November 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Keistimewaan Wanita Gemuk Dalam Pandangan Ulama Klasik

3 min read

ApakabarOnline.com – Memiliki badan gemuk, bagi perempuan khususnya, cenderung membuat turun rasa percaya diri bahkan cenderung membuat perempuan rela menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan kondisi badannya menjadi langsing.

Gemuk secara medis dalam batasan tertentu memang identik dengan kondisi yang mengarahkan seseorang pada resiko berbagai penyakit. Dan sebaliknya, kondisi tubuh yang terlampau kurus, juga disamping mengarahkan kecenderungan pada beberapa ciri-ciri penyakit/gangguan kesehatan, juga tidak estetik dipandang.

Batasan gemuk dan kurus memang sering menjadi tarik ulur meskipun dalam kaidah kesehatan, idealnya berat badan manusia adalah menyesuaikan dengan tinggi badan.

Namun ternyata, perempuan berbadan gemuk, dimata ulama klasik memiliki keistimewaan-keistimewaan. Jangan buru-buru merasa rendah diri terlebih hilang percaya diri bagi perempuan yang memiliki badan gemuk.

Imam Ahmad bin Hanbal lebih memilih wanita yang gemuk. Imam Ibnul Jauzi menyebutkan di dalam kitab Manaqib Imam Ahmad : 406, demikian pula Adz-Dzahabi di dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’ : 11/332 dengan redaksi sebagai berikut:

 

قال يعقوب ين بختان أمرنا أبو عبد الله أن نشتري له جارية فمضيت أنا وفوران فتبعني أبو عبد الله وقال: يا أبا يوسف يكون لها لحم

 

“Ya’qub bin Bukhtan berkata: Abu Abdillah (Imam Ahmad-pent) memerintahkan aku untuk membeli budak wanita. Aku lantas pergi berangkat tiba-tiba Abu Abdillah menyusul aku sembari berkata ; wahai Abu Yusuf pilihlah budak wanita yang gemuk.”

Aku (Syaikh Abu Hayyan Mahmud Ash-Sharfandi) mengatakan: “Gemuk nya wanita menurut orang arab entah di masa jahiliyah maupun masa Islam adalah termasuk ciri kecantikan wanita dan faktor yang menambah rupawan.

Banyak para ‘Penyair Cinta’ yang memuji para wanita gemuk dari kalangan wanita yang tampak lemak perut dan badannya. Misalnya seperti penyair bernama Al-A’sya dan Ibnu Kaltsum dan yang lainnya di dalam kumpulan puisi mereka. Dan mereka mencela para wanita yang kurus kering, ceking, sedikit lemaknya, tipis ototnya serta menonjol tulangnya.

Imam Jalaluddin As-Suyuthi menulis risalah tentang keutamaan wanita gemuk.yang diberi judul Al-Yawaqit Ats-Tsaminah Fi Sifatis Saminah (mutiara berharga tentang sifat gemuk). {Versi lain menyebutkam judul kitab beliau adalah Ad-Durah Ats-Tsaminah Fi Fadhli Nikahis Saminah / Mutiara berharga tentang keutamaan menikahi wanita yang gemuk-pent}

 

Sebab keutamaan wanita gemuk

Sebab keutamaan wanita gemuk itu banyak diantaranya yang paling terkenal adalah gemuk itu menjadi penghangat ketika musim dingin dengan memeluknya. Karena daging itu menambah hangat.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menyebutnya dengan ungkapan “Demikianlah kehidupan kaum Quraisy di musim dingin”.

Dan sebagian para sahabat menyukai hal tersebut, demikian pula tabiin dan para imam yang diridhai. Imam Ibnu Abi Syaibah mengumpulkan secara tersendiri atsar-atsar mereka ini di dalam Mushonnaf di bawah judul (Tentang lelaki yang menghangatkan diri dengan memeluk istrinya setelah mandi).” Selesai kutipan dari tulisan Syaikh Abu Hayyan

Imam Tirmidzi ketika mengisyaratkan keberadaan atsar-atsar ini beliau berkata:

 

هو قول غير واحد من أهل العلم من أصحاب النبي والتابعين أن الرجل إذا اغتسل فلا بأس بأن يستدفئ بامرأته وينام معها قبل أن تغتسل المرأة وبه يقول سفيان الثوري والشافعي وأحمد وإسحق

 

“Ini merupakan pendapat banyak ahli ilmu dari kalangan para sahabat dan tabiin. Bahwasanya seorang lelaki apabila telah mandi (janabah), maka tidak mengapa memeluk istrinya untuk menghangatkan diri dan tidur bersamanya sebelum istrinya mandi. Pendapat ini dinyatakan pula oleh Sufyan Ats-Tsauri, Asy-Syafi’i dan Ishaq.” (Sunan Tirmidzi ; 1/165).

 

Nukilan Riwayat

Dan berikut kami nulilkan sebagian kecil dari riwayat yang dimaksudkan di atas:

 

1). Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata ;

ربما اغتسل النبي صلى الله عليه وسلم ثم جاء فاستدفأ بي فضممته إلى ولم أغتسل

 

“Terkadang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mandi kemudian datang dan menghangatkan diri dengan memeluk aku. Lalu aku memeluk beliau dalam kondisi aku belum mandi.” (HR Tirmidzi : 123, Ibnu Majah ; 580).

 

2). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata

إني لاحب أن أسبقها إلى الغسل فاغتسل ثم أتكوى بها حتى أدفا ، ثم آمرها فتغتسل

 

“Aku suka mendahului istriku mandi, setelah mandi aku memeluknya untuk mengusir dingin, baru kemudian aku menyuruhnya untuk mandi.” (HR Abdurrazaq dalam Mushannaf : 1065 dengan sanad shahih).

 

3). Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya beliau mandi janabah kemudian mendatangi istrinya dan memeluknya sebelum istrinya mandi, lantas beliau shalat dan tidak menyentuh air lagi. (HR Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf ; 1/97).

 

4).Ibnu Juraij menyatakan:

سئل عطاء أن يستدفئ الرجل جنبا بامرأته وهي كذلك ؟ قال : نعم ، لا بأس أن يصيب الرجل المرأة مرتين في جنابة واحدة

 

“Atho’ ditanya tentang lelaki yang menghangatkan diri dengan memeluk istrinya dalam kondisi junub istrinya pun demikian ? Beliau menjawab : iya tidak masalah seorang lelaki menjamah istrinya dua kali dengan satu janabah.” (HR Abdurrazaq dalam Mushannaf : 1064).

 

5). Ummu Darda’ menyatakan:

كان أبو الدرداء يغتسل ثم يجئ وله قرقفة يستدفئ بي

 

“Adalah Abu Darda’ mandi kemudian datang dengan gigi gemeretak karena dingin lantas memeluk aku.” (HR Ibnu Abi Syaibah ; 1/97).

 

6). Dari Ikrimah

أنه كان لا يرى بأسا أن يغتسل الرجل من الجنابة ثم يستدفئ بامرأته قبل أن تغتسل ، أو تغتسل المرأة قبل الرجل فتستدفئ به

 

“Bahwasanya beliau berpendapat tidak mengapa seorang lelaki mandi janabah kemudian memeluk istrinya sebelum istrinya mandi. Atau istrinya yang mandi lebih dulu kemudian memeluk suaminya untuk menghangatkan diri.” (Al-Mathalibul ‘Aliyah : 196).

Wallahu a’lam []

Penulis : Ustadz Abul Aswad Al-Bayati

Advertisement
Advertisement