December 12, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Jalan Panjang Margiono, Dari Kehilangan Hingga Menemukan Jejak Istrinya Yang 9 Tahun Menghilang Di Hong Kong

4 min read

WONOGIRI – “Waktu Lastri berangkat ke Hong Kong dulu, waktu saya baru dipulangkan dari Malaysia karena sakit habis kecelakaan kerja. Mata saya yang satu tidak berfungsi karena terkena serpihan duri kepala sawit pas saya sedang kerja. Bahkan, selama setahun saya lumpuh.” tutur Margiono saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com.

Margiono, mantan PMI Malaysia yang meskipun sukses dengan usaha pengolahan kayu, ternyata memiliki sisi pahit dalam hidupnya. Pahitnya sisi kehidupan Margiono tak lain dan tak bukan disebabkan oleh keberangkatan istrinya ke Hong Kong.

Bertemu dengan ApakabarOnline.com, Margiono menuturkan kisah masa lalunya, saat dipulangkan dari Malaysia tahun 2008 dalam kondisi lumpuh dan salah satu matanya terluka. Dengan sisa tabungan yang ada, bahkan sempat menjual sebidang tanah yang dia beli dari hasil keringatnya, Margiono mengupayakan kesembuhan sakitnya yang sama tidak ditanggung oleh perusahaan tempatnya bekerja. Walhasil, dalam setahun, kesembuhan Margiono harus ditebus dengan habisnya aset dan tabungan miliknya.

Jeritan Hati Anak PMI Yang Ditinggal Ibunya Menghilang Selama 16 Tahun : “Kalau Menikah, Wali Eti Nanti Siapa Bu ?”

Lastri, sang istri yang saat itu tidak bekerja, tiba-tiba meminta ijin Margiono untuk berangkat bekerja ke Hong Kong.

“Serba sulit mas kondisi saya saat itu. Tabungan habis, tidak punya apa-apa, saya juga belum bisa bekerja, sedangkan kebutuhan sehari-hari selalu harus dipenuhi. Anak saya waktu itu sudah mau masuk SD. “ kenang Margiono.

Dengan berat hati, Margionopun melepas dengan restu atas rencana istrinya untuk bekerja ke Hong Kong.

“Masalah mulai terjadi saat bulan ketiga istri saya di Hong Kong, katanya di interminit majikannya dan harus menunggu majikan baru di Makau. Dan sejak saat itu, istri saya tidak pernah lagi menghubungi saya maupun keluarga lainnya di rumah” tutur Margiono.

Menurut Margiono, komunikasi terakhir yang dilakukan Lastri saat mengabarkan sedang berada di Makau terjadi sekitar bulan Maret 2009. Dan sampai Januari 2018 kemarin, Lastri tidak diketahui lagi kabarnya. Tentu, sebagai suami, kecemasan dan kekhawatiran Margiono atas hilangnya kabar istrinya yang sedang dikirim ke Makau membuatnya terbebani secara psikis.

“Setiap orang yang saya kenal dan bekerja ke Hong Kong, selalu saya mintai pertolongan. Termasuk tetangga di kampung asal istri saya di Mbadegan Ponorogo sana juga saya mintai tolong untuk membantu mencarikan. Saya kan asli sini, Puh Pelem (Wonogiri, sedangkan istri saya itu asalnya Mbadegan (Ponorogo)” lanjutnya.

Sejak saat itu, Margiono tak pernah berihtiyar dan bertawakal untuk menemukan istrinya. Namun akal sehatnya membuat dia menyadari, bahwa kehidupan terus berjalan. Sebagai laki-laki, Margiono bertekad akan tetap mencari nafkah untuk anak semata wayangnya, disamping berusaha mencari istrinya.

Di Hong Kong Kuliah, Sampai Indonesia Begini Nasib Ijazahnya

“Untung mas, tahun 2013 kemarin, ada yang meminjami saya modal dan mengajak kerjasama memroses balok-balokan kayu tahun. Dan alhamdulilah, ya ini wujudnya sekarang, hutang sudah lunas, usaha yang saya geluti terus berkembang. Tapi terasa ada yang njomplang,  setiap saya sadar akan nasib istri saya yang tidak karuhan” tuturnya.

Usaha pengolahan kayu yang dia jalankan, mengantarkan Margiono menjadi seorang jutawan di kampungnya. Dari usaha ini, rata-rata keuntungan bersih 15-an juta rupiah bisa dia kantongi setiap bulan.

Ihtiyar dan Tawakal Margiono mendapat jawaban Allah SWT saat pada akhir Desember tahun kemarin, salah istri teman Margiono yang bekerja di Hong Kong tanpa sengaja menemukan Lastri berikut jejaknya. Dan kabar tersebut terus disampaikan kepada Margiono.

Meskipun begitu, kabar ditemukannya  Lastri di Hong Kong, ternyata justru membuat Margiono semakin tersakiti. Pasalnya, apa yang dia harapkan jauh dengan kenyataan yang dia temukan. Lastri, istri Margiono telah tersesat dalam lorong gelap kehidupan Hong Kong.

“Istri saya bejat sekarang mas, rambutnya kayak rambut jagung, saya melihat videonya geyal geyol berpelukan joget dengan bule sambil kelihatannya malah senang saat pantat dan susunya digerayang-gerayang. Jijik banget mas” lanjut Margiono.

Usai melihat gambar dan video tentang istrinya, Margiono yang telah mendapat nomer HP Lastri pun menata hati dan menenangkan pikirannya terlebih dahulu sebelum menghubungi Lastri. Saat telah merasa siap, Margiono menelpon Lastri. Namun hasilnya, justru bukan sambutan seorang istri yang lama tidak pernah bertemu dengan suaminya yang diterima Margiono dari Lastri saat itu, tapi justru malah perintah supaya memutus hubungan dengan dirinya.

Bahkan, saat Margiono berusaha mengklarifikasi foto dan video yang dilihatnya, Lastri justru memaki-maki Margiono sebagai laki-laki yang tidak ada gunanya.

“Sakit saya mas, saat saya disebut laki-laki yang sudah tidak bisa ng***ng (impoten), disebut laki-laki yang tidak punya pekerjaan, disebut laki-laki yang masa depannya suram” tutur Margiono dengan nada menahan emosi.

Pulang Dari Malaysia, Jaelani Dalam Kondisi Terluka, Di Hong Kong Istrinya Ngacir Tanpa Kabar Berita

Setelah Margiono kembali berusaha menenangkan diri, beberapa keputusan penting dia ambil saat itu,

“Saya langsung mengambil air wudhu, saya tumpahkan sakit ini dalam sujud saya kepada Allah.” ungkapnya.

“Dan beberapa hari kemudian, saya memutuskan untuk menerima permintaan istri saya, memutuskan hubungan dengan dia. Jadi saat ini saya sedang mengurus pengajuan perceraian mas, setelah saya mendapat ijin dari anak saya satu-satunya” akunya.

Saat ini, Margiono bertekad, sudah tidak lagi akan mempedulikan Lastri. Margiono memilih fokus untuk membesarkan Nurul Laili yang saat ini telah menjadi gadis remaja. Saat ditinggalkan Lastri 9 tahun yang lalu, Nurul baru berusia 6 tahun, akan masuk SD, namun saat ini, setelah 9 tahun berlalu, Nurul Laili putri sematawayang Margiono dengan Lastri telah duduk di bangku kelas 3 sebuah Madrasah Tsanawiyah berbasis pesantren modern di dekat perbatasan Kabupaten Ngawi dengan Sragen.

Impotensi Membuat Istriku Lari

“Saya milih anak saya mas, untungnya sudah saya masukkan pesantren. Jadi, harapan saya, sebagaimana namanya, Nurul kelak akan menjadi pemerrang hidup saya dunia dan akhirat. Saya ini orang bodoh. Dangkal pengetahuann agama, miskin wawasan. Karena itulah saya tidak ingin anak saya nantinya seperti saya bodohnya, dan Nauzubillah, semoga Allah menjaga anak saya agar tidak bejat seperti ibunya” harap Margiono. [Asa]

 

 

Advertisement
Advertisement