

Hingga hari ketiga ia dirawat, sang majikan tak kunjung muncul. Hanya saja ia mendengar bahwa majikannya bersedia membayar biaya pengobatan dan membelikan tiket pulang ke Surabaya.

“Pihak Dinas Sosial dan RS juga akan membantu kepulangan saya, mereka juga meminta saya pulang dengan ambulans bukan diantar pribadi oleh majikan saya,” tutur perempuan yang putus sekolah ini.

Perempuan 20 tahun tersebut mengaku sempat bekerja di Malaysia selama 1,5 tahun, lalu ke Jakarta selama 4 tahun sebagai PRT. “Saya hanya ingin pulang, kumpul bareng keluarga, nggak pingin lagi bekerja sebagai pembantu, mending punya usaha sendiri,” pungkasnya. [jp]

Advertisement
Advertisement