Jumlah Warga Madiun yang Menjadi PMI Semakin Tinggi, Berikut Kecamatan Terbanyak yang Mengirim Warganya Menjadi PMI
MADIUN – Data yang diumumkan dan dibangga-banggakan pemerintah Indonesia terkait dengan kemampuan pemerintah memperluas lapangan pekerjaan di dalam negeri, sepertinya harus terkoyak, dengan semakin tingginya minat warga Indonesia bekerja di luar negeri.
Jutaan warga +62 saat ini telah bekerja di luar negeri dengan berbagai corak keberhasilannya, sementara jutaan lainnya tengah mengidam-idamkan hingga berproses untuk mendapatkan lowongan pekerjaan di luar negeri menjadi pekerja migran.
Daya tarik lowongan pekerjaan di luar negeri, sampai saat ini sangat memikat jutaan warga Indonesia. Mulai dari kemudahan syarat, besarnya gaji yang didapat, hingga kepastian jaminan dan perlindungan yang kian meningkat.
Fenomena tersebut juga terjadi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Data Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin) setempat, tren masyarakat menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) tidak pernah surut selama tiga tahun terakhir. Angkanya konsisten ribuan orang.
Kepala Disnakerin Kabupaten Madiun Imam Nurwedi membeberkan, terdapat 1.909 PMI pada 2022 lalu. Jumlah tersebut meningkat pada 2023 lalu, sebanyak 1.960 orang.
Banyaknya jumlah PMI di tahun tersebut disebabkan peralihan masa pandemi Covid-19. ‘’Perekonomian sudah mulai membaik sehingga kebutuhan PMI mulai tinggi,’’ bebernya.
Pihaknya memprediksi tahun ini kenaikan jumlah PMI ke luar negeri diperkirakan tetap ada. Hanya, tidak terlalu signifikan.
Sementara itu, sesuai data jumlah PMI di Kabupaten Madiun hingga akhir Juli ini sudah diangka 1.204 orang.
‘’Disnakerin menargetkan paling tidak ada 2.000 tenaga kerja ke luar negeri tahun ini,’’ tambahnya.
Dia menjelaskan, kebanyakan PMI berasal dari wilayah Madiun Selatan. Utamanya Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo dan Dagangan.
Kondisi tersebut sudah terjadi sejak dulu. Pun memincu masyarakat lain di sekitarnya ikut bekerja ke luar negeri.
‘’Karena ada yang berhasil meningkatkan perekonomiannya, memicu warga lainnya mencoba peruntungan mencari kesejahteraan dengan bekerja di luar negeri,’’ jelasnya.
Sedangkan Taiwan, Malaysia, dan Hongkong menjadi negara favorit para PMI. Bukan semata-mata karena gaji tinggi, melainkan kebutuhan PMI di negara tersebut yang tinggi.
Pun dengan sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan. Antara lain perawat lansia, ART dan pekerja pabrik.
Kepada PMI, Disnakerin pun kerap melakukan pembinaan. Misalnya, mewanti-wanti PMI memilih Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang kredibel sesuai informasi Balai Pelayanan Pelindungan PMI (BP3MI).
‘’Kami juga gelar pembinaan pengelola keuangan keluarga pekerja migran, membantu pengurusan berkas sehari jadi meski sampai lembur,’’ imbuhnya. []