Hanya 0,07% Petani Indonesia yang Tergolong Kaya

JAKARTA – Di negara agraris seperti Indonesia, petani seharusnya menempati posisi sentral dalam perekonomian. Lahan yang luas, iklim tropis yang mendukung, serta beragam komoditas unggulan menjadi modal besar bagi kesejahteraan mereka.
Namun sayangnya, sebagian besar petani justru hidup pas-pasan, bahkan di bawah garis sejahtera. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikelola Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menyebutkan bahwa hanya sebagian sangat kecil dari petani yang masuk kategori kaya, sementara mayoritas masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
Menurut data tersebut, hanya 0,07% petani padi dan palawija di Indonesia yang masuk kategori kaya, sedangkan 11,81% lainnya berada di kelas menengah, 53,76% termasuk calon kelas menengah, 25,1% masuk kategori rentan miskin, dan 9,26% petani termasuk kelas miskin. BPS juga mencatat bahwa 47,94% penduduk miskin ekstrem bekerja di sektor pertanian.
“Hal ini mencerminkan tantangan struktural dalam pembangunan sektor pertanian yang belum sepenuhnya mampu meningkatkan taraf hidup pelaku utamanya,” tulis IDEAS dalam laporannya.
Dalam hal ini, rendahnya produktivitas, keterbatasan akses terhadap teknologi dan modal yang memadai, serta ketidakstabilan harga hasil pertanian jadi faktor-faktor utama yang berkontribusi akan kondisi ini.
Menurut Direktur Institute for Development of Economics and Development (INDEF) Tauhid, masih banyak masalah yang dihadapi petani Indonesia, mulai dari lahan hingga permodalan.
“Karena aset kepemilikan lahan kecil sekali, di bawah setengah hektar, 0,4 sekian, sehingga apa pun cara untuk meningkatkan pendapatan tapi kalau kapasitas permodalan mereka sangat rendah sulit sekali,” tuturnya pada Minggu (1/9/2024), dikutip Kumparan.
Biaya produksi juga jadi kendala, dengan harganya yang terus naik, membuat petani tidak bisa menerima keuntungan maksimal.
“Kenaikan biaya produksi seperti pupuk, pestisida, upah tenaga kerja itu lebih jauh besar sekali sehingga keuntungan yang mereka dapat tidak signifikan,” lanjut Tauhid.
Diperlukan upaya dalam pengembangan sektor pertanian yang tidak hanya mengarah pada peningkatan produksi, melainkan juga pada kesejahteraan petani. Reformasi kebijakan pertanian, penguatan kelembagaan petani, perluasan akses pasar, hingga integrasi dengan sektor agroindustri menjadi kunci memastikan petani Indonesia bisa hidup sejahtera.
Kesejahteraan petani pada akhirnya akan menjadi fondasi ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan sekaligus motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. []