April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Islam Mengajarkan, Begini Debat yang Beradab

3 min read

JAKARTA – Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tak jarang muncul perdebatan.

Namun debat merupakan pilihan terakhir. Sebagai umat Islam, sebaiknya mengutamakan komunikasi untuk mencarai solusi terbaik.

Melansir kumparan.com, istilah debat dalam Islam disebut jadal atau jidal. Islam perbolehkan debat apabila hal tersebut diperlukan. Debat dapat menjadi salah satu metode dakwah, namun seorang mukmin harus memahami jika perdebatan merupakan jalan terakhir yang bisa ditempuh dalam berdakwah, perdebatan bukan dilakukan untuk mengawali dakwah.

Allah berfirman, “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, tutur kata yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka yang baik.” (Q.S An. Nahl 125).

Dikutip dari Islampos.com, ada adab dalam berdebat yang harus kita ketahui. Berikut penjelasannya:

 

  1. Menyeru pada kebaikan

Berdebat merupakan hal yang diperintahkan selama untuk menetapkan kebenaran dan membatalkan kebatilan. Tentu saja harus dengan cara yang baik.

Sebagaimana Firman Allah SubhanahuwaTa’ala dalam surah An-Nahl ayat 125 di atas.

Berdebat pun perlu bukti sebagai sandaran kebenaran, sebagaimana Firman Allah SWT:

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.”” (QS. Al-Baqarah 111).

Hal ini juga seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, bahwa seorang yang berdakwah akan selalu menyeru kebaikan dan memerangi pemikiran yang sesat.

Perdebatan yang dicela secara syar’i karena merupakan bentuk kekufuran, salah satu contohnya yaitu mendebat Allah dan ayat-ayat-Nya.

 

  1. Dengan cara yang baik

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya petunjuk yang baik, cara yang baik dan tidak berlebih-lebihan adalah satu bagian dari dua puluh lima bagian kenabian.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Berdebat menggunakan cara yang buruk pasti akan menghasilkan hasil yang buruk pula. itulah pentingnya memahami adab berdebat.

Melansir Republika.co.id, seseorang yang mengajukan alasan dalam berdebat dan membantah hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan lemah lembut dalam berbicara.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Berbicaralah kamu (Musa) berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut [QS. Thaha (20): 44].

Ayat tersebut menceritakan tentang perdebatan antara Nabi Musa dengan Fir’aun. Dalam hal ini terdapat pelajaran penting bahwasanya Nabi Musa tetap diperintahkan untuk menyampaikan risalah Allah kepada Fir’aun dengan menggunakan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun, walaupun di sisi lain Fir’aun itu termasuk pembangkang dan sombong terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

  1. Menjauhi kebodohan

Di sini maksud dari kebodohan adalah bodoh dalam berdiskusi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Menjauhi sedikit berpikir lagi terburu-buru (dalam agama) adalah sikap yang terbaik bagi umatku.”

Karena sesungguhnya sebaik-baiknya umat adalah yang paling bersegera dalam beragama dan dapat mengendalikan diri.

Dalam berdebat pun apabila seseorang lebih banyak pengetahuannya, maka janganlah mengatakan “Engkau salah”, tapi katakanlah “Bagaimana pendapat Anda jika ada yang mengatakan.”

Sebagai seorang Muslim yang berdebat pun kita harus memikirkan dan memahami perkara yang disampaikan oleh lawan diskusi. Dan tidak boleh memotong pembicaraan sebelum lawan bicara menyelesaikan pembicaraannya.

Di luar itu ada banyak ketentuan lagi menurut Islam. Seperti harus mengedepankan ketakwaan kepada Allah. Hal ini agar dalam perdebatan kita hanya mencari ridha-Nya yaitu dengan melakukan perintah-perintah-Nya.

Dalam berdebat juga harus terhindar dari maksud mencari kebanggaan, kedudukan, dukungan, berselisih atau pun ingin dipandang.

Seorang Muslim tidak boleh merendahkan lawan diskusinya. Tidak diperkenankan juga untuk meremehkan satu sama lain.

Janganlah sampai merasa hebat atau pun takjub. Karena sikap merasa hebat dan takjub sering kali malah membuat seseorang menjadi ujub dan sampai enggan menerima pendapat orang lain.

Seorang Muslim juga tidak boleh merendahkan ilmu dan ahlinya. Bukan hanya itu, ilmu pun harus diaplikasikan dan ditaati secara menyeluruh. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik

“Termasuk merendahkan dan meremehkan ilmu jika seseorang membicarakan ilmu di hadapan orang yang tidak menaati ilmu tersebut”.

Rasulullah SAW melarang perdebatan walaupun sekadar berbincang tetapi isinya tidak bermanfaat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang meninggalkan perdebatan, sementara dia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik). []

Advertisement
Advertisement