December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Hidayah Allah Kepada Manusia

9 min read

JAKARTA – Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, tentu manusia sangat bergantung kepada penciptanya. Segala apa yang diupayakan oleh manusia namun apabila Allah tak berkehendak, maka hal tersebut juga tidak akan terlaksana atau terjadi. Begitu juga sebaliknya meskipun manusia tidak mengingkan sesuatu akan tetapi jika Allah SWT telah menghendaki maka tidak ada daya bagi manusia untuk menolaknya, dan mereka hanya bisa berpasrah menerimanya.

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dihadapan Allah SWT. Sehingga sudah sepantasnyalah apabila  manusia selalu memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT.

Allah SWT telah berfirman:

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al- Fatihah ayat 5-7)

Yang dimaksudkan dengan meminta pertolongan dalam ayat di atas adalah memohon petunjuk (hidayah) dari Allah SWT agar manusia senantiasa berjalan di jalan yang lurus sehingga tujuan untuk mencapai kebahagiaan di dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan akhirat dapat tercapai.

Jadi dengan demikian hidayah merupakan suatu konsep yang berisi petunjuk ke jalan kebaikan yang datangnya hanya dari Allah SWT saja dan hanya diberikan Allah SWT kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Seperti melakukan shalat taubat, seseorang yang melakukan shalat taubat akan bersungguh-sungguh memohon ampunan kepada Allah dengan berjanji menjauhi segala larangaNnya dan menjalankan segala perintahNya.

Firman Allah SWT :

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al- Qashas ayat 56)

Bagaimanakah ciri-ciri mereka yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT?

Seperti yang dijelaskan pada ayat di atas bahwasannya hidayah hanya diberikan Allah SWT kepada mereka yang Dia kehendaki, dan tanda-tanda atau ciri dari orang yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT antara lain adalah :

 

* Orang tersebut begitu mudah dalah hal beramal sholeh, di mana hatinya telah terbuka untuk menerima Islam, taat dalam beribadah serta menuntut ilmu

* Memiliki semangat yang tinggi dalam rangka mempelajari serta memahami ajaran agama islam

* Selalu merasa rindu untuk berjumpa dengan Allah SWT

* Selalu beristiqomah (konsisten) dama menjalankan ibadah

* Ketika sedang menghadapi cobaan, maka orang tersebut akan bersabar dan tetap bersyukur kepada Allah SWT

 

Macam-Macam Hidayah Allah SWT kepada manusia

Ada banyak sekali jenis atau macam hidayah yang diberikan Allah SWT kepada makhluk ciptaan-Nya, diantaranya :

 

  1. Hidayatul Wijdan

Yaitu suatu bentuk hidayah yang diberikan Allah SWT kepada manusia sejak dilahirkan, misalnya seorang bayi yang akan menangis ketika ia merasa lapar, dan lain sebagainya. Hidayatul wijdan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

*Hidayah jasmani ; yaitu ketika manusia bisa merasakan sesuatu dalam tubuhnya. Misalnya rasa lapar, haus, sakit, dan lain sebagainya. Dan manakala manusia tidak lagi dapat merasakan semua itu, hal itu bisa menandakan bahwasannya hidayah jasmaniah yang ada dalam kehidupannya sudah mulai menghilang.

*Hidayah Rohani ; yaitu ketika manusia bisa merasakan suatu perasaaan manakala sesuatu telah menimpa dirinya atau lingkungan sekitar ia tinggal. Misalnya saja dengan timbulnya rasa malu ketika manusia telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di lingkungan tempat ia tinggal. Namun apabila ketika manusia tersebut melanggar peraturan yang berlaku dan ia tidak malu atas perbuatannya tersebut, maka bisa dikatakan bahwa hidayah rohaniah dalam dirinya mulai menghilang.

 

  1. Hidayatul Hawas Wal Masyair

Yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam bentuk kemampuan indrawi. Akan tetapi kemampuan indrawi yang dimiliki oleh manusia memiliki keterbatasan, sehingga pada saat manusia hanya mengandalkan kemampuan indrawi saja, maka mereka akan tertipu. Allah SWT telah berfirman :

“Dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar[43], yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatanginya tidak ada apa pun[44]. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An- Nuur: 39)

Beberapa contoh bentuk hidayatul hawas Wal Masyair diantaranya adalah :

 

*Mata untuk melihat. Salah satu hidayah Allah SWT yang tidak ternilai adalah dengan diberikannya kemampuan melihat kepada manusia, sehingga sudah seharusnya lah apabila kemampuan tersebut dipergunakan untuk melihat hal-hal yang baik, seperti keindahan panorama alam sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah SWT, dan bukan dipergunakan untuk melihat hal-hal yang dapat menjerumuskan manusia pada dosa.

*Telinga untuk mendengar. Manusia dibekali dengan berbagai macam indera, yang salah satunya adalah indera yang memiliki kemampuan untuk menangkap adanya signal-signal berupa suara yang ada disekitarnya. Seharus kemampuan tersebut dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik, seperti mendengarkan orang yang sedang mengaji, dan bukan untuk mendengarkan hal-hal yang buruk seperti mendengarkan gosip dan lain sebagainya.

*Hidung untuk mencium; berbagai jenis bau yang hadir dilingkungan sekitar.

*Lidah yang bertindak sebagai indera pengecap, di mana dengan adanya organ tubuh tersebut manusia bisa merasakan lezatnya makanan atau minuman. Selain itu, lidah juga berperan penting dalam membantu proses bicara

*Kulit yang berfungsi sebagai penerima rangsangan; yang datang dari lingkungan kita berada, misalnya hawa dingin, adanya sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.

 

  1. Hidayatul Aqli (hidayah Akal)

Yaitu suatu bentuk hidayah yang diberikan Allah SWT kepada manusia dalam bentuk kemampuan untuk berfikir. Inilah yang membedakan antara manusia dan makhluk ciptaan Allah SWT lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dengan kemampuan akal pikiran yang diberikan padanya, maka diharapkan manusia mampu membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.

Allah SWT berfirman :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama (semua) benda ini jika kamu yang benar. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu.” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Allah berfirman: “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?“ (QS. Al- Baqarah ayat 30-33)

Akan tetapi kemampuan akal pikiran yang dimiliki oleh manusia memiliki keterbatasan, di mana ada saatnya beberapa perkara bisa atau mampu untuk difikirkan menggunakan akal dan ada beberapa perkara di mana akal pikiran manusia tidak mampu untuk menjangkaunya. Misalnya saja ketika manusia menganggap apa yang ia pikirkan adalah baik, akan tetapi belum tentu hal itu baik bagi dirinya dan bahkan justru membawa dampak buruk baginya.

Firman Allah SWT :

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 216)

 

  1. Hidayah Dhamirul Qalbi

Ini merupakan suatu hidayah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dalam bentuk perkataan hati, di mana kita tahu bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang selalu di dorong oleh adanya kata hati. Jadi dengan demikian kata hati sangat berperan untuk menentukan baik dan buruknya tingkah laku atau perbuatan manusia.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:

“Sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, apabila ia baik, maka baik pula seluruh diri dan amal perbuatan manusia, dan apabila ia buruk maka rusaklah seluruh diri dan amal perbuatan manusia. Ingatlah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

  1. Hidayah Ad- Din

Ini merupakan hidayah dari Allah SWT kepada manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya dalam bentuk ajaran agama. Dan hidayah ini telah dianggap sebagai hidayah tertinggi yang diberikan Allah SWT, di mana hidayah ini berfungsi untuk melengkapi atau mengawal hidayah-hidayah Allah SWT yang lainnya, seperti akal serta hidayah yang lainnya.

Allah SWT telah berfirman :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar- Ruum ayat 30)

Hidayah Ad- Din dibedakan menjadi 2, yaitu :

Hidayah Dilalah, merupakan hidayah yang bersumber dari Al- Qur’an dan As- Sunnah, di mana di dalam keduanya terdapat petunjuk-petunjuk (hidayah) Allah SWT kepada umat-Nya agar dalam menjalani kehidupan manusia tidak akan tersesat ke jalan yang  tidak diridhoi Allah SWT. Di dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah termaktub berbagai petunjuk Allah SWT seperti :

Aqidah

Di dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah terdapat jawaban-jawaban atas segala persoalan yang berkenaan dengan penciptaan alam semesta beserta isinya oleh Allah SWT, hubungan antara manusia dengan penciptanya, tujuan penciptaan alam semesta dan isinya, dan persoalan-persoalan lain yang banyak menjadi bahan perbincangan para ahli falsafah maupun sains yang berkaitan erat dengan keimanan seseorang.

Untuk itulah, maka Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan hidayah-hidayah-Nya tersebut kepada manusia di muka bumi ini.

Dalam sebuah ayat Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An- Nahl ayat 36)

Di dalam ayat Al- Qur’an yang lain, Allah SWT juga telah berfirman :

“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al- Baqarah ayat 285)

 

Ibadah

Al- Qur’an juga telah menunjukkan berbagai macam amalan yang seharusnya dilaksanakan oleh umat manusia guna memenuhi tuntutan aqidah yang diberikan Allah SWT, yaitu dengan beribadah kepada Allah SWT, misalnya dengan melaksanakan sholat, membayar zakat, membaca Al-Qur’an, puasa, berhaji, dan berbagai jenis peribadatan lainnya.

Sebagaimana firman Allah SWT berikut :

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak terceIa. Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al- Mukminun ayat 1-11)

 

Akhlaq

Al- Qur’an dan As- Sunnah merupakan sumber dari akhlak islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al- Qur’an yang memberikan petunjuk bagi manusia terkait dengan akhlaq manusia kepada pencipta-Nya, akhlaq manusia dengan diri dan sesamanya, serta akhlaq manusia dengan mahkluk ciptaan Allah SWT lainnya.

Sebagai salah satu contoh ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat petunjuk Allah SWT tentang akhlaq manusia adalah dalam Surat Al- Hujurat, yang hampir disetiap ayatnya terkandung tentang petunjuk Allah tentang bagaimanakah seharusnya akhlaq manusia itu.

Hidayah Taufik,Merupakan hidayah yang berasala dari Allah SWT kepada  manusia yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya serta selalu konsisten dalam mencapai tujuan atau cita-citanya. Misalnya saja ketaatan kita dalam menjalankan perintah-perinah Allah seperti mengerjakan sholat, berpuasa, dan lain sebagainya.

Allah SWT berfirman :

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabuut ayat 69).

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash ayat 56)

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah ayat 272).

 

Cara untuk memperoleh hidayah taufik

  1. Berdo’a

Firman Allah SWT :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al- Mu’min : 60)

 

  1. Dengan bersungguh-sungguh menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya

Misalnya dengan melaksanakan puasa sunnah, sholat malam, shodaqoh, dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS. Maryam : 76)

 

  1. Bergaul atau berteman dengan orang-orang shaleh

Allah SWT berfirman :

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti keinginan(hawa nafsu)nya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al- Kahfi : 28)

Artinya “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (QS. Asy- Syu’araa : 83)

  1. Menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menghalangi datangnya hidayah dari Allah SWT ; seperti sombong, mengumbar hawa nafsu, dan lain sebagainya.[]

Sumber Islamic Base

Advertisement
Advertisement