December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Inspiratif, Nurjanah, Dari Tukang Sapu Hingga Menulis Buku

5 min read

JAKARTA – Mata perempuan itu berkaca-kaca. Tampak sekali ia tengah menahan air mata. Masa-masa sulit penuh perjuangan itu berkelebatan dalam bayangannya.

“Hidup sebagai orang tak berpendidikan itu tidak mudah. Mencari kerja susah, kerap diremehkan orang. Tetapi justru itu yang menguatkan saya untuk terus berjuang,” tutur Nurjanah dengan seulas senyum di bibirnya.

Dinukil dari  IDN Times, perempuan 35 tahun itu pun menuturkan jatuh bangun dirinya untuk mengubah nasib. Siapa sangka, menjadi seorang cleaning service bisa mengantarkannya pada pendidikan tinggi dan meraih mimpi terpendamnya: menjadi seorang penulis.

 

Lika-liku Nurjanah mencari pekerjaan

Selepas SMK, Nurjanah mendapatkan pekerjaan di pabrik elektronik. Namun, tiga tahun kemudian kontraknya diputus begitu saja. Tak ingin menyerah, ia pun kembali melamar pekerjaan di banyak tempat. Secercah harapan muncul saat dirinya lolos seleksi di salah satu perusahaan mobil.

“Dari ratusan pelamar, saya masuk 5 besar. Tetapi, saya dinyatakan gagal saat tes komputer. Saya disuruh mengetik, bikin diagram dan semacamnya, saya gak mampu,” tutur Nurjanah.

Ia pun kembali melamar pekerjaan lain. Nahas, ia ditipu orang dengan modus berbayar. Saat melamar ke pabrik kosmetik pun, ia dinyatakan gagal karena tinggi badan kurang. Hingga akhirnya, ia pun pasrah bekerja sebagai pemulung di tempat pemilahan botol bekas.

“Seminggu upahnya hanya Rp10.000. Milah-milah botol dapat sekilo dibayar Rp500,” kenang Nurjanah.

 

Menjadi cleaning service hingga diangkat sebagai supervisor

Suatu ketika, Nurjanah diajak oleh salah seorang kawannya melamar pekerjaan sebagai cleaning service di ISS Indonesia. Perjalanan karier Nurjanah tidak semulus jalan tol. Ia menapaki kariernya dari bawah.

Nurjanah yang tinggal di Cilangkap, Jakarta Timur, pada masa awal kerja harus naik mobil pengangkut sayur sebelum pukul 03.30 WIB supaya tidak terlambat tiba di tempat kerja di daerah TB Simatupang, Jakarta Selatan. Sembilan bulan berselang, Nurjanah dipercaya sebagai team leader dengan area kerja di Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Pada 2011, akhirnya Nurjanah mendapat promosi sebagai supervisor.

“Jadi cleaning service itu gak semudah yang orang pikirkan. Gak cuma bersih-bersih doang tahu-tahu beres. Harus belajar attitude juga, bagaimana cara melayani orang dengan baik,” ungkapnya.

 

Bangku kuliah membangkitkan kembali gairah menulis

Menjadi cleaning service ternyata tidak memadamkan cita-cita Nurjanah menjadi penulis. Demi menggapai cita-citanya, pengagum JK Rowling ini mengambil kuliah jurusan Sastra Inggris di sebuah perguruan tinggi swasta pada 2013. Bangku kuliah rupanya membangkitkan kembali gairah Nurjanah untuk menulis.

Sejak itu, ia kembali rajin menulis. Sekitar tahun 2015, Nurjanah bergabung dengan grup Facebook komunitas penulis yang diasuh Asma Nadia, seorang penulis cerpen dan novel best seller. Beberapa karyanya telah diangkat ke layar lebar seperti Assalamualaikum, Beijing! dan Catatan Hati Seorang Istri. Asma Nadia juga dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena.

“Waktu saya datang ke acara launching novel Asma Nadia, ia membagikan kertas. Kami disuruh menuliskan apa cita-cita kami. Saya tulis bahwa saya ingin jadi penulis. Semangat saya mulai tumbuh dari situ. Saat aktif di grup Facebook itu, saya iseng-iseng share cerita bersambung, ternyata banyak yang suka,” kata Nurjanah.

 

Nurjanah dan dua kawan berkolaborasi melahirkan buku kumpulan cerpen

Di grup tersebut, Nurjanah bertemu dan banyak berdiskusi dengan rekan sesama penulis. Kolaborasi Nurjanah dengan dua penulis lain, yakni Eha, seorang buruh pabrik keramik di Karawang dan Purwati, seorang TKI di Singapura, melahirkan sebuah cerita tentang kehidupan seorang perempuan yang hidup dalam kesepian.

Pada September 2017, datang tawaran dari sebuah penerbit indie untuk menerbitkan tulisan Nurjanah dkk. Dalam proses penulisan novel tersebut, selain menulis, Nurjanah juga melakukan editing untuk kiriman tulisan kedua rekannya.

Proses penulisan buku cukup singkat. April 2018, buku kumpulan novel karya Nurjanah dkk. selesai diterbitkan dengan judul Denting dan dijual melalui daring. Buku ini mengisahkan kehidupan Hanna dan Rin. Hanna pernah menjadi korban pelecehan seksual hingga menjadi pelakor, sementara Rin mengalami kawin paksa yang akhirnya berselingkuh.

“Permasalahan perempuan itu memang kompleks. Ada yang kena pelecehan seksual sejak kecil, lalu dia menjadi pelakor karena merasa sudah disakiti lelaki. Ada trauma-trauma masa kecil yang membentuk seseorang di masa depan. Saya ingin sampaikan pesan bahwa pelecehan seksual ini gak hanya dilakukan oleh orang tak dikenal, melainkan oleh orang-orang terdekat juga. Jadi jangan nge-judge orang begini dan begitu tanpa mau cari tahu latar belakang hidupnya seperti apa,” tutur Nurjanah.

 

Ibu menjadi sumber inspirasi Nurjanah

Nurjanah mengatakan, ibu adalah sosok yang paling menginspirasi hidupnya. Ia menuturkan, ibunya adalah sosok pekerja keras.

“Hidup sebagai orang tak berpendidikan itu susah. Ketika saya kecil hidup kami sengsara, apalagi tak ada sosok bapak,” kata Nurjanah.

Ibunya bekerja sebagai kuli cuci di rumah orang, sehari bisa di dua hingga tiga tempat. Sepulang sekolah, Nurjanah yang membantunya menyetrika.

“Ibu juga orang yang kuat. Dia bisa mencangkul satu sawah sendirian. Kami menggarap sawah orang, jadi buruh tani karena ibu gak bisa baca. Makanya saya bertekad untuk berpendidikan tinggi. Kalau saya gak berjuang, siapa yang bisa mengangkat ekonomi keluarga?” kata Nurjanah.

 

Hak royalti penjualan buku disumbangkan untuk orang membutuhkan

Lantaran pernah merasakan hidup susah, Nurjanah pun memutuskan tidak mengambil hak royalti penjualan buku sepeser pun. Uang dari royalti penjualan buku disumbangkan untuk korban bencana Lombok dan orang-orang yang membutuhkan. “Saya tidak punya uang banyak, tapi saya ingin tetap bisa bersedekah. Inilah yang bisa saya lakukan,” ucap Nurjanah.

 

 Nurjanah terbiasa berbagi tugas dengan suami

Membagi waktu antara bekerja, kuliah, menulis sekaligus menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah, termasuk bagi Nurjanah. Sehari-harinya, ia terpaksa hanya tidur 4-5 jam. Bahkan, tak jarang ia harus menginap di kantor jika banyak tugas kuliah atau tulisan yang harus diselesaikan.

Ibu dari dua orang anak itu harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan menjadi penulis.

“Biasanya saya tidur jam 9 atau 10, setelah menidurkan anak-anak. Sekitar jam 2 atau 3 pagi, saya bangun dan mulai menulis. Saya pernah datang ke kantor jam 4.00 pagi, lain waktu saya menginap di kantor untuk mengejar tenggat waktu penulisan novel,” ujar Nurjanah.

Nurjanah bersyukur memiliki suami yang mendukung sehingga ia mampu menjalani semua kegaiatn tersebut, termasuk menulis. Tidak jarang, suaminya yang juga bekerja di ISS Indonesia, membawakan baju ganti untuk Nurjanah yang menginap di kantor untuk menyelesaikan tugasnya. Suaminya juga tak keberatan menjaga anak-anak saat Nurjanah sedang menghadapi deadline penulisan.

“Suami mendukung selama saya merasa nyaman dan gak mengganggu tugas utama sebagai seorang istri dan ibu,” tuturnya.

 

Setiap orang berhak untuk mewujudkan mimpi

Kini, Nurjanah telah menyiapkan buku berikutnya berjudul Dawai dan Di Balik Dust Pan dan Sapu Nilon. Nurjanah juga mengaku ingin menulis buku-buku motivasi untuk memberi dorongan kepada orang lain. Sebab, setiap orang berhak untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

“Ada banyak karyawan di ISS yang sekarang sudah berhasil. Mereka punya karier bagus padahal dulu mereka memulainya dari bawah,” ucap Nurjanah.

Melalui buku motivasi itu, Nurjanah ingin menyampaikan pesan bahwa menjadi petugas kebersihan bukan akhir segalanya. Dengan bekerja keras dan semangat tidak menyerah semua akan indah pada waktunya.

“Meski hanya bekerja menjadi cleaning service, ini bukan akhir segalanya. Kita masih bisa menggapai mimpi,” tandasnya.[Indiana Malia/IDN Times]

 

Advertisement
Advertisement