April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Gunung Merapi Berstatus Siaga, Warga Mulai Ungsikan Ternaknya

2 min read

SLEMAN – Sejak beberapa hari setelah status siaga diumumkan, warga di lereng Merapi yang masuk kategori kawasan terdampak bencana atau kawasan rawan bencana (KRB) mulai mengungsi.

Jika beberapa hari belakangan, lansia, anak-anak, perempuan dan ibu hamil tampak berbondong-bondong mendatangi camp camp penguingsian yang telah disediakan oleh pemerintah kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali serta Klaten, hari ini, warga mulai mengungsikan ternak-ternak mereka ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Sejumlah ternak milik warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi, di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman mulai dievakuasi ke kandang yang ada di kawasan hunian tetap. Pemkab Sleman terus melengkapi sarana dan prasarana pendukung kandang.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Heru Saptono mengatakan, hari ini dinas bersama dengan warga Pedukuhan Kalitengah lor mulai mengevakuasi ternak. Prioritas evakuasi saat ini untuk jenis sapi perah, kemudian akan disusul untuk sapi potong.

“Dari sekitar 94 ekor sapi perah, hari ini sudah 27 ekor yang sudah dievakuasi,” katanya, Senin (09/11/2020).

Pemkab Sleman telah mendirikan kandang di kawasan hunian tetap (huntap) Singlar. Kapasitas kandang diperkirakan cukup untuk menampung ternak milik warga Kalitengah Lor. Dari identifikasi yang telah dilakukan jumlah ternak warga mencapai 294 ekor, yang terdiri atas sapi perah 94 ekor dan 200 lainnya merupakan sapi potong.

Dinas akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, untuk mendukung kelengkapan kandang. Di antaranya untuk mendukung kebutuhan air, untuk minum ternak. Mereka telah melakukan komunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk penyediaan hidran umum.

“Kalau cukup dari sumber dari penduduk, kalau kurang akan kami mintakan dropping,” katanya.

Heru mengatakan, evakuasi ini dilakukan setelah seluruh warga rentan seperti lansia, anak-anak dan ibu hamil dievakuasi terlebih dulu. Bupati telah meminta semua kelompok rentan untuk tingal di lokasi yang lebih aman, Termasuk ternak milik warga.

Bupati tidak ingin kejadian 2010 terulang, warga sudah diungsikan namun ternaknya masih tertinggal. Akibatnya, ketika ada erupsi, banyak ternak milik warga yang mati. Hanya saja untuk evakuasi ternak tidak bisa cepat, dan harus menyediakan tempat yang representatif.

“Untuk kebutuhan hijauan pakan ternak, dan konsentrat sedang kami komunikasikan. Kalau tempat ini aman karena jaraknya 10 kilometer,” katanya.

Salah seorang warga, Ladi (35) mengatakan, memilih menitipkan sapinya ke penampungan karena kondisi tidak menentu. Pada Erupsi Merapi 2010, enam ekor sapi miliknya mati.

“Ada enam ekor yang saya titipkan. Saya tak ingin kejadian 2010 terulang, kalau pakan sudah siap,” pungkasnya. []

Advertisement
Advertisement